• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN KATA DASAR BAHASA LAMPUNG DI SEMESTER III STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

Dalam dokumen Proseding Lokal Multikultural Des 2017 (Halaman 178-184)

Amy Sabila

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini mengkaji Pembentukan Kata Dasar Bahasa Lampung Di Semester III STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata dasar bahasa Lampung yang meliputi kata dasar bersuku satu, kata dasar bersuku dua, kata dasar bersuku tiga dan kata dasar bersuku empat. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualtatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mencakup metode pengumpulan data dan metode analisis data. Pada tahap penyediaan data digunakan metode catat. Analisis data dalam penelitian menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode atau cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya adalah bahasa, yaitu bahasa tulis kata dasar bahasa Lampung. Hasil penelitian penulis temui sample 001 sudah baik dalam pembentukan kata dasar bahasa Lampung dimulai dari kata dasar bersuku satu, dua, tiga dan empat. Pada sample 002 terjadi banyak kesalahan dimulai dari kata dasar bersuku satu yang sulit membedakan bentuk dasar bersuku satu atau dua (kata wai dan sai). Pada bentuk kata dasar berikutnya masih menggunakan bahasa Indonesia tidak menggunakan bahasa Lampung, yaitu kata dasar bersuku dua (kata gaya), kata dasar bersuku tiga (kata sepatu), dan kata dasar bersuku empat (kata kerajaan dan administrasi).

Kata kunci: pembentukan, kata dasar, bahasa Lampung Abstract

This study investigated basic word formation prosess of Lampung Language at the third semester students of STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung. This study aims to describe word formation prosess of Lampung Language that consist of one syllable, two syllables, three syllables, and four syllables. This study used descriptive qualitative method. The method used were collecting data and analyzing data. In collecting data, the researcher used record method. Then, in analyzing data, the research used identity method. Identity method is a method which is applied to find out the rule in data phase that determined by language, written language of basic word of Lampung language. The result shows that sample number 001 is good in forming a basic word of Lampung language that includes one syllable, two syllables, three syllables, and four syllables. However, there are many errors in sample number 002. He faced difficulty in determining basic word which has one syllable and two syllables (sai and wai). He uses Indonesian rather than Lampung language for the next basic word which has two syllables (gaya), three syllables (sepatu) and four syllables (kerajaan and administrasi).

Keywords: word formation, basic word, Lampung language. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Melalui bahasa kita dapat saling berkomunikasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Berbahasa yang baik dapat menjalin suatu hubungan atau jembatan suatu kebudayaan. Jika mempelajari suatu budaya, akan lebih baik jika mulai dengan

mengenal bahasanya. Melalui pengenalan dan penguasaan suatu bahasa akan lebih dekat dengan budaya suatu daerah. Bahasa daerah adalah alat penghubung dalam keluarga dan masyarakat daerah. Dalam hal ini bahasa Lampung yang merupakan bahasa asli yang dipergunakan oleh masyarakat pengguna bahasa Lampung. Bahasa yang dipakai oleh penduduk asli Lampung dibedakan menjadi dua bahasa, oleh sebab itu orang Lampung disebut ―ruwai jurai‖ yaitu dua kelompok keturunan. Demikian pula dengan adat istiadat terdiri dari golongan masyarakat yang beradat pepadun dan masyarakat peminggir. Penduduk terdiri dari dua golongan yaitu penduduk suku asli Lampung dan penduduk pendatang, oleh karena iu daerah provinsi Lampung bernama ―Sang Bumi Ruwa Jurai‖ yang artinya bumi mulia dari dua golongan masyarakat berbeda asal-usul.

