• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

wawancara dan tes. Sedangkan perbedaannya terlihat dari tujuan

penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang

menggnakan pendekatan PMRI, sedangkan penelitian yang dilakukan

peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan

memahami materi pembelajaran melalui masalah kontekstual dalam

pendekatan PMRI.

Penelitian kedua berjudul Desain Bahan Ajar Penjumlahan Pecahan

Berbasis Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23 Indralaya oleh Ullya, Zulkardi,

dan Ratu llma Indra Putri (2010). Penelitian ini bertujuan untuk

IV SD N 23 Indralaya dan menjembatani aktivitas berfikir informal ke

formal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian “design research”

dimana peneliti menyusun bahan ajar matematika berbentuk buku (buku

siswa dan buku guru). buku tersebut dirancang sesuai pendekatan PMRI

tentang penjumlahan pecahan sesuai dengan standar isi pada kurikulum

sekolah dasar. Setiap pembelajaran dalam buku dimulai dengan masalah

atau soal-soal kontekstual bagi siswa. Setelah diujikan kepada responden,

ternyata desain bahan ajar penjumlahan pecahan berbasis PMRI untuk

siswa kelas empat sudah dinyatakan baik, dilihat dari hasil ulangan

harian siswa dari empat soal yang diberikan untuk 49 responden, ternyata

untuk soal nomor satu yang dinyatakan barhasil sebanyak 48 orang

(97,96%), soal nomor dua yang dinyatakan berhasil 42 responden (85,

71%), soal nomor 3 yang dinyatakan berhasil sebanyak 32 responden

(65,31%), dan soal nomor 4 yang berhasil sebanyak 41 orang 83, 67%).

Jika dilihat dari tugas yang diberikan guru ternyata tugas pertama yang

tuntas sebanyak 33 orang (67,3%), dan pada pertemuan kedua siswa yang

tuntas sebanyak 38 orang (77, 66%), dan pada pertemuan ketiga siswa

yang tuntas sebanyak 40 orang (81, 63%), sedangkan untuk pertemuan

keempat siswa yang tuntas mencapai 41 orang (83, 67%), kalau dilihat

dari empat kali pemberian tugas ternyata ada penigkatan sebesar 20%.

Jika dilihat dari proses pembelajaran menggunakan bahan ajar tersebut

terlihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dari 9

indikator yang diamati termasuk kategori baik ada 8 indikator, satu

yaitu perilaku yang tidak relevan dengan KBM seperti bermain,

mengganggu teman dan termenung.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan persamaan dan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan.

Persamaannya terletak pada penggunaan masalah kontekstual dalam

PMRI untuk menyusun bahan ajar. Persamaan selanjutnya adalah pada

materi yang digunakan yaitu materi pecahan. sedangkan perbedaannya

terlihat pada tujuan penelitian, tujuan penelitian ini untuk menghasilkan

bahan ajar berupa buku siswa dan buku guru sedangkan tujuan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti untuk mendeskripsikan peningkatan

kemampuan memahami materi pembelajaran. Selain itu perbedaan juga

terlihat pada subyek penelitian, subyek penelitian ini adalah siswa kelas

IV SD sedangkan subyek penelitian yang akan peneliti lakukan adalah

siswa kelas V SD.

Penelitian ketiga oleh Windha Kartika Kusumaningtyas, Wardono,

dan Sugiarto (2012) dengan judul Penerapan PMRI Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berbantuan Alat Peraga Materi Pecahan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tes

belajar peserta didik aspek kemampuan pemecahan masalah dengan

pembelajaran PMRI berbantuan alat peraga pada materi pecahan

mencapai skor tuntas individu sebesar 60 dan skor utas klasikal 75%

serta untuk mengetahui rata-rata hasil tes belajar peserta didik aspek

kemampuan pemecahan masalah dengan pembelajaran PMRI berbantua

ekspositori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tes belajar peserta

didik aspek kemampuan pemecahan masalah dengan pembelajaran PMRI

berbantuan alat peraga pada materi pecahan mencapai skor tuntas

individu sebesar 60 dan skor tuntas klasikal sebesar 75% serta rata-rata

hasil tes belajar peserta didik aspek kemampuan pemecahan masalah

dengan pembelajaran PMRI berbantuan alat peraga pada materi pecahan

lebih tinggi dari pada dengan pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan penjabaran pada paragraf sebelumnya dapat dilihat

persamaan dan perbedaan antara tiga penelitian yang relevan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan. Persamaannya terlihat pada

pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan PMRI dan materi yang

dipilih yaitu pecahan. Perbedaan kedua penelitian terlihat pada variabel

penelitian, penelitian ini menggunakan variabel kemampuan pemecahan

masalah sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan menggunakan

variabel kemampuan memahami. Perbedaan selanjutnya terlihat pada

tujuan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil belajar

sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan bertujuan untuk

Berdasarkan tiga penelitian yang relevan tersebut, peneliti menyusun

diagram penelitian yang relevan seperti berikut.

