• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : ISLAM RADIKAL DAN ISLAMISME

C. Islam Radikal di Indonesia Pasca Orde Baru

Sepak terjang gerakan radikal selalu menimbulkan ketakutan tersendiri

bagi masyarakat. Gerakan Islam Radikal telah menjadi isu politik di tengah

masyarakat seiring dengan serangkaian aksi peledakan bom di beberapa tempat di

Indonesia antara tahun 1990 hingga menjelang tahun 2000. Kecurigaan publik

mengarah langsung kepada kelompok-kelompok Islam Radikal yang dituduh

sebagai pihak-pihak paling bertanggung jawab dari aksi kekerasan yang telah

menghilangkan ratusan nyawa tersebut. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah

48 Hasan, Laskar Jihad: Islam, Militansi, dan Pencarian Identitas di Indonesia

26 bagaimana kelompok Islam Radikal bisa tumbuh dan berkembang di tengah

masyarakat Indonesia yang dikenal ramah dan cinta damai? Apa penyebab

utamanya? Dan sikap subversif rezim Orde Baru kepada para aktifis Islam

Radikal disebut-sebut sebagai salah satu penyebab tumbuh suburnya

gerakan-gerakan ini.49 Dan pergerakan kelompok Islam Radikal semakin terlihat nyata dan

terbuka pada kondisi Indonesia setelah ditinggalkan kekuasaan Orde Baru, ketika

reformasi mengalirkan demokratisasi ke tengah-tengah publik.

Runtuhnya rezim Orde Baru diikuti dengan munculnya rasa trauma

terhadap Pancasila. Ketakutan terhadap Pancasila ini merebak karena dasar negara

itu dianggap identik dengan rezim Orde Baru. Pancasila seakan menandakan

adanya semacam trauma terhadap dasar negara yang menjadi ideologi tunggal dan

satu-satunya sumber nilai kebenaran itu.50

Keutamaan Pancasila sebagai ideologi tunggal negara membuatnya kerap

kali berbenturan dengan norma-norma atau ideologi lain yang hidup ditengah

masyarakat, bahkan benturanya dengan ajaran-ajaran agama juga tidak terelakan.

Benturan itu tidak hanya pada level gagasan, bahkan melebar menjadi benturan

sosial politik. Contohnya, pemaksaan asas tunggal bagi partai politik (parpol) dan

organisasi masyarakat (ormas), penangkapan mereka yang tidak setuju asas

tunggal, dan sebagainya.51

Hampir sepanjang pemerintahan Orde Baru, semua organisasi yang

mendukung penerapan hukum Islam dipandang sebagai ancaman politik, dan

49As’ad Said Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, (Jakarta: LP3ES, 2009), 50.

50 Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, 50. 51 Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, 50.

27 negara melakukan upaya-upaya untuk mendepolitisisasi Islam. Kondisi ini

mendesak banyak orang yang mendukung penerapan hukum Islam untuk

menyingkir dan menuju pergerakan-pergerakan bawah tanah.

Bagi para aktifis Muslim, tentu sangat menyulitkan menerima adanya asas

tunggal, karena Pancasila yang merupakan buatan manusia, ditempatkan diatas

Al-qur’an dan Islam yang berasal langsung dari Tuhan. Banyaknya permasalahan dan konflik yang menimpa Indonesia dengan ideologi pancasilanya, membuat

para aktifis Muslim berani mengusulkan syariat Islam sebagai visi alternatif bagi

masyarakat.

Banyak aktifis Muslim menganggap politik asas tunggal sebagai upaya

untuk mendepolitisisasi otoritas Islam. Orde Baru berusaha melemahkan dan

mendepolitisisasi Islam politik untuk menghapuskan kemampuannya

menghadirkan oposisi efektif terhadap rezim itu. Namun tentu bukan hal yang

mudah bagi para aktifis Muslim untuk dapat merealisasikan cita-cita Islamis

mereka. Ketiadaan jalur institusional untuk berpartisipasi adalah penghambat bagi

pergerakan mereka. Ketiadaan akses justru malah membuat mereka semakin

termarginalisasi, diasingkan, dan akhirnya berubah radikal.

