• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA INTERAKSI MULTIKURAL WARISAN MAJAPAHIT DALAM KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Dalam dokumen Proseding Lokal Multikultural Des 2017 (Halaman 130-133)

Fatahillah

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung e-mail: [email protected]

Abstrak

Majapahit sebagai suatu negara bangsa di masa lampau memiliki pola interaksi masyarakat Multikultural, yang diwariskan pada Indonesia di kemudian hari, dan dipergunakan dalam membangun konsep jatidiri kewarganegaraannya. Pertanyaan kajian studi ini apa dan bagaimana pola interaksi mutikultural tersebut? Bagaimana pengaruhnya terhadap pemikiran konsep kewarganegaraan Indonesia? Dengan terjawabnya pertanyaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan literasi kearifan lokal bagaimana mengelola multikulturalisme di Indonesia. Adapun pendekatan kajian ini menggunakan kualitatif dengan tradisi etnografi history, dan analisis tema kultural (discovering cultural themes). Hasil studi menunjukkan; (1) interaksi multikultural majapahit berpusat pada nilai-nilai religious yang secara kultural antropologis, sosiologis dan psikologis mempengaruhi struktur sosial kemasyarakatannya, di mana kemudian konsep ini diwariskan kepada bangsa-bangsa selanjutnya yang bermukim di Nusantara, (2) Secara filosofis interaksi multikultural telah menjadi idealisme kultural dalam konsep kewarganegaraan Indonesia yang kemudian menjadi bagian superego masyarakat Indonesia.

Kata Kunci: Konsep kewarganegaraan Indonesia, pola interaksi multikultural, superego masyarakat Indonesia.

Abstract

Majapahit as a nation state in the past has a pattern of interaction The society, which is inherited to Indonesia in the future, and used in the concept of identity citizenship. Study question of this study What does it affect the conceptual thinking of Indonesian citizenship? The approach of this study using Qualitative with the tradition of Ethnography History, and Analysis of Cultural Themes (Discovering Cultural Themes). With answered questions from this research is expected to give Wisdom Literacy Insights Local how to manage Multiculturalism in Indonesia. Study results show; (1) Multicultural interaction Majapahit centered on religious values that culturally Anthropological, Sociological and Psychological affects the social structure of society, (2) Philosophically Multicultural Interaction has become a cultural idealism in the concept of Indonesian Citizenship which later became part of the superego of Indonesian society.

Keywords: Multicultural interaction pattern, Concept of Indonesian Citizenship, superego Indonesian society.

PENDAHULUAN

Indonesia disatukan secara majemuk menjadi suatu bangsa sejak penyatuan suku-suku bangsa yang berada di gugusan kepulauan oleh kaum muda di tahun 1928, sehingga sampai saat ini dikenal sebagai Negara yang memiliki tatanan masyarakat majemuk dengan keanekaragaman kompleks multidimensional dalam etnis, ras, agama, budaya dan kepercayaan.Masyarakat Majemuk yang terdiri atas kumpulan individu bersatu dalam satu identitas kultural walaupun terdapat kemajemukan primodial, pandangan, dan keyakinan,

akan tetapi memiliki visi yang sama sebagai sebuah masyarakat yang tersusun atas berbagai entitas komunitas, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, nilai, organisasi sosial, sejarah, dan adat kebiasaan (Lestari, 2015: 32).

Suku-Suku Nusantara dipersatukan oleh pengalaman yang sama pada saat mengalami masa kolonialisme dan Imperialisme selama ratusan tahun di bawah naungan bangsa-bangsa Eropa seperti; Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda, bahkan pernah mengalami pendudukan Jepang di masa Perang Dunia II. Secara Primodial mereka merasa satu darah keturunan Ras Melayu dan Ras Melanesia, yang tersebar hidup dan beranak beranak di gugusan pulau-pulau Nusantara. Sebelum Suku-Suku Nusantara menjadi Bangsa Indonesia, mereka teridentifikasi tergabung sebagai bagian dari kerajaan-kerajaan skala besar, maupun skala kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut menjadi wadah bagi etnis mengidentifikasi sebagai suatu kelompok kultural dan komunitas budaya yang pada akhirnya akan membentuk bangsa untuk taraf tertentu.