Gambar 2.1 Diagram Penelitian yang Relevan

Farah Diba, Zulkardi, dan Trimurti Saleh (2009)

Pengembangan Materi Pembelajaran Bilangan Berdasarkan Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

( Jurnal Penelitian)

Penelitian yang dilakukan:

PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PECAHAN KELAS V DENGAN PENDEKATAN PMRI SDK GANJURAN BANTUL

Windha Kartika Kusumaningtyas, Wardono, dan Sugiarto (2012)

Penerapan PMRI Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berbantuan Alat Peraga Materi Pecahan

(Jurnal Penelitian)

Ullya, Zulkardi, dan Ratu llma Indra Putri (2010).

Desain Bahan Ajar

Penjumlahan Pecahan Berbasis Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23 Indralaya oleh

B. Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang penting bagi

siswa tingkat sekolah dasar dimana pada masa tersebut anak-anak berada

pada fase operasi konkret menurut tahap perkembangan kognitif Piaget. Pada

masa tersebut mereka mengalami masa perubahan dari tahap berfikir secara

konkret menjadi lebih abstrak serta mulai berfikir untuk memecahkan

masalah. Matematika menjadi penting karena melalui pembelajaran

matematika siswa dilatih untuk berfikir secara logis, sistematis, kritis, dan

kreatif serta bekerja sama. Peneliti beranggapan, jika

kemampuan-kemampuan tersebut dilatih pada masa yang tepat yaitu usia sekolah dasar

maka kemampuan yang diharapkan akan berkembang secara optimal.

Meyakini hal tersebut, maka peneliti beranggapan bahwa pemahaman

siswa terhadap mata pelajaran matematika sangatlah penting untuk

dikembangkan agar siswa dapat berfikir secara rasional, sistematis, kritis

sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan tersebut bukan pekerjaan yang mudah, terlihat

dari kenyataan dilapangan bahwa matematika justru menjadi momok bagi

sebagian besar siswa khususnya siswa sekolah dasar. Jika kita bertanya

kepada siswa tentang mata pelajaran yang tidak disukai, sebagian besar akan

menjawab matematika dengan berbagai alasan seperti susah, membuat

pusing, gurunya galak, dll.

Kunci utama meningkatkan kemampuan memahami konsep matematika

peserta didik adalah dengan mengajak siswa untuk menyukai matematika

sekolah dari pikiran siswa. Untuk itu guru perlu memperhatikan pemilihan

materi, metode, media, bahan ajar serta komponen belajar lainnya.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dipilih untuk

memperbaiki sistem pembelajaran matematika sekarang ini adalah PMRI.

PMRI merupakan pendekatan pembelajaran matematika realistik yang

berangkat dari masalah-masalah disekitar siswa, sehingga dapat dibayangkan

pembelajaran dengan pendekatan PMRI akan lebih menekankan pada proses

dimana siswa belajar. Pendekatan ini mengajak siswa untuk membangun

pengetahuannya sendiri dari informasi-informasi yang mereka peroleh setelah

mengalami pengalaman-pengalaman belajar nyata.

PMRI berangkat dari masalah nyata disekitar siswa, maka dirasa dengan

pendekatan ini siswa dapat terlibat secara langsung di dalam pembelajaran

sekaligus lebih nyaman bagi mereka. Kenyamanan belajar matematika bagi

siswa akan mendorong siswa untuk menyukai mata pelajaran yang selama ini

dianggap sebagai momok sekolah. Siswa yang menyukai matematika akan

bersemangat untuk belajar dan mencoba membangun pengetahuan mereka

tentang materi matematika yang dipelajari.

