BAB IV METODE PENELITIAN
4.8. Pengujian Hipotesis
4.8.2. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X), yaitu pengaruh variabel ukuran perusahan, return on asset, financial leverage, persentase penawaran saham, volume perdagangan, reputasi auditor, umur perusahaan, jenis industri secara simultan terhadap underpricing.
R²/k Keterangan:
Fhit =
(1–R²)/(n–k–1) Fhit = Nilai hitung n = Banyaknya data
k = Banyaknya variabel bebas R² = Koefisien korelasi berganda
1. Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X7, X8 secara bersama-sama terhadap Y.
2. Ho : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 secara bersama-sama terhadap Y.
Dasar pengambilan keputusan menggunakan angka signifikansi :
a. Apabila angka signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho ditolak.
b. Apabila angka signifikansi < 0,05 , maka Ha diterima.
4.8.3. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan apakah ada pengaruh yang nyata secara parsial antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X).
KKP √n–m t0 =
1–√(KKP)2 Keterangan :
KKP = Koefisien korelasi parsial n = Banyaknya data
m = Banyaknya variabel
1. Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X7, X8 secara bersama-sama terhadap Y.
2. Ho : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 secara bersama-sama terhadap Y.
Dasar pengambilan keputusan menggunakan angka signifikansi : a. Apabila angka signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho ditolak.
b. Apabila angka signifikansi < 0,05 , maka Ha diterima.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai distribusi frekuensi dan persentase, serta maksimum, minimum, dan nilai rata-rata (mean), dari variabel Ukuran Perusahaan, ROA, Financial Leverage, Persentase Penawaran Saham Publik, Volume Perdagangan, Reputasi Auditor, Umur Perusahaan, Jenis Industri, dan Underpricing.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Variabel Independen (X) dan Dependen (Y)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ukuran perusahaan (X1) 130 8.99 17.62 13.8749 1.52097
ROA (X2) 130 0.72 3.11 1.3753 .33573
Financial Leverage (X3) 130 1.00 1.43 1.0612 .06760
Persentase Penawaran Saham Publik (X4)
130 1.02 91.00 24.5727 14.24606
Volume Perdagangan (X5) 130 7.31 26.24 19.2514 3.65568
Reputasi Auditor (X6) 130 .00 1.00 .2692 .44528
Umur Perusahaan (X7) 130 1.00 60.00 18.8154 13.37172
Jenis Industri (X8) 130 .00 1.00 .3462 .47758
Underpricing (Y) 130 .00 .70 .3368 .25371
Valid N (listwise) 130
Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui nilai rata-rata dari ukuran perusahaan adalah 13.8749 dan nilai standar deviasi dari ukuran perusahaan adalah 1.52097.
Sementara nilai minimum dari ukuran perusahaan adalah 8.99 yang berasal dari emiten BSIM (Bank Sinarmas, Tbk) dan nilai maksimum dari ukuran perusahaan
adalah 17.62 yang berasal dari emiten BBTN (Bank Tabungan Negara, Tbk) Diketahui nilai rata-rata dari ROA adalah 1.3753 dan nilai standar deviasi dari ROA adalah 0.33573. Sementara nilai minimum dari ROA adalah 0,72 yang berasal dari emiten BAEK (Bank Ekonomi, Tbk) dan nilai maksimum dari ROA adalah 3.11 yang berasal dari emiten NIRO (Nirvana Development, Tbk).
Diketahui nilai rata-rata dari financial leverage adalah 1.0612 dan nilai standar deviasi dari financial leverage adalah 0.06760. Sementara nilai minimum dari financial leverage adalah 1.00 yang berasal dari emiten BRMS (Bumi Resources Minerals, Tbk) dan nilai maksimum dari financial leverage adalah 1.43 yang diperoleh dari emiten MINA (Sanurhasta Mitra, Tbk). Diketahui nilai rata-rata dari persentase penawaran saham publik adalah 24.5727 dan nilai standar deviasi dari persentase penawaran saham publik adalah 14.24606. Sementara nilai minimum dari persentase penawaran saham publik adalah 1.02 yang diperoleh dari emiten MAPB (MAP Boga Adiperkasa, Tbk) dan nilai maksimum dari persentase penawaran saham publik adalah 91 yang diperoleh dari emiten IBFN (Intan Baruprana Finance, Tbk). Diketahui nilai rata-rata dari volume perdagangan adalah 19.2514 dan nilai standar deviasi dari volume perdagangan adalah 3.65568. Sementara nilai minimum dari volume perdagangan adalah 7.31 yang diperoleh dari emiten NASA (Ayana Land Internasional, Tbk) dan nilai maksimum dari volume perdagangan adalah 26.24 yang diperoleh dari emiten IBST (Inti Bangun Sejahtera, Tbk). Diketahui nilai rata-rata dari reputasi auditor adalah 0.2692 dan nilai standar deviasi dari reputasi auditor adalah 0.44528.