Menurut kembali ke dalam catatan sejarah Nusantara Indonesia pada Abad ke V dimasuki pengaruhi kebudayaan anak benua India yakni Agama Budha dan Hindu, kedua agama ini telah membangun identitas-identitas negara dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.Berkenaan pengaruh India, pertama kali terlihat dalam Prasasti Kutai di Propinsi Kalimantan Timur dan Prasasti Ciaruteun di Propinsi Jawa Barat yang berasal dari Abad Ke- 5 dari kedua prasasti tersebut diketahui telah berkembang Negara berbentuk kerajaan dengan Raja bernama Mulawarman yang bercorak agama Hindu, kemudian di tanah Jawa Barat terdapat Raja yang bernama Purnawarman yang memerintah kerajaan Tarumanegara.

Pada akhir abad ke-7 berdasarkan rekonstruksi sejarah yang bersumber dari catatan sejarah Tiongkok dan temuan sejumlah Prasasti, seorang sarjana Perancis yang bernama George Coedes (Poesponegoro dan Notosusanto, 1984:53) di Tahun 1918 menyatakan terdapat sebuah kerajaan lintas suku bangsa bernama Sriwijaya.Dalam catatan Sejarah yang ditulis Musafir Tiongkok bernama I-Tsing pada tahun 664/665 Masehi (Effendhie, 1999:55) menyebutkan terdapat suatu kerajaan yang bernama Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Sebagai Kerajaan pusat tempat mempelajari agama Budha di seluruh Asia pada masa tersebut. Kemudian Prasasti-Prasasti yang ditemukan Kedukan Bukit di sekitar Kota Palembang, Prasasti Kota Kapur di Pulau Bangka dan banyak lainnya menunjukkan adanya kerajaan lintas etnis yang bernama Sriwijaya.

Berabad-abad kemudian berdasarkan pengaruh agama Hindu wilayah Nusantara berada dalam Identitas kerajaan yang berbeda-beda. Kerajaan Malayu di Sumatera, Kerajaan Sunda di Jawa Barat, Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Timur, Kerajaan Singasari di Jawa Tengah, Kerajaan-Kerajaan Hindu Bali (Buleleng, Singaraja, dan Klungkung), dan banyak lainnya kerajaan yang tersebar di pulau-pulau seantero Nusantara.

Sekitar Abad Ke 13 berdirilah Kerajaan yang bernama Majapahit, di atas reruntuhan singasari yang jatuh ke dalam Invasi Kerajaan Daha. Menurut Kidung Harsa Wijaya (C.C. Berg. 1931:22, Poesnegoro dan Notosusanto, 1984:240) penobatan Wijaya menantu Raja Singasari terakhir Kertanegara sebagai Raja pertama Kerajaan Majapahit yang terjadi pada tanggal 15 bulan Karttika tahun 1215 Saka (12 Nopember 1293) dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana sebagai tonggak berdirinya Negara Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit merupakan suatu kerajaan lintas kultural kedua yang berdiri di kepulauan Nusantara setelah kerajaan Sriwijaya, dalam perjalanannya Majapahit telah ikut andil memberikan pengaruhnya terhadap peradaban Nusantara yang kelak akan menjadi Negara Republik Indonesia.Majapahit di masa Raja Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasanagara dengan bantuan Patih Hamangkubhumi Gajah Mada berhasil menaklukkan wilayah seluas wilayah Indonesia sekarang, bahkan sampai ke beberapa wilayah di Asia tenggara. Kerajaan-kerajaan taklukannya di kemudian hari akan memberikan warna majemuk pada masyarakatnya.

Nama ―Pancasila‖ dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat dalam Kitab Negara Kertagama karangan Empu Prapanca, dan Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular yang mempunyai arti ―berbatu sendi yang lima‖ yang juga mempunyai arti ―pelaksanaan kesusilaan yang lima‖ dan ―berbeda-beda tetap satu jua‖ (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 4). Merupakan salah satu dari peninggalan majapahit yang kita pergunakan bagi negara.Peninggalan-peninggalan Majapahit bagi Indonesia, tidak hanya berupa konsep- konsep yang bersifat filosofis belaka, akan tetapi hal-hal yang bersifat kultural Antropologis, Sosiologis dan Psikologis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti kondisi sosial kemasyarakatan.

Masyarakat Multikultural yang dimiliki Indonesia dewasa ini, ternyata dimiliki pula oleh Negara Kerajaan Majapahit di masa dahulu. Dan Konsep bagaimana pengaturannya telah digali oleh para Founding fathers kita untuk diterapkan dalam Konsep-Konsep kenegaraan Indonesia dewasa ini.Sebagai Negara Bangsa Indonesia maupun Majapahit tersusun atas sejumlah kelompok-kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain yang memiliki keragaman baik secara horizontal, dan vertikal. Sehingga segala bentuk keragaman dan kemajemukan diakui.Berdasarkan sumber-sumber prasasti dan Kitab-kita Kuno, Majapahit telah mengenal bagaimana pembagian masyarakat ke dalam empat golongan (catur warna), jenjang kehidupan manusia (catur asrama), pranata kerajaan, dan sistem peradilan.

