MATAPELAJARAN BAHASA DAN AKSARA LAMPUNG KELAS I
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1.1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
1.1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Lampung sebagai bahasa dan identitas daerah
1.2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru berdasarkan nilai tradisi hidup di Waykanan
1.2.1 Memilik sikap perilaku piil pesenggiri, dan rasa ingin tahu terhadap kegunaan anggota tubuh (tema1) 1.2.2 Memiliki sikap perilaku piil pesenggiri dan tanggung
jawab untuk merawat anggota tubuh (tema 1). 1.2.3 Memiliki perilaku piil pesenggiri dalam menyalurkan
kegemaranku (tema 2)
1.2. 4 Memiliki perilaku piil pesenggiri dan santun dalam melakukan kegiatanku sehari-hari (tema 3)
1.2.5 Memiliki sikap perilaku piil pesenggiri, rasa ingin tahu terhadap anggota keluarga dan hormat kepada orang tua (tema 4)
1.2.6 Memiliki sikap perilaku piil pesenggiri dan rasa percaya diri dalam menyampaikan pengalamanku tentang lingkungan di sekitar (tema 5)
1.2.7 Memiliki sikap perilaku piil pesenggiri dalam hal kegiatan dan bermain di lingkungan tempat tinggal (tema 6)
1.2.8 Memiliki sikap perilaku piil pesenggiri dan rasa ingin tahu terhadap kejadian alam sekitar tempat tinggalmu ( tema 7)
1.3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
[mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah
1.3.1 Mengenal kalimat sederhana tentang kegunaan anggota tubuh secara lisan dan tulis (tema1)
1.3.2 Mengenal kalimat sederhana tentang merawat anggota tubuh secara lisan dan tulis (tema 1).
1.3.3 Mengenal cerita pendek yang berisi kegemaranku secara lisan dan tulis (tema 2)
1.3.4 Mengenal teks percakapan pendek untuk melakukan kegiatanku sehari-hari secara lisan dan tulis (tema 3) 1.3.5 Menyebutkan kalimat sederhana yang berisi tentang
anggota keluarga dan hormat kepada orang tua secara lisan dan tulis (tema 4)
1.3.6 Mengenal kalimat sederhana tentang pengalamanku secara lisan dan tulis (tema 5)
1.3.7 Melakukan percakapan pendek dalam hal kegiatan dan bermain di lingkungan secara lisan dan tulis (tema 6) 1.3.8 Membaca kalimat sederhana tentang keberadaan benda-
benda di sekitar secara lisan dan tulis ( tema 7) 1.4 Menyajikan pengetahuan factual
berdasarkan hal-hal disekitarmu dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
1.4.1 Menirukan kembali cerita pendek tentang keberadaan anggota tubuh secara lisan dan tulisan aksara lampung (tema1)
1. 1.4.2 Menirukan kembali cerita pendek tentang merawat anggota tubuh secara lisan dan tulisan aksara lampung (tema 1).
1.4.3 Membaca kembali cerita yang berisi tentang tentang kegemaranku secara lisan (tema 2)
1.4.4 Memperagakan teks percakapan pendek dalam
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1.4.5 Bercerita tentang anggota keluarga dan hormat kepada orang tua secara lisan (tema 4)
1.4.6 Menceritakan kembali tentang dalam pengalamanku secara lisan dan tulisan (tema 5)
1.4.7 Memperagakan teks percakapan pendek dalam hal kegiatan dan bermain di lingkungan secara lisan (tema 6)
1.4.8 Menyebutkan dengan kalimat sederhana tentang keberadaan benda-benda di sekitar secara lisan ( tema 7)
Hal yang terinci dalam KD di atas diterjemahkan secara lebih detail dalam materi yang ada di buku pelajaran. Penggunaan bahasa Lampung menggunakan dialek Waykanan sehingga anak-anak sudah dapat langsung menguasainya. Terlebih Waykanan bukanlah wilayah yang monokultural tetapi multikultural dengan lebih banyak didominasi kehidupan dengan suku Jawa. Buku ini menjadi ―ramah baca‖ dan dapat lebih mudah dikuasai. Di bawah ini diberikan satu contoh materi pada buku pelajaran yang disusun untuk Tema 1. Anggota Badan. Kosakata yang dimunculkan dalam materi tersebut menggunakan dialek Way Kanan seperti irung, kukut, banguk, paha, ipon, cuping, pungu, dada, betong, tuwot, minjak, pedom, mak, ngegasai, ghadu, kutulung, pong, mengan, pira, ngebasuh, sai rua, telu, pak, limo, dan seterusnya. Konten materi dibuat dengan seramah-ramahnya agar bisa dengan sederhana dimengerti dan dikuasai oleh siswa.
Pematerian selanjutnya pembelajaran aksara yang diberikan menyesuaikan kosakata- kosakata yang ditampilkan. Untuk kesastraan, genre yang dimunculkan juga berdasarkan karakteristik budaya lisan Waykanan seperti tentang pisaan. Isi pisaan disesuaikan dengan jenjang kelasnya. Materi tentang budaya Lampung Waykanan diberikan berkesesuaian dengan konteks tradisi budaya Lampung yang hidup di Waykanan. Hal tersebut dipetakan berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Ariyani dkk (2017: 37) tentang ―Pemetaan Tradisi Upacara Adat Lampung sebagai strategi pelestarian nilai hidup kelokalan di kampung tua Negara Batin Kabupaten Way Kanan (kajian interaksi simboloik: bentuk, fungsi, dan makna)‖ yang menyimpulkan bahwa masyarakat Lampung Waykanan mengenal empat upacara tradisi budaya yaitu (1) betimbang; (2) mandi pagi; (3) bubetik; dan (4) begawi. Dari penjelasan hasil riset tersebut tim peneliti ambil sebagai bahan teks yang dimuatkan dalam buku pelajaran bahasa Lampung Way Kanan. Gambar-gambar yang disajikan dalam buku sebagai bagian yang penting pula dalam sebuah kelayakan buku ditampilkan dengan pengambilan data sendiri oleh tim.