Menurut J. W Van Royen yang pernah menjadi controleur dalam pemerintahan Hindia Belanda di daerah Lampung sebelum perang dunia kedua, membagi bahasa Lampung dalam dua dialek yaitu dialek api atau dialek ―A‖, yaitu bahasa Lampung yang dipergunakan oleh orang-orang seperti daerah Belalau, Peminggir Teluk Semangka, Teluk Lampung, Waykanan/Sungkai, Komering, Krui, Meninting, Melinting dan Pubiyan. Selanjutnya dialek nyou atau dialek ―O‖ yaitu bahasa Lampung yang dipergunakan oleh orang-orang Abung dan Tulangbawang. Penelitian ini mayoritas dilaksanakan oleh mahasiswa yang bersuku Jawa, bisa terhitung mahasiswa yang bersuku Lampung asli. Daerah Pringsewu merupakan mayoritas bersuku Jawa maka peneliti merasa tertarik untuk menelitii bentuk kata dasar bahasa Lampung. Bahasa Lampung sudah lama mahasiswa tinggalkan sejak SMP yang lalu. Bahasa Lampung merupakan bahasa daerah yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata dasar bahasa Lampung yang meliputi kata dasar bersuku satu, kata dasar bersuku dua, kata dasar bersuku tiga dan kata dasar bersuku empat. Kata dasar atau bentuk dasar adalah satuan yang paling kecil yang menjadi asal sesuatu kata kompleks (Ramlan, 2012: 50). Senada dengan hal tersebut Muntazir (2014: 14) juga mengemukakan kata dasar adalah kata yang belum mendapatkan tambahan bentuk apapun atau kata yang masih dasar atau pokok. Menurut Muntazir (2014: 14) Kata dasar bahasa Lampung dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:

1) Kata Dasar Bersuku Satu

Suku kata ditandai dengan adanya sebuah vocal. Jika sebuah kata terdiri dari sebuah vocal maka kata tersebut bersuku satu.

Misalnya: Mak : saya Mid : pergi Tok : buang Kham : kami Jak : dari Bah : bawah Dang : jangan 2) Kata Dasar Bersuku Dua

Sebuah kata bersuku dua bila mempunyai dua buah vocal a. Menggunakan kelabai surat

Misalnya:

Taka : lapis

Baka : tatakan gelas Laga : berkelahi Hana : cuma Paya : rawa

Baya : tuan rumah Gaga : segera ditolong b. Menggunakan anak surat Misalnya: Galai : remas Gulai : sayur Manjau : bertandang Tiyan : mereka Nakan : keponakan Bingi : malam Miwang : menangis

c. Kata yang bersuku dua yang menggunakan ―nengen‖ Misalnya: Sakhah : sobek Mamak : paman Hatok : atap Halom : hitam Cakak : naik Bekhak : lebar Bukhak : buruk 3) Kata Dasar Bersuku Tiga

Misalnya:

Memata : daun katuk Melasa : nangka Tedaya : tersesat Segata : pantun Bebaya : bara api Lelaja : ayam jago

Tegacai : terlepas dari pegangan 4) Kata Dasar Empat Suku Kata

Misalnya:

Halilewah : bayangan Halimawong : harimau Halibambang : kupu-kupu Gakhaklama : penyakit gatal METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata dasar bahasa Lampung yang meliputi kata dasar bersuku satu, kata dasar bersuku dua, kata dasar bersuku tiga dan kata dasar bersuku empat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang bersifat menggambarkan, memaparkan, dan menguraikan objek yang diteliti (Arikunto, 2006:11). Penelitian kualitatif antara lain bersifat deskripitif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau gambaran untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2010: 6).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mencakup metode pengumpulan data dan metode analisis data. Pada tahap penyediaan data digunakan metode catat. Analisis data dalam penelitian menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode atau cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya adalah bahasa, yaitu bahasa tulis kata dasar bahasa Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pembentukan kata dasar sesuai dengan pendapat Muntazir (2014: 14) bentuk kata dasar bahasa Lampung penulis peroleh sebagai berikut:

Sampel 001

1) Kata Dasar Bersuku Satu Khua : dua

Bak : ayah

Jan : tangga

Kata dasar tersebut termasuk sebuah kata dasar bersuku satu karena memiliki satu buah huruf vocal. Kata ―Khua, Bak, dan Jan‖ memiliki huruf vocal ―a‖.