Kebijakan Orde Baru “menyembunyikan” Islam politik demi melenyapkan gerakan-gerakan tersebut justru semakin membuat pergerakan Islamis bawah

tanah menjadi gerakan konservatif yang kuat berakar dan sama sekali tidak

28 meradikalkan para aktifis Muslim yang bercita-cita menjadikan Islam sebagai

sistem alternatif ideal untuk masyarakat.52

Sampai saat ini hubungan antara Islam dan negara modern memang

problematis, hal ini bisa kita lihat dari masih banyak pandangan dan mazhab yang

tidak mudah dipertemukan apalagi disatukan. Dan realita yang terjadi, banyak

timbul konflik di tengah masyarakat lantaran ambisi sebagian orang yang

memimpikan berdirinya negara Islam, dan sejarah modern tidak pernah sepi dari

wacana Islamisme tersebut. Gelombang reformasi telah memunculkan kembali

wacana penyatuan agama-negara yang diikuti dengan berdirinya partai-partai

politik Islam dan agenda Perda Syariah yang mulai di isukan di beberapa daerah.

Mengamati fenomena gerakan Islam dirasakan tepat bila menempatkan

negara sebagai faktor penting yang turut serta menumbuh suburkan

gerakan-gerakan Islam. Hal ini dikarenakan kemunculan gerakan-gerakan keagamaan pada

umumnya, kendatipun tidak semuanya, merupakan reaksi terhadap negara, atas

apa yang dipunya atau dilakukan negara, baik dalam kaitannya dengan sistem

pemerintahan, kebijakan, alokasi sumberdaya, kesediaan untuk

mengakomodasikan berbagai kepentingan yang berkembang di masyarakat, dan

lain sebagainya. Tidak hanya terbatas pada kemunculannya, bentuk, isi, pola

maupun strategi yang diadopsi oleh gerakan-gerakan keagamaan itu pun pada

dasarnya merupakan hasil penyesuaian terhadap sikap dan perilaku negara.53

52 Bahtiar Effendy, pengantar dalam Hwang, Umat Bergerak: Mobilisasi Damai Kaum

Islamis di indonesia, Malaysia, dan Turki, (Jakarta: freedom Institute, 2011), xx.

53Bahtiar Effendy, pengantar dalam Hwang, Umat Bergerak: Mobilisasi Damai Kaum

29 Walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, tapi

kenyataanya negara tidak menempatkan Islam sebagai sumber hukum utama.

Namun, negara tetap bersedia menerapkan syariat Islam walau hanya dalam

hukum-hukum tertentu, seperti hukum waris, perkawinan, hibah, dan

sebagainya.54

Di masa Orde Baru hubungan politik antara Islam dan negara tidak

berjalan baik. Kecurigaan negara terhadap para aktifis gerakan Islam sangatlah

kuat, para aktifis Islam dianggap sebagai musuh negara yang sewaktu-waktu

dapat menjadi bumerang tersendiri untuk negara.

Runtuhnya rezim Orde Baru setelah 32 tahun berkuasa, maka secara

drastis negara berubah menjadi demokratis. Demokratisasi ini direspon baik oleh

kalangan Islamis, banyak aktifis-aktifis Muslim yang bergabung dengan partai

pemerintah, dan banyak juga yang mendirikan partainya sendiri, semua itu

dilakukan demi memperjuangkan hukum Islam sebagai hukum positif utama

dalam UUD kenegaraan. Wacana mewujudkan kembali Piagam Jakarta seketika

kembali terdengar. Namun, perjuangan menegakan syariah Islam tidak selalu

melalui aksi di parlemen, karena banyak juga aktifis-aktifis Muslim yang

menunjukan keenggananya ikut serta dalam proses demokratis, namun tetap

mempromosikan sistem pemerintahan Khilafah Islamiyah. Intinya, bagi kelompok

Islamis, syariat Islam tidak akan mampu berjalan maksimal bila syariat Islam

tidak dilibatkan langsung dalam sistem kenegaraan.55

54 Bahtiar Effendy, pengantar dalam Hwang, Umat Bergerak: Mobilisasi Damai Kaum

Islamis di indonesia, Malaysia, dan Turki, xx.

55 Bahtiar Effendy, pengantar dalam Hwang, Umat Bergerak: Mobilisasi Damai Kaum

30 Persoalan lainya pasca runtuhnya Orde Baru adalah, hampir tidak ada

batasan yang mampu menghambat penyebaran ideologi di Indonesia.56

Penyebaran ideologi di Indonesia semakin kuat seiring dengan terjadinya aksi

peledakan bom di beberapa daerah di Indonesia beberapa tahun silam yang

menjadi indikasi kuat bahwa pertarungan ideologi tidak lantas berhenti dengan

berakhirnya perang dingin.