Gambar 2: Kehidupan Ciri Kampung Bali di Waykanan. Sumber: Dok.Tim Peneliti, 2017 Gambar tersebut menjadi inspirasi teks dalam buku pelajaran Bahasa Lampung yang disusun bahwa masyarakat Lampung Waykanan sangat menjunjung keberagaman suku.
Gambar 3: Kehidupan ekologis anak-anak yang dekat dengan kesenian gitar tunggal. Sumber: Dok. Tim Peneliti, 2017
Kehidupan ekologis anak-anak yang kesehariannya sangat dekat dan mencintai permaian gitar tunggal Lampung yang menanamkan nilai-nilai kehidupan tradisi budaya Lampung melalui seni.
Gambar 4: Karet dan sungai sebagai penciri ekologis masyarakat Waykanan. Sumber: Dok.Tim Peneliti, 2017
Waykanan identik dengan perkebunan karet dan hidup berdampingan dengan sungai. Masyarakat Lampung sendiri memiliki kebiasaan untuk membangun sebuah kehidupan tidak jauh dari aliran air.
Gambar 5: Tradisi Cangget untuk muli dan meghanai(bujang-gadis) yang telah mentradisi. Sumber: Dok. Tim Peneliti, 2017
Data yang ditampilkan di atas menjadi subtansi materi yang terjelaskan dalam buku. Baik dalam bentuk penyajian materi kebahasan, kesastraan, keaksaraan, dan tradisi budayanya. Dari hal-hal yang menguak potensi kelokalan wilayah Waykanan, siswa diharapkan akan dengan sangat mudah menguasai materi karena materi yang diberikan sangat berkonteks dengan kehidupan nyata siswa.
PENUTUP
Pembelajaran bahasa dan budaya Lampung perlu dikemas dengan menguak segala kekayaan dan potensi tradisi budaya yang ada di setiap wilayah. Kewilayahan tersebut berasal dari dua jurai yaitu Pepadun dan Saibatin, yang keduanya memiliki kekhasan dalam pemunculan kebiasaan berkehidupan yang bernuansa tradisi. Sebagai guru harus sangat kreatif menguak setiap potensi kehidupan masyarakat Lampung yang ada disekitarnya untuk bisa diberikan ke pada siswa sebagai bagian dari bahan pembelejaran yang diajarkan. Kepada para penyusun buku pelajaran bahasa Lampung hendaknya tidak menggunakan prespektif berdasarkan ego pribadi dari seorang yang menguasai bahasa dan budaya Lampung tetapi penting untuk meletakkan dalam prespektif bahwa materi tersebut akan ditransferkan kepada siswa yang tidak semua berasal dari asli masyarakat Lampung. Jika hal tersebut tersampaikan dengan baik maka pembelajaran bahasa dan budaya Lampung sedikit demi sedikit akan menghapus deret permasalahan yang ada.
Hal penting yang harus dicatat adalah materi yang dikembangkan dalam buku pelajaran harus bermuatan ajaran nilai hidup yang bermakna. Karena sejatinya manusia Indonesia itu diikat oleh dua norma yaitu norma agama dan norma budaya. Norma budaya dibentuk dari kehidupan tradisi yang masih mengikat. Hal itu yang menjadi dasar pengembangan bahan ajar: berbentuk teks. Asal teks yang bermakna adalah dari kehidupan tradisi manusia yang tergali. Selaras dengan hal itu, jika ditelisik banyak hal yang masih dalam perbaikan baik untuk dokumen kurikulum, tenaga pengajar, buku pelajaran bahasa Lampung, dan bahan ajar hendaknya kita sama-sama berlapang hati untuk menguntai itu menjadi sebuah alat juang agar bahasa Lampung dapat menjadi bahasa milik semua masyarakat Lampung dengan sempurna bukan menjadikannya pisau membidik sebagai sebuah kecacatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, Farida. 2014. Upaya Memelihara Bahasa Lampung sebagai Budaya Daerah dalam Rangka Menguatkan Budaya Nasional. (Makalah disajikan dalam Seminar Bahasa dan Lokakarya Lembaga Adat). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ariyani dkk. 2017. Pemetaan Tradisi Upacara Adat Lampung sebagai Strategi Nilai Hidup Kelokalan di Kampung Tua Negara Batin Kabupaten Way Kanan (kajian interaksi simbolik: bentuk, fungsi, dan makna). Lampung. Universitas Lampung.
Agustina, Eka Sofia. 2004. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Lampung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Agustina, Eka Sofia. 2014. Pemakaian Bahasa Lampung di Daerah Rajabasa.Lampung: Universitas Lampung.
Chaer,Abdul. 2004.Sosiolinguistik. Bandung: Rineka Cipta.
Hadikusuma, Hilman.1983. Bahasa Lampung. Lampung: Gunung Pesagi.
Irianto, Sulistyowati dan Risma Margaretha. 2011. Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan Strategi Identitas Ulun Lampung. (Makara, Sosial Humaniora).
Sumber lain:
http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_lampung
http://id.wikipedia.org/wiki/rumpun_bahasa_lampung http://id.wikipedia.014/wiki/rajabasa_bandar_lampung http://news.okezone.com/read/2013
REVITALISASIDAN PENGEMBANGANKEARIFAN LOKALMENGGUNAKAN