BAB III METODE PENELITIAN
E. Instrumen Penelitian
Tes yang digunakan peneliti adalah tes essay dengan beberapa
pertanyaan yang memberikan kebebasan kepada subyek penelitian untuk
menjawab dan mengeluarkan gagasannya. Pemilihan tes jenis ini dikarenakan
peneliti ingin melihat peningkatan kemampuan memahami subyek terhadap
penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan. Tes kemampuan
memahami yang digunakan pada siklus I dan siklus II berbeda. Perbedaan
terlihat pada materi yang disampaikan pada masing-masing siklus. Tes
kemampuan memahami siklus I dirancang untuk materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan sejenis. Tes kemampuan memahami siklus II dirancang
untuk materi penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan. Berikut
adalah kisi-kisi tes kemampuan memahami yang digunakan peneliti pada
Tabel E.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Memahami Siklus I dan II
Standar Kompetensi: 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar: 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan No Indikator Deskriptor No soal Siklus I Siklus II 1 Memberikan contoh dari suatu konsep
a. Siswa mampu mencontohkan berbagai bentuk pecahan b. Siswa mampu menunjukkan
penggunaan suatu bentuk pecahan dalam kehidupan sehari-hari.
1 1,2
2 Menyatakan ulang sebuah konsep
Siswa mampu mendefinisikan konsep berbagai bentuk pecahan melalui ciri-ciri dari pecahan tersebut. 1 1, 2 3 Mengubah suatu bentuk ke bentuk lain
Siswa mampu mengubah suatu bentuk pecahan kebentuk pecahan yang lain tanpa mengubah nilai dari pecahan tersebut.
2, 3 3 4 Melakukan operasi hitung dalam berbagai bentuk
a. Siswa mampu melakukan operasi hitung dalam pecahan sejenis.
b. Siswa mampu menjumlahkan beragai bentuk pecahan c. Siswa mampu mengurangkan
beragai bentuk pecahan d. Sisa mampu melakukan operasi hitung campuran dalam berbagai bentuk
4, 5, 6 4 (a dan b), 5(a dan b), 6 (a dan b), 7(a dan b), 8
Tabel E.1 menunjukkan penomoran untuk masing-masing indikator
kemampuan memahami penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk
pecahan pada tes siklus I dan siklus II. Pada tes siklus I untuk indikator (1)
memberikan contoh dari suatu konsep dan indikator (2) menyatakan ulang
sebuah konsep berada pada nomor soal 1. Indikator (3) mengubah suatu
bentuk ke bentuk lain berada pada nomor soal 2 dan 3. Indikator (4)
melakukan operasi hitung dalam berbagai bentuk berada pada nomor soal 4,
konsep dan indikator (2) menyatakan ulang sebuah konsep berada pada
nomor soal 1 dan 2. Indikator (3) mengubah suatu bentuk ke bentuk lain
berada pada nomor soal 3. Indikator (4) melakukan operasi hitung dalam
berbagai bentuk berada pada nomor soal 4(a dan b), 5 (a dan b), 6 (a dan b), 7
(a dan b), dan 8.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung
dimana peneliti akan mengamati secara langsung subyek penelitian. Paul
Suparno dalam Riset Tindakan Untuk Pendidik, 2008: 45 menjelaskan bahwa
observasi langsung adalah cara yang sangat baik untuk mendapatkan data
karena peneliti langsung tahu situasi nyata yang diteliti. Peneliti sebagai
pengamat pasif karena proses tindakan sepenuhnya dilaksanakan oleh guru.
Lembar observasi yang digunakan peneliti mengutip milik Erni Kurniasih
(2008) dalam penelitiannya Pengembangan Perangkat Pembelajaran Yang
Mengakomodasi Pemodelan Dalam Menyelesaikan Masalah Penjumlahan
Pecahan Dengan Pendekatan PMRI Kelas IV A SD Negeri Adisucipto I.
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru adalah wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah teknik wawancara yang
menggunkana pedoman wawancara (Sugiyono, 2011:188). Peneliti akan
bertatap muka secara langsung dengan guru mitra sebagai nara sumber untuk
menggali lebih dalam seputar keterlaksanaan masalah kontekstual dalam
PMRI. Pedoman wawancara disusun agar arah pembicaraan tidak
menyimpang dari tujuan wawancara karena pertanyaan wawancara dapat
berkembang sesuai jawaban yang diberikan guru. Berikut adalah kisi-kisi
karakteristik masalah kontekstual dalam PMRI selama pelaksanaan siklus I
dan siklus II.