Sementara nilai minimum dari reputasi auditor adalah 0 yang diperoleh dari
perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh selain KAP Big Four dan nilai maksimum dari reputasi auditor adalah 1 yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four. Diketahui nilai rata-rata dari umur perusahaan adalah 18.8154 dan nilai standar deviasi dari umur perusahaan adalah 13.37172. Sementara nilai minimum dari umur perusahaan adalah 1 yang diperoleh dari emiten ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk) dan nilai maksimum dari umur perusahaan adalah 60 yang diperoleh dari emiten BJBR (Bank Jawa Barat, Tbk). Diketahui nilai rata-rata dari jenis industri adalah 0.3462 dan nilai standar deviasi dari jenis industri adalah 0.47758. Sementara nilai minimum dari jenis industri adalah 0 yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan non manufaktur dan nilai maksimum dari jenis industri adalah 1 yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan manufaktur. Diketahui nilai rata-rata dari underpricing adalah 0.3368 dan nilai standar deviasi dari underpricing adalah 1.01042. Sementara nilai minimum dari underpricing adalah 0,00 yang diperoleh dari emiten POWR (Cikarang Listrindo, Tbk) dan nilai maksimum dari underpricing adalah 0,70 yang diperoleh dari emiten MPOW (Mega Power Makmur, Tbk).
5.2 Uji Asumsi Klasik 5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan α = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas p, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika nilai probabilitas p ˃ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi Maka Ho diterima, Ha ditolak.
Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi Maka Ho ditolak, Ha diterima.
Tabel 5.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 130
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .97144095
Most Extreme Differences Absolute .051
Positive .040
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .582
Asymp. Sig. (2-tailed) .887
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 5.2, diketahui nilai probabilitas atau
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,887. Karena nilai probabilitas , yakni 0,887,
lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.
Gambar 5.1 Uji Normalitas dengan Pendekatan Normal Probability Plot
Berdasarkan uji normalitas dengan pendekatan normal probability plot (Gambar 5.1), titik-titik menyebar cukup dekat dengan garis diagonal. Hal ini mengindikasikan asumsi normalitas terpenuhi.
5.2.2 Uji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013).
Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas
Ukuran Perusahaan (X1) .733 1.365
ROA (X2) .874 1.144
Financial Leverage (X3) .787 1.271
Persentase Penawaran Saham Publik (X4)
.937 1.067
Volume Perdagangan (X5) .886 1.128
Reputasi Auditor (X6) .847 1.180
Umur Perusahaan (X7) .857 1.167
Jenis Industri (X8) .891 1.122
Berdasarkan Tabel 5.3, diketahui seluruh nilai VIF tidak lebih dari 10 atau seluruh nilai VIF < 10, dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka diindikasi tidak terjadi multikolinearitas atau dengan kata lain menerima Ho dan menolak Ha.
5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi terjadinya heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Berikut hasil berdasarkan uji heteroskedastisitas Glejser.
Tabel 5.4 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Reputasi Auditor (X6) .021 .028 .074 .767 .445
Umur Perusahaan (X7) .075 .067 .108 1.121 .264
Jenis Industri (X8) -.035 .025 -.129 -1.370 .173
a. Dependent Variable: Glejser_Heteroskedasticity
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser (Tabel 5.4), diketahui seluruh nilai Sig > 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X (Field, 2009 dan Ghozali, 2013). Field (2009) dan Ghozali (2013) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika pola tidak jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 5.2 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Grafik Scatter Plot
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 5.2, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
5.2.4 Uji Asumsi Autokorelasi
Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Field, 2009). Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.
Tabel 5.5 Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 1.798
Berdasarkan Tabel 5.4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1,798.
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual, maka menerima Ho dan menolak Ha.
5.3 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas.
Tabel 5.6 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
a. Predictors: (Constant), Jenis Industri (X8), Persentase Penawaran Saham Publik (X4), Financial Leverage (X3), ROA (X2), Reputasi Auditor (X6), Volume Perdagangan (X5), Umur Perusahaan (X7), Ukuran Perusahaan (X1)
b. Dependent Variable: Underpricing (Y)
Berdasarkan Tabel 5.5, nilai koefisien determinasi R² terletak pada kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar R² = 0,272. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas, yakni ukuran perusahaan, ROA, financial leverage, persentase penawaran saham publik, volume perdagangan, reputasi auditor, umur perusahaan, dan jenis industry mampu menjelaskan pengaruh variabel underpricing sebesar 27,2%, sisanya sebesar 72,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
5.4 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas.
Tabel 5.7 Uji Pengaruh Simultan dengan Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 45.445 8 5.681 5.646 .000a
Residual 121.737 121 1.006
Total 167.182 129
a. Predictors: (Constant), Jenis Industri (X8), Persentase Penawaran Saham Publik (X4), Financial Leverage (X3), ROA (X2), Reputasi Auditor (X6), Volume Perdagangan (X5), Umur Perusahaan (X7), Ukuran Perusahaan (X1)
b. Dependent Variable: Underpricing (Y)
Berdasarkan Tabel 5.6, diketahui nilai F hitung adalah 5,646 dan Sig 0,000.
karena nilai F hitung 5,646 > F tabel 2,015 dan nilai Sig 0,000 < 0,05.
Maka ukuran perusahaan, ROA, financial leverage, persentase penawaran saham publik, volume perdagangan, reputasi auditor, umur perusahaan, dan jenis industri secara simultan berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
5.5 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Tabel 5.7 berikut ini menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial.
Tabel 5.8 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji )
Coefficientsa a. Dependent Variable: Underpricing (Y)
Berdasarkan Tabel 5.7, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = 3,632 – 0,619X1 + 0,025X2 + 4,216X3 + 0,101X4 – 1,562X5 – 0,109X6 – 0,072X7 – 0,004X8 +e
Berdasarkan persamaan regresi linear berganda di atas, diketahui:
1. Nilai koefisien regresi dari ukuran perusahaan adalah -0.619, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,498 >
0,05 dan nilai t hitung |-0,680| < t tabel |1,979|, maka ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
2. Nilai koefisien regresi dari ROA adalah 0.025, yakni bernilai positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan ROA berpengaruh positif terhadap
underpricing. Diketahui nilai Sig 0,960 > 0,05 dan nilai t hitung |0.050| < t tabel |1,979|, maka ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
3. Nilai koefisien regresi dari financial leverage adalah 4.216, yakni bernilai positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan financial leverage
berpengaruh positif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,014 <
0,05 dan nilai t hitung |2,492| > t tabel |1,979|, maka financial leverage berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
4. Nilai koefisien regresi dari persentase penawaran saham publik adalah 0.101, yakni bernilai positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan persentase penawaran saham publik berpengaruh positif terhadap
underpricing. Diketahui nilai Sig 0,459 > 0,05 dan nilai t hitung |0,744| < t
tabel |1,979|, maka persentase penawaran saham publik tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
5. Nilai koefisien regresi dari volume perdagangan adalah -1.562, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan volume perdagangan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,000 <
0,05 dan nilai t hitung |-3,615| > t tabel |1,979|, maka volume perdagangan berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
6. Nilai koefisien regresi dari reputasi auditor adalah -0.109, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,021 < 0,05 dan nilai t hitung |-2,339| > t tabel |1,979|, maka reputasi auditor berpengaruh
signifikan terhadap underpricing.
7. Nilai koefisien regresi dari umur perusahaan adalah -0.072, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan umur perusahaan
berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,523 >
0,05 dan nilai t hitung |-0,640| < t tabel |1,979|, maka umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
8. Nilai koefisien regresi dari jenis industri adalah -0.004, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan jenis industri berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,919 > 0,05 dan nilai t hitung |-0,102| < t tabel |1,979|, maka jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
5.6. Pembahasan Hasil Penelitian
5.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing
Berdasarkan hasil uji dari regresi liniear berganda yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien regresi dari ukuran perusahaan adalah -0.619, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,498 > 0,05 dan nilai t hitung |-0,680| < t tabel |1,979|, maka ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Dapat juga disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, artinya jika dilihat dari sudut pandang perusahaan ukuran, perusahaan yang semakin besar tidak begitu signifikan pengaruhnya terhadap penekanan underpricing.
Sedangkan dari sudut pandang investor ukuran perusahaan yang semakin besar tidak selalu menjadi prioritas utama dalam pemilihan saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shoviyah (2013) yang menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lismawati (2015) dan Pahlevi (2014). Hasil penelitian yang telah mereka lakukan menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing yang berarti semakin besar ukuran perusahaan maka semakin mampu menekan atau memperkecil nilai underpricing.
5.6.2 Pengaruh Return On Asset Terhadap Underpricing
Berdasarkan hasil uji dari regresi liniear berganda yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien regresi dari Return On Asset adalah 0.025, yakni bernilai
positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikanReturn On Asset berpengaruh positif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,960 > 0,05 dan nilai t hitung |0.050| <
t tabel |1,979|, maka Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Dalam kata lain Return On Asset tidak berpengaruh signifikan positip terhadap underpricing yang berarti semakin besar Return On Asset suatu perusahaan tidak begitu berpengaruh terhadap besarnya nilai underpricing. Bila dilihat dari sudut pandang perusahaan tentu perusahaan ingin menekan angka underpricing untuk memperoleh hasil pendanaan yang maksimal. Dengan adanya nilai Return On Asset yang semakin besar bukan berarti peluang untuk menekan underpricing juga semakin besar pula, namun ada kalanya ketika investor melihat Return On Asset yang tinggi menginformasikan suatu keadaan dimana perusahaan mampu menggunakan asetnya untuk memperoleh laba operasi yang semakin besar yang mengakibatkan kecenderungan underpricing meningkat, namun keadaan demikian juga tidak selamanya dilakukan atau dipilih oleh setiap investor, oleh sebab itu hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Return On Asset terhadap underpricing adalah tidak berpengaruh signifikan positip. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2012).
Sementara itu hasil penelitian berbeda dengan yang dilakukan oleh Ramadani (2015) yang menyatakan bahwa Return On Asset berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing yang artinya semakin besar Return On Asset akan semakin mempengaruhi penekanan nilai underpricing.
5.6.3. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Underpricing
Hasil pengujian regresi linier berganda menghasilkan nilai koefisien regresi dari financial leverage adalah 4.216, yakni bernilai positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan financial leverage berpengaruh positif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,014 < 0,05 dan nilai t hitung |2,492| > t tabel
|1,979|, maka financial leverage berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Dapat juga kita simpulkan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan positip terhadap underpricing, yang berarti semakin besar kenaikan financial leverage atau rasio hutang maka semakin mempengaruhi naiknya underpricing.
Financial leverage yang tinggi dinilai terlalu riskan bagi suatu perusahaan karena berarti perusahaan secara teori harus menyediakan dana yang cukup dalam membayar beban-beban yang timbul akibat hutang seperti beban bunga, beban angsuran, dan lain-lain. Hal ini berdampak pada daya beli saham investor yang mana investor akan mempertimbangkan secara matang dana yang mereka berikan dalam bentuk saham untuk dikelola oleh perusahaan. Dengan adanya tingkat financial leverage berarti perusahaan harus mengutamakan pembayaran yang timbul akibat kewajiban atau hutang yang telah diperoleh pada masa lalu. Bagi perusahaan yang sudah memiliki tingkat financial leverage yang cukup tinggi saat melakukan IPO tentunya berharap banyak dari dukungan calon investor, dan dengan kondisi perusahaan tersebut membuat perusahaan bisa saja berani untuk menjual sahamnya di bawah harga pasar yang wajar agar pendanaan yang diharapkan segera likuid. Alasan tersebut membuat underpricing cenderung meningkat dan menguntungkan pihak investor karena investor harus bertarung
dengan ketidak pastian yang lebih besar terhadap masa depan perusahaan tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lismawati (2015) dan Pahlevi (2014). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadani (2015) dan Kristiantari (2012) yang menyatakan bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
5.6.4 Pengaruh Persentase Penawaran Saham Publik Terhadap Underpricing
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai koefisien regresi dari persentase penawaran saham publik adalah 0.101, yakni bernilai positif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan persentase penawaran saham publik berpengaruh positif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,459 > 0,05 dan nilai t hitung |0,744| < t tabel |1,979|, maka persentase penawaran saham publik tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Dengan kata lain persentase penawaran saham publik tidak berpengaruh signifikan positip terhadap underpricing, artinya semakin tinggi persetase saham publik yang ditawarkan tidak begitu berpengaruh terhadap naiknya underpricing. Seberapapun jumlah porsi saham yang ditawakan ke publik tidak menjadi suatu masalah bagi investor dalam membeli saham suatu perusahaan yang sedang IPO karena investor banyak memperhatikan dari hal-hal lain yang lebih penting. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggelia (2015) dan Saurabh (2015). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Islam (2010) yang menyatakan bahwa persentase penawaran saham publik berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
5.6.5. Pengaruh Volume Perdagangan Terhadap Underpricing
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai koefisien regresi dari volume perdagangan adalah -1.562, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan volume perdagangan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung |-3,615|
> t tabel |1,979|, maka volume perdagangan berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Dapat juga disimpulkan bahwa volume perdagangan berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing yang artinya semakin besar volume perdagangan pada hari pertama diperdagangkan di pasar sekunder maka semakin memperkecil nilai underpricing. Sebagaimana diketahui bahwa volume perdagangan yang tinggi menunjukkan tingkat supply and demand terhadap saham yang cukup tinggi mengakibatkan harga juga akan semakin berfluktuatif dan memungkinkan dapat menekan underpricing. Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Ahmad (2015) yang menyatakan bahwa volume perdagangan tidak berpengaruh terhadap underpricing.
5.6.6. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Underpricing
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai koefisien regresi dari reputasi auditor adalah -0.109, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,021 < 0,05 dan nilai t hitung |-2,339| > t tabel
|1,979|, maka reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Dengan kata lain reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing artinya semakin tinggi reputasi auditor maka semakin kecil nilai
underpricing. Reputasi auditor yang tinggi mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap laporan keungan yang dihasilkan sehingga fenomena underpricing mampu menekan underpricing sebagaimana hal ini menguntungkan bagi perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Venantia (2012) dan Shoviyah (2013). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2014) dan Kristiantari (2012) yang menyatakan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
5.6.7. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Underpricing
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai koefisien regresi dari umur perusahaan adalah -0.072, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Diketahui nilai Sig 0,523 > 0,05 dan nilai t hitung |-0,640| < t tabel
|1,979|, maka umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Dengan kata lain umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing artinya semakin lama perusahaan berdiri tidak begitu memepengaruhi semakin rendahnya tingkat underpricing. Meskipun umur perusahaan yang beroperasi lama menjadikan indikasi atas kemampuan perusahaan untuk bertahan (survive) sampai saat ini namun hal tersebut, tidak semata-mata menjadi pertimbangan oleh investor dalam menentukan pilihan sahamnya. Karena investor saat ini lebih cerdas dalam memilih tren bisnis yang sedang berkembang tanpa harus meninjau dari sudut pandang umur perusahaan.
Penilitian ini sejalan ini penelitian yang dilakukan oleh Anggelia (2015) dan
Ramadani (2015) . Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh saurabh (2005) dan Pahlevi (2014) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
5.6.8. Pengaruh Jenis Industri Terhadap Underpricing
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan nilai koefisien regresi dari jenis industri adalah -0.004, yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan jenis industri berpengaruh negatif terhadap underpricing.
Diketahui nilai Sig 0,919 > 0,05 dan nilai t hitung |-0,102| < t tabel |1,979|, maka jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Dengan kata lain jenis industri tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing artinya jenis perusahaan tidak begitu memepengaruhi rendahnya underpricing.
Sebab investor tidak selalu mengutamakan jenis industri yang akan dipilih untuk menempatkan dananya dalam bentuk saham. Penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh I Putu Edy (2017) dan Anggelia (2015). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saurabh (2005) dan Islam (2010) yang menyatakan bahwa jenis industri berpangaruh negatif signifikan terhadap underpricing.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian analisis dan uji hipotesis yang dilakukan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Variabel ukuran perusahaan, return on asset, financial leverage,
persentase penawaran saham publik, volume perdagangan, reputasi auditor, umur perusahaan dan jenis industri secara bersama-sama
(simultan) mampu mempengaruhi variabel underpricing pada perusahaan
(simultan) mampu mempengaruhi variabel underpricing pada perusahaan