• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interferensi Pembentukan Verba BT

Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT Hal tersebut disebabkan antara lain (1) penutur BT yang bilingual kurang

5.3 Interferensi Aspek Gramatikal

5.3.1 Interferensi Aspek Morfologis

5.3.1.2 Interferensi Pembentukan Verba BT

Dalam proses pembentukan verba, pada umumnya sistem BT juga memiliki pola Morfem Terikat + Morfem Bebas. Berdasarkan data tuturan, terdapat penyimpangan- penyimpangan dalam pembentukan kata BT, yaitu Morfem Terikat BI + Verba BT atau Morfem Terikat BT + Verba BI. Selain itu, pembentukan verba BT dapat juga dilakukan melalui proses pembentukan dari dua morfem bebas yaitu morfem bebas BI + morfem bebas BT atau merupakan verba pinjaman dari luar BT yaitu morfem bebas BI + Morfem bebas bukan BT. Misalnya pada bentukan verba { pakke mik} dalam tuturan

Interferensi seperti ini berpola morfem bebas BI + morfem bebas bukan BT. Pola seperti ini dapat juga diamati dalam masyarakat BT di Medan pada kata pakke motor, pakke

salimut, pakke solop.

Dengan demikian tuturan (133) seharusnya adalah

(133a) [alai daŋ pala marmik be soŋon on ikkon di bagasan roha ta....]

tetapi tidak perlu pakaimik T seperti ini harus di dalam hati kita ‘Tetapi tidak perlu pakai mik seperti ini harus di dalam hati kita....’

Verba di atas sebenarnya terbentuk dari pola frasa. Namun tetap dikategorikan sebagai pembentukan verba dalam BT yang terinterferensi karena unsur-unsur yang bukan BT itu disesuaikan cara pengucapannya dengan BT.

Dalam BT, pola pembentukan di atas lazim dibentuk melalui proses afiks BT + morfem bebas bukan BT yaitu

pakke mik Æ marmik;

pakke motor Æ marmotor;

pakke salimut Æ marsalimut;

pakke solop Æ marsolop

Sebenarnya verba yang lazim dalam BT di atas telah terinterferensi juga, yaitu adanya unsur yang bukan BT {mik}, {motor}, {salimut} dipadukan dengan unsur BT berupa afiks {mar- }. Untuk kata mik dan motor, kedua leksikal ini merupakan kata serapan sedangkan salimut

memiliki padanan dalam BT yaitu gobar.

Sebagai bandingan, sistem BI juga mengenal proses pembentukan seperti di atas, yaitu naik sepeda Æ bersepeda

naik mobil Æ bermobil pakai sepatu Æ bersepatu

Contoh lain yang dapat diamati adalah verba martanggung jawab dalam tuturan

berikut.

(134)

*

[... sada rumatangga na baru lobi soŋoni ma na martaŋguŋjawab....] (Data II.7)

Proses pembentukan verba martanggung jawab dalam tuturan (134) diperoleh dari

Afiks BT {mar-} + nomina BI {tanggung jawab}. Tuturan seperti ini menyimpang dari sistem BT karena kata martanggung jawab sebenarnya ada padanannya dalam BT yaitu maralus.

Dengan demikian, tuturan tersebut seharusnya adalah

(134a) [... sada rumataŋga na baru soŋon i ma na maralus....] satu rumahtangga yang baru seperti itu T yang bertanggung jawab ‘...sebuah rumah tangga yang baru seperti itu yang bertanggung jawab....’

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pembentukan verba BT seperti ini disebabkan penutur terpengaruh dengan sistem pembentukan BI. Hal ini mengindikasikan bahwa penutur BT bersikap kurang perduli terhadap bahasanya dan tidak mempertahankan kaidah bahasa sehingga terjadi pengacauan terhadap pembentukan kata yang tidak sesuai sistem BT.

Proses pembentukan lainnya dapat juga diamati pada verba BT yang terinterferensi, yaitu barpikkiran seperti dalam tuturan berikut.

(135) *[alai si paulus barpikkiran nakiniŋan doho/ do kristus manaon ....] (Data II.7)

Sebenarnya verba barpikkiran dapat dikatakan sepenuhnya merupakan verba dan afiks

BI, tetapi pembentukan itu tidak lazim dalam BI. Penutur BT menerapkan pola pembentukan verba BT, yaitu {maN-, -hon} + {pikkir} ke dalam pola pembentukan BI dan menjadikannya sebagai verba interferensi dalam BT. Tuturan tersebut seharusnya

(135a) [alai si paulus mamikkirhon nakiniŋan doho/ do kristus manaon ....] tapi si paulus berfikiran tadi ikut T kristus menahan

’Tapi Paulus berfikiran tadinya ikut Kristus menahan....’

(136) *[asa ho ma na manuntun membiŋbiŋ saluhutna hami na sasahuta] (Data I.2)

(137)*[adoŋ na manjual sipaŋanon i....] (Data II.5)

Verba ini dibentuk melalui pola BT{maN-} + tuntun dan {maN-} BT + jual. Di sini, unsur verba BI disisipkan dalam pembentukan verba BT. Penyimpangan pembentukan verba BT pada tuturan di atas disebabkan penutur terpengaruh dengan leksikal BI yang dikuasainya. Hal ini menggambarkan penutur yang memiliki kemampuan berbahasa yang tidak sejajar sebagai penutur bilingual. Disamping itu, tampak bahwa penutur bersikap kurang memperdulikan sistem BT sebagai penanda jati dirinya. Leksikal manuntun dan manjual yang terdapat dalam tuturan

tersebut sebenarnya ada padanannya dalam BT yaitu manogu dan manggadis. Dengan demikian,

tuturan di atas seharusnya adalah

(136a) [asa ho ma na manogu membiŋbiŋ saluhut na hami na sasahuta] agar kau T yang menuntun membimbing semua nya kami yang sekampung ‘Agar Kau yang menuntun membimbing kami semuanya sekampung’

(137a) [adoŋ na maŋgadis sipaŋanon i] ada yang menjual makanan ini ‘ada yang menjual makanan ini’

Penyimpangan proses pembentukan verba dalam BT dapat juga terjadi melalui proses pembentukan dengan menggunakan enklitik BT + verba BI, misalnya hukuasai, tahapal, dalam

tuturan

(138) *[asa unaŋ sude hukuasai inna rohakku] (Data IV.10)

(139) *[ ŋa leleŋ on ŋa tahapal ra on] (Data II.7)

Penyimpangan tuturan seperti ini disebabkan penutur telah mengenal leksikal BI kuasa

dan hapal sehingga saat dia bertutur penutur terpengaruh dengan leksikal BI yang dikuasainya.

Hal ini menggambarkan penutur yang memiliki kemampuan berbahasa yang tidak sejajar sebagai penutur bilingual. Disamping itu, tampak bahwa penutur bersikap kurang memperdulikan sistem

BT sebagai penanda jati dirinya. Kata BI kuasa dan hapal yang terdapat dalam tuturan tersebut

sebenarnya ada padanannya dalam BT yaitu huaso dan apil.

Dengan demikian,tuturan di atas seharusnya adalah (138a) [asa unaŋ sude huhuasoi inna rohakku]

(139a) [ ŋa leleŋ on ŋa ta apil ra on]

Ada juga penyimpangan verba BT yang dibentuk melalui verba BI + afiks BT yang mengakibatkan kekacauan dalam sistem BT seperti dalam tuturan berikut.

(140) *[dak pola beberhonon nami di son i ] (Data III.12)

(141)* [asa togutogu hamu jala berdayahokkamu ma nian....] (Data III.10)

Pada tuturan di atas, tampak bahwa penutur memiliki kosakata verba BT yang terbatas dan bersikap tidak perduli dengan sistem BT sehingga menggunakan kata BI untuk dapat membentuk verba yang membuat kekacauan dalam BT. Padahal kosakata tersebut memiliki padanan dalam BT yaitu jojorhon dan marguna.

Tuturan (140) dan (141) seharusnya adalah (140a) [dak pola jojorhonon nami di son i ]

(141a) [asa togutogu hamu jala margunahok kamu ma nian....]

Penyimpangan proses pembentukan verba BT yang lebih kacau lagi terdapat pada tuturan berikut.

(142) *[... manang di lembaga pendidikan memprioritaccon popparan ni opputa i....]

Pembentukan verba di atas telah mengalami proses penyesuaian ucapan dalam BT. Verba memprioritaccon merupakan bentukan dari verba BI {meN-} + {prioritas} + afiks BT {- hon}. Gugus konsonan /sh/ dalam {prioritas} + {-hon} mengalami asimilasi menjadi [cc] hingga menghasilkan verba yang merusak kaidah BT dengan pengucapan [memprioritaccon].

Persoalan penyimpangan pembentukan verba ini disebabkan penutur terpengaruh dengan verba BI. Di satu sisi penutur tersebut ingin mempertahankan BT dengan menggunakan afiks BT {- hon}, pada sisi lain penutur tidak dapat menemukan verba BT yang tepat dalam tuturannya dan mengalihkannya dengan verba BI. Sebenarnya verba ini terdapat padanannya dalam BT yaitu

patujolohon, sehingga tuturan yang seharusnya adalah

(142a) [... manang di lembaga pendidikan patujolohon popparan ni oppu ta....]

entah di lembaga pendidikan memprioritaskan keturunan dari nenek kita ...entah di lembaga pendidikan memprioritaskan keturunan nenek moyang kita....’

Pola penyimpangan yang mirip dengan kasus di atas tampak pula dalam verba

mabbalosson yang dibentuk melalui pola afiks BT {maN-, -on} + verba BI {balas} yang

diucapkan [balos] seperti dalam tuturan berikut.

(143) *[... soŋon i nuaєŋ pabbaєnon muna i tuhatta ma mabbalosson i] (Data III.12)

Interferensi ini terjadi karena penutur BT telah mengenal verba balas dalam BI dan

kemudian menyesuaikannya dengan lafal BT menjadi balos [balos]. Sebenarnya, penutur masih

mengenal pola pembentukan verba BT, hanya saja penutur tidak dapat menghindari pengaruh B2 dalam dirinya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa penutur bersikap kurang perduli dengan bahasanya.

Tuturan di atas seharusnya adalah

(143a) [soŋon i nuaєŋ pabbaєnon muna i tuhat ta ma mamalosson i] seperti itu sekarang perbuatan kamu itu tuhan kita T membalaskan itu ’Seperti itu sekarang perbuatan kalian Tuhan kita membalaskan itu’