Tabel E.2 Kisi-kisi Wawancara Keterlaksanaan Karakter Masalah Kontekstual dalam PMRI
No Indikator No pertanyaan
1 Pembelajaran dimulai dengan memberikan contoh masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa.
1, 2
2 Masalah kontekstual menjembatani pola pikir konkret siswa dengan materi abstrak matematika
3, 4, 5
3 Pembelajaran menggunakan media nyata 6, 7, 8, 9 4 Masalah nyata dapat memotivasi belajar siswa 10, 11
Tabel E.2 menunjukkan kisi-kisi maising-masing indikator
keterlaksanaan karakter masalah kontekstual dalam PMRI pada pedoman
wawancara yang digunakan peneliti. Indiaktor (1) pembelajaran dimulai
dengan memberikan contoh masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa
berada pada nomor 1 dan 2. Indikator (2) masalah kontekstual menjembatani
pola pikir konkret siswa dengan materi abstrak matematika berada pada
nomor 3, 4, dan 5. Indikator (3) pembelajaran menggunakan media nyata
berada pada nomor soal 6, 7, 8, dan 9. Indikator (4) masalah nyata dapat
memotivasi belajar siswa berada pada nomor soal 10 dan 11.
Peneliti menggunakan kuesioner tertutup untuk menjaring informasi dari
subjek penelitian. Chatterji (2003) menjelaskan bahwa kuesioner tertutup
lazimnya dipakai untuk menjaring informasi berupa fakta. Jawaban yang
berisi kemungkinan fakta yang diharapkan itu bisa sudah disediakan atau
disajikan sehingga subyek tinggal memilih jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda centang pada alternatif
jawaban yang sudah disediakan. Berikut adalah kisi-kisi instrumen kuesioner
karakteristik masalah kontekstual dalam PMRI selama pelaksanaan siklus I
dan II.
Tabel E.3 Kisi-kisi Kuesioner Respon Siswa Terhadap Keterlaksanaan Karakter Masalah Kontekstual dalam PMRI
No Aspek Indikator Nomor item
1 Pembelajaran dimulai dengan memberikan contoh masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa
Masalah nyata sesuai dengan pengetahuan siswa
1, 2, 3, 4
Masalah nyata sesuai dengan pengalaman siswa 5, 6, 7, 8 2 Masalah kontekstual membantu siswa memecahkan masalah dalam matematika Pembelajaran menggunakan media nyata 9, 10, 11, 12, 13, 14 Masalah nyata
menjembatani pola piker konkret siswa dengan materi abstrak
matematika
15, 16, 17, 18, 19, 20
3 Masalah nyata dapat memotivasi belajar siswa
Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
21, 22, 23, 24
Menumbuhkan semangat belajar siswa
25 dan 26
Tabel E.3 menunjukkan kisi-kisi kuesioner yang digunakan peneliti
untuk melihat respon siswa terhadap pelaksanaan karakter masalah
kontekstual dalam PMRI. Kuesioner ini memiliki tiga aspek yang diturunkan
lagi menjadi dua indikator untuk maisng-masing aspek. Aspek pertama yaitu
pembelajaran dimulai dengan memberikan contoh masalah nyata dalam
kehidupan sehari-hari siswa diturunkan menjadi dua indikator. Indikator (1)
masalah nyata sesuai dengan pengetahuan siswa berada pada nomor item 1, 2,
3, dan 4. Indikator (2) masalah nyata sesuai dengan pengetahuan siswa berada
pada nomor item 5 , 6, 7, dan 8. Aspek kedua adalah masalah kontekstual
membantu siswa memecahkan masalah dalam matematika diturunkan
berada pada nomor soal 9, 10, 11, 12, 13, dan 14. Indiaktor (2) masalah nyata
menjembatani pola pikir konkret siswa dengan materi abstrak matematika
berada pada nomor item 15, 16, 17, 18, 19, dan 20. Aspek ketiga yaitu
masalah nyata dapat memotivasi belajar siswa diturunkan menjadi dua
indikator. Indikator (1) menumbuhkan rasa ingin tahu berada pada nomor soal
21, 22, 23, dan 24. Indikator (2) menumbuhkan semangat belajar siswa
berada pada nomor soal 25 dan 26.
berdasarkan item-item kuesioner yang disusun peneliti, dipilih enam item
perwakilan masalah kontekstual untuk digabungkan dengan item kuesioner
dari empat karakter PMRI yang lain menjadi lembar kuesioner respon siswa
terhadap pembelajaran PMRI berkarakter.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen