• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Industri

Dalam dokumen TESIS OLEH : MEIGIA NIDYA SARI / Akt (Halaman 43-0)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.10. Jenis Industri

Jenis industri menunjukkan karakteristik perusahaan yang beroperasi di dalam industri tersebut. Jenis industri pada umumnya dibedakan oleh produk yang dihasilkan. Sari (2011) menyatakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan ke dalam 2 kelompok besar, yaitu:

1. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjalankan proses pembuatan produk. Sebuah perusahaan bisa dikatakan perusahaan manufaktur apabila ada tahapan input-proses output yang akhirnya menghasilkan suatu produk.

2. Perusahaan non manufaktur adalah perusahaan yang tidak menjalankan proses pembuatan produk.

2.2.1 Review Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian ini, seperti pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2

Review Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti & Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil 1 company size, dan industrial type

Variabel Dependen:

Underpricing

Variabel percentage capacity for public offering, company size, and industrial type berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing pada tingkat, sedangkan variabel company age berpengaruh positif terhadap underpricing. company size, dan industrial type

Variabel Dependen:

Underpricing

Variabel offer size tidak berpengaruh terhadap underpricing, sedangkan Variabel company age, company size, dan industrial type berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing.

Semua variabel independen yaitu Company Age, offer size, listing quality, ROA, Financial Leverage, Gross Proceeds, Ownership Retention Variabel Dependen:

Underpricing

Variabel Financial Leverage dan Ownership Retention berpengaruh positif terhadap underpricing sedangkan Investment, underwriter quality, ROA, dan Gross Proceeds berpengaruh positif terhadap Underpricing. perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing, sementara DER, EPS, umur perusahaan, dan persentase saham yang ditawarkan ke publik tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter, penggunaan dana IPO untuk investasi, reputasi auditor

Variabel Dependen:

Underpricing

Variabel ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter, dan penggunaan dana IPO untuk investasi tidak berpengaruh terhadap underpricing, sementara variabel reputasi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing

Nama Peneliti No & Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil

7 reputasi auditor, financial leverage, ROA, NPM, Current ratio, ukuran

perusahaan, umur

perusahaan Variabel Dependen:

Underpricing

Variabel Reputasi underwriter, reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel financial leverage berpengaruh positip terhadap underpricing, sedangkan variabel ROA, NPM, Current ratio, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing reputasi auditor, current ratio, EPS, ROE, ukuran perusahaan,

Variabel Dependen:

Underpricing

Variabel Reputasi underwriter, reputasi auditor, ROE, ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing, sementara variabel current ratio dan EPS tidak berpengaruh terhadap underpricing (ROA), financial leverage (DER), ukuran perusahaan, umur perusahaan.

Variabel Dependen:

Underpricing,

Variabel Reputasi underwriter dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing, sementara variabel profitabilitas perusahaan (ROA), dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat

Underpricing, sedangkan

Financial leverage (DER) berpengaruh positif terhadap underpricing.

umur perusahaan, tujuan penggunaan dana infestasi, profitabilitas perusahaan, financial leverage, jenis industri

Variabel Dependen:

Underpricing

Variabel reputasi underwriter, ukuran perusahaan, tujuan penggunaan dana investasi berpengaruh negatif terhadap underpricing, sedangkan variabel reputasi auditor, umur perusahaan, profitabilitas perusahaan, financial leverage, dan jenis industri tidak

Tingkat underpricing bersifat dinamis dan berbagai kekuatan pasar berinteraksi sekaligus dalam mengamati variasi harga yang baru dan hasilnya signifikan terhadap kerangka peraturan negara setempat dalam menjelaskan underpricing

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperikan bukti empiris tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO). Variabel-variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, return on asset, Financial Leverage, persentase penawaran saham publik, volume perdagangan, reputasi auditor, umur perusahaan, jenis perusahaan, sedangkan variabel dependennya yaitu underpricing.

Gambar 3.1.