Keragaman telah menjadi realitas yang diakomodasi oleh masyarakat Majapahit di kala itu, walaupun masyarakat lebih bercorak agama Hindu yang berlandaskan pada sistem pembagian Kasta, akan tetapi mereka tidak serta merta menerapkan Kasta secara konsisten pada sistem sosial mereka, seperti lebih menerapkan konsep catur warna dalam stratifikasi sosialnya ketimbang sistem Kasta dalam masyarakat Hindu (India).

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas timbullah pertanyaan ―Bagaimana Gambaran Masyarakat Multikultural dalam Masyarakat Majapahit di masa lampau?‖ ―Bagaimana Pola Interaksi Multikultural yang terjadi dalam Masyarakat Majapahit?‖ dan ―Bagaimana Pengaruh dan Peranan warisan Multikultural Masyarakat Majapahit dalam Konsepsi Kewarganegaraan Indonesia‖.

METODE PENELITIAN

Pola Interaksi Multikultural merupakan suatu bentuk gejala sosial yang terjadi di tengah populasi masyarakat majemuk, di mana telah menjadi fokus pengkajian dalam studi sosial guna memberikan bahan deskriptif mengenai situasi dan kondisi sosial yang terjadi.Interaksi yang terjadi masa lampau kemudian akan diwariskan ke masa kini sebagai hasil dari sosialisasi primer dan skunder dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya, atau dapat juga merupakan hasil dari imitasi dan internalisasi yang tersistematis dan terstruktur antar generasi.

Oleh karena itu dipergunakan pendekatan kualititatif dengan tradisi Etnografi Historis dalam penelitian dalam upaya menyuguhkan gambaran kondisi masyarakat multikultural di masa kerajaan Majapahit sekitar Abad XI sampai Abad XIII yang memberikan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat selanjutnya yakni; kehidupan Bangsa Indonesia.

Etnografi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas mendeskripsikan kebudayaan berdasarkan pandangan kebudayaan yang dianut oleh Peneliti dalam rangka memahami pandangan, keyakinan, dan pemikiran dari kebudayaan lain berdasarkan sudut pandang peneliti (Spradley, 2007:3). Obyek kajian utama Etnografi adalah kebudayaan yang dipahami sebagai suatu pengetahuan kumpulan pengetahuan mempengaruhi pola perilaku yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Supardan, 2008:201).

Mengutip Keesing (Supardan, 2008:202) dalam mengkaji masalah kebudayaan harus didekati melalui; (1) Sistem Adaptif sebagai suatu keyakinan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan; (2) Sistem Kognitif yang berisikan pengetahuan hal-hal apa saja yang dapat diterima warganya; (3) Sistem Struktur dari simbol-simbol yang dimiliki bersama; (4) Sistem Simbol yang dapat dimiliki bersama dan diidentifikasi oleh publik.

Selain melalui observasi berperan serta dan pemahaman teks-teks kontemporer, fenomena sosial seharusnya dikaji melalui konsteks historisnya, melalui pemahaman akan dokumen-dokumen, catatan-catatan tertulis di masa lalu dengan menggunakan perspektif tertentu (Tuchman, 2009:410-415). Kemudian dalam menganalisis data yang diperoleh dilakukan melalui analisis Tema Kultural (Kebudayaan) dengan menginventarisir obyek kajian ke dalam domain-domain atau kategori-kategori yang telah disusun terlebih dahulu sebagai peta kognitif. Dan disajikan secara naratif sebagai deskripsi daripada pertanyaan penelitian.

Maka dalam kesempatan ini penelitian akan dilaksanakan melalui langkah-langkah pengkajian sebagai berikut;

1. Mula-mula akan diselusuri bagaimana masyarakat Kerajaan Majapahit di masa lampau dalam membangun masyarakat Multikulturalnya.

2. Kemudian akan direkonstruksi kembali potret kehidupan masyarakat Multikultural pada Masa Kerajaan Majapahit.

3. Dan terakhir akan diiventarisir konsep-konsep Multikultural Kerajaan Majapahit apa yang diwariskan dalam konsep kewarganegaraan Indonesia di masa kini.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Proseding Lokal Multikultural Des 2017 (Halaman 130-133)

Garis besar

Dokumen terkait