Pelajaran matematika yang ditekankan pada proses pembelajarannya,

diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih

mengasah kemampuan memahami yang dimiliki. Terlebih siswa sendiri lah

yang membangun pengetahuan dari pengalaman belajar mereka. Melalui

pengalaman siswa, maka pengetahuan yang dipahami oleh siswa lebih

mendalam sekaligus lebih tahan lama. Karena dengan memahami siswa tidak

Pemilihan materi pecahan didasarkan karena pecahan banyak sekali

dijumpai atau ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka, misalnya

potongan harga saat membeli barang.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berfikir,

maka diajukan rumusan hipotesis tindakan yaitu: “Penggunaan masalah

kontekstual dapat meningkatkan kemampuan memahami penjumlahan dan

pengurangan berbagai bentuk pecahan dengan pendekatan PMRI di SD

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas model Kemmis & Mc

Taggart. PTK model Kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari

konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin (Wijaya Kusumah,

2010:20). Untuk lebih tepatnya, berikut ini adalah bentuk desainnya:

Gambar A.1 Desain PTK Model Kemmis & Mc Taggart

Gambar A.1 menunjukkan model Kemmis & Mc Taggart menjelaskan

jika pada satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan,

tindakan dan pengamatan yang dilakukan secara bersamaan serta refleksi

diakhir perangkat. Wijaya Kusumah (2010:1) menjelaskan pengertian siklus

menurut model ini adalah putaran kegiatan yang teriri dari perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Dari gambar diatas terlihat bahwa di

jumlah siklus sangat bergantung pada permasalahan yang perlu diselesaikan

(Kusumah, 2010:21).

B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Kanisius Ganjuran,

Bantul, Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada hasil

observasi dan wawancara peneliti di SD Kanisius Ganjuran. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara tersebut diketahui bahwa SD Kanisius

Ganjuran mengalami permasalah dalam pembelajaran matematika khususnya

materi penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan yang

disampaikan di kelas V. Hal ini diakui guru matematika terjadi setiap

tahunnya sejak ia mengajar di SD tersebut.

Subyek penelitian adalah siswa kelas V B SD Kanisius Ganjuran. Kelas

tersebut terdiri dari 22 siswa. Pemilihan subyek penelitian berdasarkan hasil

wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika di SD

tersebut.

Obyek penelitian adalah kemampuan memahami penjumlahan dan

pengurangan berbagai bentuk pecahan pada mata pelajaran matematika.

Seperti subyek penelitian, pemilihan obyek penelitian juga didasarkan pada

hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika di kelas

V B SD Kanisius Ganjuran.

Penelitian ini dilakukan mulai 10 Februari 2014 sampai 14 Maret 2014.

Pemilihan waktu ini menyesuaian dengan jadwal SD Kanisius Ganjuran

C. Rencana Tindakan

Peneliti melakukan dua siklus dalam penelitian ini. Siklus pertama

peneliti menekankan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan sejenis,

sedangkan siklus kedua peneliti menekankan materi penjumlahan dan

pengurangan berbagai bentuk pecahan. Untuk lebih jelasnya, berikut

dipaparkan rencana tindakan setiap siklus.

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebelum

memulai penelitin, dantaranya:

a. Mengajukan surat izin dari Universitas Sanata Dharma untuk

melakukan penelitian di SD Kanisius Ganjuran Bantul.

b. Mengajukan permohonan izin observasi kepada SD Kanisius

Ganjuran Bantul.

c. Melaksanakan observasi di SD Kanisius Ganjuran untuk menemukan

masalah yang terjadi di SD tersebut.

d. Menganalisis kebutuhan berdasarkan hasil observasi di kelas V B SD

Kanisius Ganjuran.

e. Mengajukan judul penelitian kepada Dosen sesuai masalah yang

ditemukan peneliti di SD Kanisius Ganjuran.

f. Menyusun proposal dan lampiran-lampiran untuk keperluan

penelitian.

g. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

h. Memperbaiki proposal dan instrumen yang diperlukan untuk

2. Rencana Setiap Siklus

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus di kelas V B SD Kanisius

Ganjuran. Peneliti merancang dua siklus untuk penelitian ini karena

keterbatasan waktu untuk materi penjumlahan dan pengurangan berbagai

bentuk pecahan di kelas V B SD Kanisius Ganjuran. Materi pembelajaran

dibagi menjadi dua siklus karena materi yang luas dalam waktu yang

singkat. Selain itu siklus II juga dijadikan peneliti untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Siklus I peneliti

menekankan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan sejenis,

sedangkan siklus II peneliti menekankan materi penjumlhana dan

pengurangan pecahan dalam berbagai bentuk.

a. Siklus I

Proses pembelajaran sepenuhnya berada ditangan guru

pengampu mata pelajaran matematika selaku guru mitra, sedangkan

peneliti bertindak sebagai pengamat atau observer dengan beberapa

observer lainnya. Peneliti mengajak beberapa peneliti lain sebagai

observer untuk menghindari data subyektif.

1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan berbagai keperluan

untuk melaksanakan penelitian siklus I, diantaranya sebagai

berikut.

1. Menyerahkan proposal penelitian tindakan kelas kepada

2. Mengadakan pertemuan dengan guru mitra untuk menentukan waktu

pelaksanaan siklus I dan skor tuntas atau kkm untuk masing-masing

indikator kemampuan memahami dan kelompok belajar untuk siswa.

3. Mengadakan pertemuan dengan guru mitra untuk mendiskusikan dan

mempelajari instrumen pembelajaran, diantaranya yaitu membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa

(LKS), serta instrumen penilaiannya yang sudah disiapkan peneliti

sebelumnya.

4. Mempersiapkan media pembelajaran.

2) Tindakan dan Pengamatan

Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan di kelas V B SD

Kanisius Ganjuran dan setiap pertemuan berlangsung selama 2 X 35

menit (2 Jp). Pada pertemuan pertama peneliti menekankan pada materi

penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa dan campuran, pada

peremuan kedua peneliti menekankan pada materi penjumlahan dan

pengurangan pecahan desimal, sedangkan pada pertemuan ketiga peneliti

menekankan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan persen.

A. Kegiatan Awal

1. Orientasi

a. Siswa menjawab salam pembuka dari guru.

b. Do’a dipimpin oleh salah satu siswa.

c. Siswa melakukan presensi dengan bimbingan guru.

2. Apersepsi

a. Siswa mendengarkan cerita guru tentang cerita nyata yang

terjadi dikehidupan sehari-hari siswa dan mengarah pada

materi yang dipelajari.

b. Siswa menjawab pertanyaan guru seputar cerita yang baru

saja disampaikan guru.

c. Salah satu siswa mendemonstrasikan penggunaan alat

peraga untuk menyelesaikan soal dalam cerita yang baru

saja didengarkan dengan bimbingan guru.

3. Motivasi

Siswa menyimak penjelasan guru tentang garis besar

pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

a. Siswa menerima media yang baru saja didemonstrasikan

oleh temannya.

b. Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan teman

sekelompoknya menggunakan media yang baru saja

diterima.

2. Elaborasi

a. Setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

b. Kelompok yang tidak maju memberikan tanggapan kepada

3. Konfirmasi

a. Siswa menyimpulkan pola penjumlahan dan pengurangan

pecahan sejenis dengan bimbingan guru.

b. Siswa mengerjkaan soal evaluasi secara individu.

C. Kegiatan Akhir

a. Siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari dengan

bimbingan guru.

b. Siswa menuliskan refleksi di lembar refleksi.

c. Do’a penutup dipimpin oleh salah satu siswa. d. Siswa menjawab salam penutup dari guru.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti bersama peneliti lain bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk

membantu kegiatan observasi selama tindakan berlangsung. Peneliti

menggunakan instrumen tes kemampuan memahami untuk melihat

peningkatan hasil belajar siswa sekaligus menjawab pertanyaan peneliti.

Lembar kuesiner dibagikan kepada siswa setelah selesai mengerjakna tes

kemampuan memahami di akhir siklus untuk melihat respon siswa terhadap

pelaksanaan tindakan. Selain itu peneliti juga mengadakan wawancara dengan

guru mitra untuk melengkapi instrumen observasi dalam melihat

3) Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti melalui analisis data yang diperoleh

selama proses pemberian tindakan. Hasil refleksi ini dilakukan untuk

melihat hambatan-hambatan yang ditemui selama siklus I berlangsung

dan hasil refleksi ini lah yang nantinya dijadikan acuan dalam

merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya.

b. Siklus II

Tahapan siklus II secara garis besar sama dengan tahapan pada siklus I.

Pemilihan tindakan pada siklus II didasarkan pada hasil dari siklus I, dimana

siklus II berusaha memperbaiki kekurangan-kurangan yang masih terjadi

pada siklus I agar indikator yang sudah ditetapkan tercapai.

1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan berbagai keperluan untuk

melaksanakan penelitian siklus I, diantaranya sebagai berikut.

a. Mengadakan pertemuan dengan guru mitra untuk melakukan

beberapa perubahan dalam pelkasnaaan tindakan siklus II.

b. Mengadakan pertemuan dengan guru mitra untuk menentukan waktu

pelaksanaan siklus II dan skor tuntas atau kkm untuk masing-masing

indikator kemampuan memahami dan kelompok belajar untuk siswa.

c. Mengadakan pertemuan dengan guru mitra untuk mendiskusikan dan

mempelajari instrumen pembelajaran, diantaranya yaitu membuat

(LKS), serta instrumen penilaiannya yang sudah disiapkan peneliti

sebelumnya.

d. Mempersiapkan media pembelajaran.

2) Tindakan dan Pengamatan

Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan di kelas V B SD

Kanisius Ganjuran. Setiap pertemuan dilaksankan selama 2 X 35 menit

(2 Jp). Pertemuan pertama peneliti menekankan pada materi penjumlahan

berbagai bentuk pecahan, pertemuan kedua peneliti menekankan pada

materi pengurangan berbagai bentuk pecahan, sedangkan pertemuan

ketiga peneliti menekankan pada materi penjumlahan dna pengurangan

berbagai bentuk pecahan.

A. Kegiatan Awal

1. Orientasi

a. Siswa menjawab salam pembuka dari guru.

b. Do’a dipimpin salah satu siswa.

c. Siswa melakukan presensi dengan bimbingan guru.

d. Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing.

2. Apersepsi

a. Siswa mendengarkan cerita guru seputar kisah nyata yang

terjadi di sekitar siswa dan mengarah pada materi yang akan

dipelajari serta memperhatikan alat peraga yang digunakan

b. Siswa menjawab pertanyaan guru seputar cerita yang baru saja

didengarkan.

3. Motivasi

Siswa menyimak penjelasan guru tentang garis besar

pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

a. Salah satu siswa mendemonstrasikan penggunaan media untuk

menjawab pertanyaan seputar cerita yang baru saja didengar

dengan bimbingan guru.

b. Setiap kelompok mengambil undian.

c. Siswa menerima media yang baru saja didemonstrasikan

d. Siswa menyelesaikan soal dalam undian menggunakan media

yang sudah diberikan bersama teman sekelompoknya.

2. Elaborasi

a. Setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil

pekerjaannya.

b. Kelompok yang tidak maju bertugas memberikan tanggapan

kepada kelompok presentasi.

3. Konfirmasi

Siswa menyimpulkan pola penjumlahan dan pengurangan

C. Kegiatan Akhir

1. Siswa mengerjakan soal evaluasi seacra individu.

2. Siswa menyimpulkan isi pembelajaran dengan bimbingan guru.

3. Siswa menuliskan refleksi pada lembar refleksi.

4. Do’a penutup dipimpin oleh salah satu siswa. 5. Siswa menjawab salam penutup dari guru.

Seperti pada siklus I, pengamatan dilakukan peneliti bersamaan dengan

proses tindakan berlangsung. Instrumen penelitian seperti lembar observasi,

kuesioner dan wawancara sama dengan instrumen yang digunakan pada

siklus I, sedangkan instrumen tes siklus II berbeda karena disesuaikan dengan

materi yang dipelajari meskipun tidak merubah indikator kemampuan

memahami.

3) Refleksi

Pada tahap refleksi siklus II peneliti mengolah seluruh data yang

diperoleh untuk melihat tingkat keberhasilan dari tindakan yang sudah

dilaksanakan.pengolahan data dilakukan sesuai teknik pengolahan data yang

sudha direncanakan. Hasil pengolahan data siklus II akan digunakan untuk

menentukan tindkaan selanjutnya, siklus akan dilanjutkan pada siklus III atau

tidak. Jika semua indikator kemampuan memahami sudah mencapai target

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu tes,

observasi, wawancara dan kuesioner. Pemilihan teknik tersebut ditujukan

agar data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian

ini lebih akurat.

Teknik pengumpulan data melalui tes tidak banyak dianjurkan dalam

penelitian tindakan, tetapi teknik ini dapat digunakan jika sesuai dengan topik

yang akan diteliti (Suparno, 2008:60). Dalam penelitian ini peneliti akan

menggunakan instrumen tes esai. Secara ontologi, tes esai adalah salah satu

bentuk tes tertulis yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan dimana

masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa

melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa

(Sukardi, 2008:94).

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2011) menyebutkan bahwa observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya bisa bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Dari observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna

dari perilaku tersebut (Marshall: 1995).

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:192). Pertanyaan atau

pernyataan dalam kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan terbuka

maupun pertanyaan atau pernyataan tertutup. Seperti yang dikemukakan

informasi berupa fakta sedangkan kuesioner terbuka digunakan untuk

menjaring informasi berupa pendapat, gagasan, pemikiran atau perasaan.

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,

berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan (Annas,

2001: 82). Wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

wawancara terpimpin.

Dokumen terkait