Kerangka Konseptual Ukuran Perusahaan (X1)

Return on Asset (X2) Financial Leverage (X3)

Underpricing (Y) Volume Perdagangan (X5)

Persentase Penawaran Saham Publik(X4)

Reputasi Auditor(X6)

Jenis Industri (X8) Umur Perusahaan (X7)

Penelitian ini dilakukan terhadap underpricing saham karena underpricing merupakan biaya tidak langsung (indirect cost) bagi perusahaan yang melakukan IPO (issuer). Artinya, bilaharga saham dapat diterima di pasar dengan harga yang lebih tinggi, kenapa tidak dijual pada harga tersebut, yaitu harga pada saat penutupan hari pertama di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing. Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial return atau positif return bagi investor.

Pada kerangka konsep ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan uraian sebagai berikut:

a. Hubungan antara Ukuran Perusahaan terhadap Underpricing

Ukuran perusahaan dapat dijadikan sebagai proxy tingkat ketidakpastian saham. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Penelitian ini menambahkan beberapa variabel independen dari penelitian sebelumnya. Diduga semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil underpricing. Menurut Durukan (2002) menyatakan

ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing yang dihasilkan. Demikian pula hasil penelitian Yolana (2005) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing.

b. Hubungan Antara Return on Asset Terhadap Underpricing

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Nilai return on asset yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan tingkat underpricing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ghozali (2002) menyatakan bahwa return on asset berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing. Penelitian ini menambahkan beberapa variabel independen dari penelitian sebelumnya.

c. Hubungan antara Persentase Penawaran kepada Publik terhadap Underpricing Persentase penawaran kepada publik menunjukkan porsi kepemilikan saham yang dikuasai oleh publik. semakin besar dana yang diharapkan maka semakin besar persentase penawaran kepada publik. Jumlah hutang menggambarkan kemungkinan perusahaan menggunakan dana dari hasil penawaran umum untuk membayar hutangnya. Yong (2009) menyatakan bahwa persentase penawaran kepada publik dapat dijadikan indikator untuk melihat aktivitas investor di pasar sekunder, karena persentase penawaran berhubungan dengan kegiatan spekulatif dari investor. Dana yang diperoleh perusahaan pada

saat IPO berhubungan dengan persentase penawaran kepada publik. Investor melihat perusahaan yang persentase penawarannya besar memiliki prospek yang baik pada masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) menyatakan bahwa persentase saham yang ditawarkan ke public berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Penelitian ini menambahkan beberapa variabel independen dari penelitian sebelumnya.

d. Hubungan Volume Perdagangan terhadap Underpricing.

Berbagai penelitian terhadap hubungan antara volume perdagangan dengan perubahan harga pada berbagai pasar modal di luar menunjukkan korelasi positif antara keduanya di mana hal ini sesuai dengan semboyan kuno dari Wall Street bahwa “it takes volume to make prices move”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Crouch (1970) menunjukkan korelasi positif antara volume harian dengan perubahan harga dalam bursa saham secara keseluruhan maupun pada sampel beberapa saham. Semakin tinggi volume perdagangan maka harga saham akan cenderung berfluktuatif, namun apakah akan terjadi underpricing atau tidak kita dapat melihatnya di sesi terakhir penutupan bursa saham pada hari pertama.

Hal ini diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap hubungan volume perdagangan terhadap underpricing. Penelitian ini menambahkan beberapa variabel independen dari penelitian sebelumnya.

e. Hubungan Antara Financial Leverage dengan Underpricing

Financial leverage merupakan salah satu dari sub pembahasan mengenai rasio solvabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya yang terdiri dari beberapa pendekatan baik pendekatan dari sisi modal, maupun dari sisi aset yang dimilikinya. Apabila financial leverage ini tinggi

menunjukkan resiko suatu perusahaan dan akan mengurangi minat investor sehingga akan meningkatkan ketidakpastian suatu perusahaan. Menurut Kim, et al,. (2001), secara teoritis, financial leverage menunjukkan risiko suatu perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Besarnya financial leverage perusahaan akan menunjukkan semakin besarnya risiko finansial atau risiko keagagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjamannya sehingga dapat mempengaruhi penetapan harga saham yang wajar pada saat IPO. Financial leverage yang tinggi akan mengakibatkan penetapan harga saham yang cenderung underpriced karena akan berpengaruh pada tingginya ketidakpastian return yang akan diterima investor atas investasinya. Oleh karena itu semakin tinggi financial leverage perusahaan maka akan semakin besar pula tingkat underpricing (Setianingrum dan Suwito, 2008). Penelitian yang dilakukan Setianingrum dan Suwito (2008) serta Ghozali dan Mansur (2002) menunjukkan bahwa financial leverage mempunyai pengaruh positif terhadap underpricing. Namun penelitian Witjaksono (2012) menunjukkan bahwa financial leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap underpricing.

f. Hubungan Antara Reputasi Auditor dengan Underpricing

Salah satu persyaratan bagi perusahaan yang akan go public adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Selain itu dalam kelanjutannya auditor akan menjadi narasumber bagi investor mengenai laporan keuangan yang diterbitkan emiten. Laporan keuangan merupakan indikator dasar dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Dengan demikian, emiten sangat berkepentingan dengan penilaian dan pendapat yang dibuat oleh auditor agar memperoleh nilai laporan keuangan yang bagus. Reputasi auditor sangatlah

berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO. Informasi yang ada dalam prospektus tingkat kepercayaannya tergantung dari pihak auditor yang melakukan audit. Oleh karena itu, kualitas auditor turut memberikan pengaruh terhadap keberhasilan IPO yang ditunjukkan dengan adanya underpricing yang kecil (Moizer, 1997). Penelitian yang dilakukan Beatty (1989) dan penelitian Aini (2013) menunjukkan bahwa reputasi auditor mempunyai pengaruh negatif terhadap underpricing. Namun penelitian yang dilakukan Kristiantari (2012) serta penelitian Daljono (2000) menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap underpricing.

g. Hubungan Antara Umur Perusahaan dengan Underpricing

Umur perusahaan merupakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam bertahan. Perusahaan yang sudah lama berdiri dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut banyak pengalaman dan kemampuan yang besar untuk bertahan. Investor cenderung lebih percaya pada perusahaan yang sudah lama berdiri jika dengan perusahaan yang masih baru. Kepercayaan investor ini akan mengakibatkan investor yakin untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan emiten. Perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai lebih banyak pengalaman terkait dengan bidang bisnis yang dilakukan dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Namun perusahaan yang sudah lama berdiri cenderung memiliki birokrasi yang kompleks dan kurang fleksibel dalam pengambilan keputusan (Beatty, 1989). Perusahaan yang telah lama berdiri memiliki lebih banyak pengalaman dan lebih baik dalam mengeksploitasi pasar secara lebih baik dibanding dengan perusahaan yang baru. Diharapkan perusahaan lama yang lebih berpengalaman ini mampu mengurangi asimetri informasi dan memperkecil

ketidakpastian di masa akan datang (Sharma and Seraphim, 2010). Penelitian yang dilakukan Beatty (1989) menunjukkan bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap underpricing. Namun penelitian yang dilakukan Puspaningsih dan Mujib (2011) menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap underpricing.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Putra (2010) dan Beatty (1989) yang menghasilkan bahwa terdapat pengaruh signifikan umur perusahaan terhadap underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2006-2010. Penelitian Safitri (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan umur perusahaan terhadap underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO.

h. Hubungan Antara Jenis Industri dengan Underpricing

Jenis industri digunakan sebagai variabel independen untuk melihat apakah underpricing terjadi pada hampir semua jenis industri yang IPO atau hanya pada jenis industri tertentu saja dan apakah terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat underpricing-nya. Variabel jenis industri bisa saja mempengaruhi underpricing karena tiap industri memiliki risiko dan tingkat ketidakpastian yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi.

Risiko untuk setiap jenis industri berbeda karena adanya perbedaan karakteristik.

Perbedaan risiko ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor untuk setiap sektor industri juga berbeda sehingga tingkat underpricing juga mungkin akan berbeda (Yolana dan Martani, 2005). Penelitian yang dilakukan Suyatmin dan Sujadi (2006) menunjukkan bahwa jenis industri tidak mempunyai pengaruh terhadap underpricing.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep yang telah diuraikan sebelumnya diperolehlah hipotesis sebagai berikut:

Ukuran perusahaan, return on asset, financial leverage, persentase penawaran saham publik, volume perdagangan, reputasi auditor, umur perusahaan, dan jenis industri berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap underpricing saham saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal yang merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Dari jenis data yang digunakan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode penelitian kuantitatif ditujukan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013)

4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang terkait dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses situs resmi www.idx.co.id.

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2016 sampai dengan Januari 2018.

4.3. Populasi dan Sampel

Penelitian ini mengambil populasi perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di BEI dari tahun 2008-2017 yang mengalami underpricing dengan teknik sampel jenuh atau sensus sehingga diperoleh sebanyak 130 perusahaan yang mengalami underpricing selama periode tersebut sebagai populasi dan jumlah tersebut juga dijadikan sebagai sampel.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dengan menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder (Laporan tahunan perusahaan pada seluruh perusahaan yang menjadi sampel penelitian). Sumber data tersebut dapat diperoleh dari Indonesian Stock Exchange.

4.5. Definisi Operasional Variabel

Pengamatan yang menjadi objek penelitian adalah ukuran perusahaan, return on asset, financial leverage, persentase penawaran saham publik, volume perdagangan, reputasi auditor, umur perusahaan, dan jenis industri sebagai variabel independen. Adapun underpricing dijadikan sebagai variabel dependen.

4.5.1. Variabel Independen a. Ukuran Perusahaan

Untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan adalah dengan melihat total aktiva dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di Bursa dengan rumus:

SIZEt = Ln(Total Asset) Keterangan:

SIZEt = Ukuran perusahaan tahun t Ln = Natural logaritma

Total Asset = Total aset perusahaan tahun t

b. Return On Asset

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Nilai ROA dapat diukur dengan rumus:

NIAT Keterangan : ROA =

TA ROA : Return on Asset

NIAT : Net Income After Tax TA : Total Assets

c. Financial Leverage

Financial leverage dapat dihitung berdasarkan rumus yang terdapat pada salah satu rasio solvabilitas yaitu dengan menggunakan Debt to Total Asset Ratio (DAR), yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai aset yang berasal dari hutang. Rumus yang digunakan adalah :

Total Kewajiban Debt to Total Asset (DAR) =

Total Aset

d. Persentase Penawaran Saham Publik

Persentase saham yang dipegang oleh pemilik saham menunjukan banyak sedikitnya pengungkapan informasi privat perusahaan. Informasi kepemilikan saham oleh pemilik akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya baik. Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan akan memperkecil ketidakpastian. Dalam hal ini persentase saham yang ditawarkan diukur dengan menggunakan persentase saham yang ditawarkan kepada publik.

e. Volume Perdagangan

Jumlah volume saham suatu emiten yang diperdagangkan di hari pertama melantai di Bursa Efek Indonesia sampai sesi penutupan terakhir dengan menggunakan satuan volume lembar saham.

Volume = Ln (Volume Saham)

f. Reputasi Auditor

Reputasi auditor diukur berdasarkan frekuensi auditor melakukan audit terhadap laporan keuangan emiten. Dalam penelitian ini dibuat peringkat auditor dengan cara membuat record dari perusahaan yang melakukan IPO dan membuat urutan sesuai dengan frekuensi auditor yang melakukan audit selama 1 tahun dalam periode penelitian. Asumsinya emiten diberi nilai 1 apabila menggunakan jasa auditor yang masuk kategori “big four” dalam setiap tahun dan bila emiten tidak menggunakan jasa auditor yang tidak masuk dalam “big four” dalam setiap tahun diberi skala 0.

g. Umur Perusahaan

Umur perusahaan dihitung dalam skala tahun dan diukur dengan lamanya perusahaan beroperasi yaitu sejak perusahaan didirikan sampai dengan ketika perusahaan tersebut melakukan IPO. Informasi mengenai tanggal berdirinya perusahaan dan saat perusahaan tersebut melakukan IPO dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan. Formula Umur Perusahaan dapat dirumuskan:

Age = Lamanya perusahaan beroperasi yaitu sejak perusahaan didirikan sampai dengan ketika perusahaan tersebut melakukan IPO.

h. Jenis Industri

Pengukuran variabel jenis industri menggunakan variabel dummy.

Penentuan jenis industri menggunakan skala 1 untuk industri manufaktur dan 0 untuk industri bukan manufaktur. Jenis industri manufaktur memiliki perbedaan signifikan dengan jenis industri lainnya yaitu real estate, properti, keuangan, asuransi dan investasi. Perbedaan tersebut antara lain dalam struktur modal dan komponen-komponen neraca dan laba rugi yang dapat mempengaruhi perhitungan variabel-variabel keuangan.

4.5.2. Variabel Dependen a. Underpricing

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingginya tingkat underpricing yang terjadi dalam penawaran harga saham pada pasar perdana yang diukur berdasarkan perhitungan initial return dari perusahaan-perusahaan keuangan yang melakukan initial public offering selama periode 2008-2017 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P1 - P0 Keterangan :

Up = X 100% Up = Initial return perusahaan

P0 P0 = Harga penawaran saham perdana

P1 = Harga penutupan saham pada hari pertama di pasar sekunder

Tabel 4.5

Definisi Operasional Variabel Variabel Jenis

Variabel

Konsep Sub Variabel Indikator Skala

Underpricing (Y)

Dependen Underpricing merupakan selisih antara Closing price

Independen total aktiva dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di Bursa

SIZEt = Ln(Total Asset) Rasio

Return On Assets (X2)

Independen ROA merupakan perbandingan antara laba bersih perusahaan setelah pajak dengan total aset

Independen Financial leverage merupakan perbandingan antara total liabilitas dengan total aset ditawarkan diukur dengan menggunakan persentase saham yang ditawarkan kepada publik emiten yang diperdagangkan di hari pertama di bursa

Reputasi auditor dibedakan menjadi dua kategori, yang berasal dari “big four” dan yang diluar dari “big four”

Diukur sejak perusahaan berdiri berdasarkan akte pendirian sampai dengan saat perusahaan melakukan IPO

Diklasifikasikan ke dalam industri manufaktur dan yang bukan manufaktur

SIZEt = Ln(Volume saham)

1 untuk auditor big four 0 untuk yang bukan auditor

big four

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data diolah dengan program SPSS.

4.6.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode ini digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel dependen dan variabel independen untuk menguji hipotesis di atas digunakan model sebagai berikut :

UP1 = a + b1SIZE + b2ROA + b3FL + b4PPSP + b5FP + b6RA + b7AGE + b8TYPE + e Keterangan:

UP1 = Underpricing

a = konstanta

b1,b2,b3,b4,b5,b6,b7,b8 = koefisien regresi dari setiap variable independen

SIZE = Ukuran Perusahaan

ROA = Return on Assets

FL = Financial Leverage

PPSP = Persentase Penawaran Saham Publik

VP = Volume Perdagangan

RA = Reputasi Auditor

AGE = Umur Perusahaan

TYPE = Jenis Industri

e = error term

4.7. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan pada persamaan model regresi sehingga data-data yang digunakan dalam pengujian hipotesis bebas dari asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui normalitas data yang akan diolah serta ada tidaknya multikoliniearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas dalam model regresi.

4.7.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Menurut Ghozali (2013), pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Dasar pengambilan keputusan :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas

residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

4.7.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi antar variabel – variabel independent yang akan digunakan dalam persamaan regresi atau dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factors). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya

Dalam dokumen TESIS OLEH : MEIGIA NIDYA SARI / Akt (Halaman 43-0)