Dalam konteks Islam, ideologisasi muncul belakangan ketika beberapa

wilayah Islam harus berhadapan dengan modernisme barat yang ditegaskan

melalui kolonialisme. Hampir seluruh pranata intelektual Islam saat ini tidak

memiliki pemikiran tandingan yang dapat dipakai untuk menghadapi barat. Pada

awal abad ke-20 munculah para konseptualisasi atau ideologisasi Islam.

Jamaludin al-Afgani57 (1839-1897) adalah perintis awal yang

mengonseptualisasikan ajaran Islam sebagai sebuah semangat perlawanan

terhadap kolonialisme dengan membentuk partai politik Hizbul Wathon di Mesir.

Melalui partai itu Afgani mulai bersikap keras terhadap penguasa Islam

tradisional dan mulai melakukan perlawanan terhadap barat. Menurut Afgani,

tersisihkanya Islam jika dibandingkan dengan barat semata-mata karena tidak

56Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, 290.

57 Jamaluddin al-Afgani dilahirkan dalam tahun1838. Ia merupakan seorang pemikir

Islam, aktifis politik, dan jurnalis terkenal. Afghani, penganjur pembaharuan Islam dan penentang yang gigih terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh para penganut tarikat. Kebencian al-Afgani terhadap kolonialisme menjadikannya perumus dan agitator paham serta gerakan nasionalisme dan pan-Islamisme yang gigih, baik melalui pidatonya maupun tulisan-tulisannya. Karenanya di tengah kemunduran kaum Muslimin gejolak kolonialisme bangsa Eropa di negeri-negeri Islam, al-Afgani menjadi seorang tokoh yang amat mempengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi-aksi sosial pada abad ke-19 dan ke-20. pada tahun 1876 ia melihat adanya campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir. Kondisi tersebut mendorong al-Afgani untuk terjun ke dalam kegiatan politik di Mesir. Ia bergabung dengan perkumpulan yang terdiri atas orang-orang politik di Mesir. Lalu pada tahun 1879, al-Afgani membentuk partai politik dengan nama Hizb al-Watani (Partai Kebangsaan). Dengan partai ini ia berusaha menanamkan kesadaran nasionalisme dalam diri orang-orang Mesir. Lihat, Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UI-Press, 1990).

31 adanya persatuan dalam Islam, Islam yang ada tercerai-berai sehingga menjadi

lemah. Maka munculah gagasan Pan Islamisme, yaitu gagasan yang

mengutamakan pentingnya persatuan Islam. Walau gagasanya tidak begitu

berkembang, tapi melalui gagasan ini justru telah melahirkan gagasan

nasionalisme Islam. Nasionalisme tidak boleh mengabaikan pentingnya

persaudaraan sesama muslim yang mungkin bersifat lintas nasional.

Gagasan-gagasan al-Afgani kemudian di sistematisasi dan dilanjutkan Mohammad Abduh58

(1849-1905) dan Rasyid Ridla59 (1865-1935), serta beberapa pengikut lainya,

yang kelak menginspirasi lahirnya nasionalisme di timur tengah.60

Namun, Islam yang berdampingan dengan nasionalisme perlahan-lahan

memudar, lantaran tidak mampunya negara-negara Islam di timur tengah dalam

58 Muhammad Abduh lahir di Delta Nil 1849, ia dilahirkan dari keluarga petani di Mesir

Hilir. – meninggal di Iskandariyah (kini wilayah Mesir), 11 Juli 1905 pada umur 55/56 tahun) adalah seorang pemikir Muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Ia belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamaluddin al-Afghani. Abduh percaya betul bahwa hanya melalui reformasi dalam bidang pendidikan umat Islam disatu sisi akan mendapatkan kebebasan dan kemampuan berfikir serta tahu hak-haknya, dan di sisi lain meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab dan kewajibanya. Lihat, Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UI-Press, 1990).

59 Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Qalmuni

Al-Husaini (dikenal sebagai Rasyid Ridha; 1865-1935) adalah seorang intelektual Muslim dari Suriah yang mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan masyarakat Muslim saat itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara buta (taqlid), minat yang berlebihan terhadap dunia sufi dan kemandegan pemikiran ulama yang mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam mencapai kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern.Kiprah Rasyid Ridha dalam dunia politik secara nyata dapat dilihat dalam aktivitasnya. Ia pernah menjadi Presiden Kongres Suriah pada tahun 1920, menjadi delegasi Palestina-Suriah di Jenewa tahun 1921. Ia juga pernah menjadi anggota Komite Politik di Kairo tahun 1925, dan menghadiri Konferensi Islam di Makkah tahun 1926 dan di Yerusalem tahun 1931. Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama Al-Manar. Banyak kalangan ulama yang tertarik untuk membaca majalah Al-Manar dan mengembangkan ide yang diusungnya. Nama

besarnya terus dikenang hingga ia wafat pada Agustus 1935. Lihat, Nidia Zuraya “Hujjatul Islam: Rasyid Ridha, Tokoh Reformis Dunia Islam” tersedia di

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/09/m0m63s-hujjatul-islam-rasyid-ridha-tokoh-reformis-dunia-islam-5habis Internet; diunduh 20 Juni 2013.

32 menemukan solusi dari ketegangan sosial politik dan intelektual, serta kegagalan

negara-negara nasional yang dipimpin umat Islam untuk menghalau dominasi

barat di negara mereka.

Maka munculah Hasan al-Bana61 yang menawarkan alternatif ajaran

Islam. Gagasanya doktrin Islam kafah. Al-Bana dengan Ikhwanul Muslimin

mengakui Daulah Islamiyah sebagai instrument penting dalam mewujudkan

pemberlakuan syariat. Sejak awal, al-Bana percaya dengan universalitas Islam

sehingga sebaran dakwahnya tidak tersekat teritori negara.62

Secara doktrin gagasan al-Bana memang mengandung militansi yang kuat.

Aspek inilah yang kemudian dielaborasi lebih dalam oleh Sayyid Qutb,63 pemikir

61 Hassan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah

kawasan Buhairah, Mesir. Ia adalah seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslimin). Ia memperjuangkan Islam menurut Al-Quran dan Sunnah hingga dibunuh oleh penembak misterius yang oleh banyak kalangan diyakini sebagai penembak 'titipan' pemerintah pada 12 Februari 1949 di Kairo. Didorong oleh fenomena yang disaksikanya sendiri di Kairo, berupa munculnya tradisi permissivisme dan jauhnya kehidupan dari akhlak Islam, yang seperti juga terjadi di berbagai tempat di dunia. menurut al- Bana, Islam adalah agama Allah yang satu, yang diwahyukan kepada para rasul dan nabi-Nya sejak dimulai risalah samawiyah hingga risalah penutupnya dengan

kehadiran Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung satu aqidah dengan syari’ah beragam:

ibadat dan muamalat. Pemikiran Hassan al-Banna dikenal memiliki dampak yang besar dalam pemikiran Islam modern. Untuk membantu meluruskan tatanan Islam, al-Banna menyerukan melarang semua pengaruh Barat dari pendidikan dan memerintahkan semua sekolah dasar harus menjadi bagian dari mesjid. Dia juga menginginkan larangan partai politik dan lembaga demokrasi lainnya dari Syura (Islam-dewan) dan ingin semua pejabat pemerintah menjadikan agama sebagai pendidikan utama. Hassan al-Banna melihat Jihad sebagai strategi defensive, yaitu telah menjadi

kewajiban individual. Lihat, “Hasan Al Banna: Mengeja Islam Secara Kaffah” tersedia di

http://www.hasanalbanna.com/kategori/peradaban/pemikiran-islam/ Internet; diunduh 20 Juni 2013.

62 Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, 292.

63 Sayyid Qutb lahir di Musha pada Oktober 1906. Beliau merupakan anggota utama

Ikhwanul Muslimin Mesir pada era 1950 hingga 1960. Di tahun 1966 dia dituduh terlibat dalam rencana pembunuhan presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dan dieksekusi dengan cara digantung. Sayyid qutb pernah menetap selama dua tahun di AS sekitar 1948-1950. Setelah kembali ke Mesir, ia mengundurkan diri dari pekerjaannya di Direktorat Pendidikan dan mengabdikan dirinya untuk gagasan demi membawa perubahan total dalam sistem politik Mesir. Ikhwan memperoleh vitalitas ideologis ketika Sayyid Qutb dalam sel penjaranya menulis sebuah buku di mana ia merevisi pemikiran Hassan al-Banna yaitu keinginan mendirikan sebuah negara Islam di Mesir setelah negara itu benar-benar mengislamkan seluruh lapisan kehidupan. Sayyid Qutb merekomendasikan bahwa pelopor revolusioner harus terlebih dahulu mendirikan negara Islam

33 kedua setelah al-Bana. Bagi Sayyid Qutb, Islam sebagai agama kaffah dapat

dijadikan ideologi alternatif terhadap kapitalisme maupun sosialisme. Untuk bisa

mewujudkanya harus ditarik garis pemisah yang tegas dengan ideologi-ideologi

sekuler tersebut. Dalam konteks ini, jalan jihad adalah mulia, sebagaimana

diajarkan dalam Islam.64 Qutb mengembangkan doktrim hakimiyyah, sebagai

doktrin kunci yang mengajarkan tentang kedaulatan mutlak Tuhan. Tidak ada

satupun undang-undang dan sistem kehidupan yang bisa diterima kecuali yang

bersumber dari Allah SWT. Qutb berpendapat penguasa dan mereka yang

menolak hukum Allah berarti telah jatuh kedalam kekafiran. Negara yang

diperintah otomatis berubah menjadi dar al-harb, dimana jihad dalam pengertian perang menjadi sebuah keniscayaan. Inilah doktrin takfir yang dikembangkan

Qutb yang mengilhami munculnya gerakan-gerakan Islam Radikal.65

Seiring perkembanganya, terdapat perkawinan gagasan lebih intensif

antara Ikhwan, terutama pemikiran Sayyid Qutb, dengan salafi. Sintesis gagasan

itu melahirkan sebuah gerakan yang lebih radikal, yaitu Jamaah Jihadi.

Sosok-sosok penting yang memadukan kedua paham itu ialah Mullah Umar66 dan

dan kemudian, dari atas memberlakukan Islamisasi pada masyarakat Mesir yang telah melenceng ke ideologi nasionalisme Arab. Lihat, Ahmed El-Kadi, MD “Sayyid Qutb” tersedia di

http://www.islam101.com/history/people/century20/syedQutb.htm Internet; diunduh 20 Juni

2013.

64 Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, 295.

65 Hasan. dkk, Masjid dan Pwmbangunan Perdamaian: Studi Kasus Poso, Ambon,

Ternate, dan Jayapura, 49-50.

66 Mullah Mohammed Omar adalah pemimpin spiritual Taliban. Omar lahir di provinsi

tengah Uruzgan pada tahun 1962. Omar belajar di beberapa sekolah Islam di luar Afghanistan (Quetta, Pakistan) sebelum bergabung dengan pasukan Jihad melawan pendudukan Rusia pada 1980-an. Di tahun 1996 sampai akhir 2001, Omar memegang gelar Komandan Mukminin Imarah Islam Afghanistan (Amir-ul-Mukminin), yang diakui oleh hanya tiga negara: Pakistan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Dia dianggap sebagai salah satu tokoh paling misterius dalam politik Afghanistan. Bahkan banyak yang meragukan keberadaannya. Mullah Omar memiliki hubungan erat dengan tokoh lain yang populer dalam politik dunia Afghanistan, yaitu Osama bin Laden. Pemerintah AS mengajukan permintaan padanya untuk menyerahkan Osama bin Laden karena

34 Abdullah Azzam.67 Lahirnya Jamaah Jihad mendapatkan momentum sehubungan

dengan invasi Uni Soviet ke Afganistan.68 Bagaimanapun peristiwa itu merupakan

panggilan jihad bagi seluruh umat Islam. Jalur jihad itu dirintis oleh Kadungga69

(mantan eksponen Darul Islam) dan digarap serius oleh Abdullah Sungkar.70 Basis

operasinya terdapat di Malaysia. Pilihaan itu adalah pertimbangan logis

mengingat represi Orde Baru yang sangat kuat terhadap mantan aktifis Darul

tuduhan terorisme, Mullah Omar menolak dan menyatakan bahwa dirinya adalah tamu bangsa

Afghanistan. Keberadaannya saat ini tidak diketahui. Lihat, “Mullah Muhammad Omar” tersedia di http://www.afghan-web.com/bios/today/momar.html Internet; diunduh 20 Juni 2013.

67 Dr. Abdullah Yusuf Azzam (1941–1989), juga dikenal dengan nama Syekh Azzam, adalah seorang figur utama dalam perkembangan pergerakan Islam. Ia seorag doctor dalam ilmu hukum dari universitas Al-Azhar di Cairo. Ia berpengalaman dalam gerakan Klandestin (bawah tanah dan rahasia) sebelumnya yang bernama Ikhwanul Muslimn di Mesir. Ia mendirikan Baitul Anshar, sebuah lembaga yang menghimpun bantuan untuk para mujahid Afghan. Ia juga menerbitkan sebuah media Ummah Islam. Lewat majalah inilah ia menggedor kesadaran ummat tentang jihad. menurutnya, jihad di Afghan adalah tuntutan Islam dan menjadi tanggung jawab ummat Islam di seluruh dunia. Seruannya itu tidak sia-sia. Jihad di Afghan berubah menjadi jihad universal yang diikuti oleh seluruh ummat Islam di pelosok dunia. ia dibunuh pada 24 November 1989. Lihat, Hendropriyono, Terorisme Fndamentalis, Kristen, Yahudi, Islam (Jakarta: Kompas, 2009).

68 Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, 298.

69 Abdul Wahid Kadungga, tokoh Islam asal Sulawesi Selatan. Dirinya sempat

disebut-sebut sebagai petinggi Jamaah Islamiyah (JI) karena ia dekat dengan Abu Bakar Ba’asyir saat

masih di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 1985. Namun dia mengaku tak mengenal organisasi tersebut. Kadungga adalah menantu almarhum Kahar Mudzakkar, Panglima Hisbullah Makassar dan pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Saat itu, Kadungga baru datang dari Belanda

sementara Ba’asyir baru melarikan diri dari Indonesia. Saat dirinya kembali ke Indonesia, salah satu kegiatannya adalah bekerja untuk dakwah di Dewan Dakwah Islam Indonesia. Kadungga

yang sempat menjadi sekretaris pribadi M. Natsir. Lihat, Choirul Aminuddin “Abdul Wahid

Kadungga, Tokoh Islam Asal Sulawesi Selatan Tutup Usia” tersedia di

http://www.tempo.co/read/news/2009/12/12/058213459/Abdul-Wahid-Kadungga-Tokoh-Islam-Asal-Sulawesi-Selatan-Tutup-Usia. Internet; diunduh 20 Juni 2013.

70Abdullah Sungkar, lahir tahun 1937 di Solo, berasal dari keluarga ternama pedagang

batik, berketurunan Arab Yaman. Ia ikut mendirikan Pondok Ngruki (Pesantren al-Mukmin) di Solo, Jawa Tengah dan Pesantren Luqmanul Hakiem di Johor, Malaysia. Ditahan beberapa waktu tahun 1977 kerana mempengaruhi masyarakat untuk golput (golongan putih: tidak mengundi dalam pilihanraya), kemudian ditangkap bersama Abu Bakar Ba'asyir pada tahun1978 atas tuduhan subversif, kerana didakwa terbabit dengan kumpulan Komando Jihad/Darul Islam, dipenjarakan selama tiga setengah tahun. Beliau kemudian lari ke Malaysia tahun 1985, kerana dituduh menghasut orang ramai menolak Pancasila yang mengakibatkan terjadinya peristiwa Tanjung Priok tahun 1984. Setelah kejatuhan rejim Soeharto, Sungkar pulang ke Indonesia dan

wafat di Indonesia pada bulan November 1999. Lihat “Indonesia Backgrounder: How The Jemaah Islamiyah Terrorist Network Operates”, ICG (International Crisis Group) Asia Report, No.43, 11 Desember 2002, h. 32. Tersedia di http://www.meforum.org/2044/jemaah-islamiyah-adopts-the-hezbollah-model Internet; diunduh 20 Juni 2013.

35 Islam. Sementara itu, Malaysia menyediakan tempat bagi operasi gerakan

tersebut.71

Secara kontinyu Sungkar mengirim kader-kader baru dari Indonesia untuk

dilatih di Pesyawar, tepi Pakistan, yang selanjutnya diterjunkan ke medan perang

Afghanistan, dan dari situlah mereka bertemu dengan Jaringan Jihadi

internasional. Hal yang perlu digarisbawahi dari perang Afganistan adalah

lahirnya gerakan-gerakan baru berciri lebih radikal dan fundamentalis dari pada

gerakan Islam berbasis nasionalisme (DI/TII).72

Bagaimanapun kemunculan kelompok Islam radikal tidak bisa dipisahkan

dari krisis multidimensi yang melanda Indonesia setelah jatuhnya rezim Soeharto

dan tidak menentunya arah reformasi. Kemunculan dan perkembangan kelompok

Islam Radikal diakibatkan dari negara yang cenderung lemah, kesenjangan sosial

Dokumen terkait