2) Kata Dasar Bersuku Dua

a. Menggunakan kelabai surat / aksara Lampung Jama : bersama

Haga : mau

Kata dasar tersebut termasuk sebuah kata dasar bersuku dua karena memiliki dua buah huruf vocal. Pada kata ―Jama dan Haga‖ memiliki dua huruf vocal ―a‖ dan termasuk bagian kata dasar yang menggunakan kelabai surat atau aksara Lampung murni tanpa tambahan apapun.

b. Menggunakan anak surat Lamban : rumah

Niku : kamu Mija : meja

Kata dasar tersebut termasuk kata dasar bersuku dua karena memiliki dua buah huruf vokal. Pada kata ―lamban‖ terdapat vocal ―a dan a‖ ditambahkan anak surat ―an‖. Kata ―niku‖ terdapat vocal ―i dan u‖ ditambakan anak surat ―i dan u‖. Kata ―mija‖ terdapat vocal ―i dan a‖ ditambahkan anak surat ―i‖.

c. Kata yang bersuku dua yang menggunakan ―nengen‖ Pudak : muka

Pedom : tidur Bangik : enak

Kata dasar tersebut termasuk kata dasar bersuku dua karena memiliki dua buah huruf vokal. Pada kata ―pudak‖ terdapat huruf vocal ―u dan a‖, ditambahkan anak surat ―u‖ serta diakhiri dengan tanda mati beraksara ―Ka‖. Kata ―pedom‖ terdapat huruf vocal ―e dan o‖, ditambahkan anak surat ―e dan o‖ serta diakhiri dengan tanda mati beraksaraMa‖. Kata ―bangik‖ terdapat huruf vocal ―a dan i‖, ditambahkan anak surat ―i‖ serta diakhiri dengan tanda mati beraksara ―Ka‖

3) Kata Dasar Bersuku Tiga Pepacokh : puisi

Jejama : bersama / sama-sama

Kata dasar tersebut termasuk kata dasar bersuku tiga karena memiliki tiga huruf vocal. Pada kata ―papacokh‖ terdapat huruf vocal ―a, a, dan o‖. Kata ―sepida‖ terdapat huruf vocal ―e, i, dan a‖ . Kata ―jejama‖ terdapat huruf vocal ―e, a, dan a‖.

4) Kata Dasar Empat Suku Kata Secancanan: gotong royong Sikindua : saya

Kata dasar tersebut termasuk kata dasar bersuku empat karena memiliki empat huruf vocal. Pada kata ―secancanan‖ terdapat huruf vocal ―e, a, a, dan a‖. Kata ―sikindua‖ terdapat huruf vocal ―i, i, u, dan a‖.

Sampel 002

1) Kata Dasar Bersuku Satu Wai : air

Sai : satu

Mak : Ibu

Kata dasar tersebut termasuk sebuah kata dasar bersuku satu karena memiliki satu buah huruf vocal. Kata ―Mak‖ memiliki huruf vocal ―a‖. Tetapi, pada kata ―wai dan sai‖ memiliki dua huruf vocal ―a, dan i‖ jadi tidak termasuk kata dasar bersuku satu, melainkan kata dasar bersuku dua karena memiliki dua huruf vocal.

2) Kata Dasar Bersuku Dua

a. Menggunakan kelabai surat / aksara Gaya : gaya

Haga : mau

Kata dasar tersebut termasuk sebuah kata dasar bersuku dua karena memiliki dua buah huruf vocal. Pada kata ―Haga‖ memiliki dua huruf vocal ―a‖ dan termasuk bagian kata dasar yang menggunakan kelabai surat atau aksara Lampung murni tanpa tambahan apapun. Pada kata ―Gaya‖ tidak termasuk bentuk kata dasar bahasa Lampung. Kata ―gaya‖ termasuk dalam bentuk kata dasar bahasa Indonesia.

b. Menggunakan anak surat Mengan : makan

Pai : dulu Niku : kamu

Kata dasar tersebut termasuk kata dasar bersuku dua karena memiliki dua buah huruf vocal. Pada kata ―mengan‖ terdapat huruf vocal ―e dan a‖ ditambahkan dengan anak surat ―an‖. Kata ―pai‖ terdapat huruf vocal ―a dan i‖ ditambahkan anak surat ―ai‖. Kata ―niku‖ terdapat huruf vocal ―i dan u‖ ditambakan anak surat ―i dan u‖.

c. Kata yang bersuku dua yang menggunakan ―nengen‖ Makngah : tante

Pedom : tidur Balak : besar

Kata dasar tersebut termasuk kata dasar bersuku dua karena memiliki dua buah huruf vocal. Pada kata ―makngah‖ terdapat dua huruf vocal ―a dan a‖, serta ditengah disisipi tanda mati beraksara ―Ka‖ diakhiri dengan tanda mati beraksara ―Ha‖. Kata ―pedom‖ terdapat huruf vocal ―e dan o‖, ditambahkan anak surat ―e dan o‖ serta diakhiri dengan

tanda mati beraksara ―Ma‖. Kata ―balak‖ terdapat huruf vocal ―a dan a‖, serta diakhiri dengan tanda mati beraksara ―Ka‖

3) Kata Dasar Bersuku Tiga

Jejamak : bersama / Sama-sama Sepatu : sepatu

Guwai : HP

Kata dasar tersebut termasuk kata bersuku tiga karena memiliki tiga huruf vocal, tetapi terdapat kata yang masih murni bahasa Indonesia tidak menggunakan bahasa Lampung. Pada kata ―jejamak‖ terdapat huruf vocal ―e, a, dan a‖, tetapi tidak dimatikan di akhir kata menggunakan aksara ―Ka‖. Kata tersebut muncul karena sampel tidak mengerti penulisan ―jejama‖ sesungguhnya. Kata ―sepatu‖ terdapat huruf vocal ―e, a, dan u‖, tetapi masih bentuk dasar bahasa Indonesia tidak menggunakan bahasa Lampung. Kata ―guwai‖ terdapat huruf vocal ―u, a, dan i‖, tetapi dalam memaknai salah. Karena arti ―guwai‖ dalam bahasa Lampung adalah berbuat/perbuatan, bukan HP (Handphone).

4) Kata Dasar Empat Suku Kata Halimawoh : harimau

Kerajaan : kerajaan Administrasi: administarasi

Kata dasar tersebut termasuk kata bersuku empat karena memiliki empat huruf vocal. Pada kata ―halimawoh‖ terdapat huruf vocal ―a, i, a, dan o‖, tetapi sample menulis salah, karena yang benar adalah ―Halimawong‖ yang artinya adalah harimau. Kata ―kerajaan‖ terdapat huruf vocal ―e, a, a, dan a‖, tetapi tidak termasuk ke dalam bentuk kata dasar bahasa Lampung, arti kerajaan murni dari bahasa Indonesia. Kata ―administrasi‖ memiliki lebih dari empat huruf vocal ― a, i, i, a, dan i‖, hal ini termasuk ke dalam bentuk kata dasar bahasa Lampung.

PENUTUP

Berdasarkan hasil data dan pembahasan pembentukan kata dasar bahasa Lampung yang penulis temui, sample 001 sudah baik dalam memahami proses pembentukan kata dasar bahasa Lampung dimulai dari kata dasar bersuku satu, dua, tiga dan empat. Pada sample 002 masih terjadi banyak kesalahan dimulai dari kata dasar bersuku satu yang sulit membedakan bentuk dasar bersuku satu atau dua (kata dasar wai dan sai). Pada bentuk kata dasar berikutnya masih menggunakan bahasa Indonesia tidak menggunakan bahasa Lampung, yaitu kata dasar bersuku dua (kata dasar gaya), kata dasar bersuku tiga (kata dasar sepatu), dan kata dasar bersuku empat (kata dasar kerajaan dan administrasi). Hal ini terjadi karena sample dilatarbelakangi oleh suku non Lampung (Jawa) dan sample tidak memahami banyak kosa kata bahasa Lampung. Perlu adanya semangat untuk menambah wawasan berbahasa khususnya berbahasa Lampung. Karena bahasa Lampung merupakan bahasa daerah yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muntazir. 2014. Bahasa Lampung. Pringsewu: STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Ramlan. 2012. Morfologi. Yogyakarta: CV Karyono.

Dalam dokumen Proseding Lokal Multikultural Des 2017 (Halaman 178-184)

Garis besar

Dokumen terkait