BAB III : ABU JIBRIL DAN AKTIFITAS GERAKAN ISLAM
A. Jihad
1. Makna Jihad
Istilah jihad berasal dari bahasa Arab ‘Jahada’ yang berarti ‘upaya sungguh-sungguh’. Jihad bisa juga berarti perang suci. Istilah perang seringkali diterjemahkan merupakan bagian dari ajaran Islam. Oleh karena itu, stigmatisasi
yang berkembang adalah Islam sebagai agama brutal, dimana perang tidak hanya
dibenarkan tetapi juga dianggap suci.110
Dalam Al-Qur’an sebetulnya telah banyak dijelaskan mengenai makna jihad, dan wajib bagi setiap Muslim untuk berjuang demi menegakan Islam di
muka bumi. Dalam teori hukum Islam banyak cara yang digunakan untuk
memenuhi kewajiban jihad diantaranya menggunakan hati, lidah, tangan, dan
pedang. Jihad yang menggunakan hati berkaitan dengan pertarungan melawan
setan, dan dipandang sebagai jihad terbesar (jihad akbar). Jihad yang
menggunakan lidah dan tangan adalah jihad yang memerintahkan kebenaran dan
melarang kejahatan (amar ma’ruf nahi munkar). Jihad yang menggunakan pedang sama dengan perang dan dinilai sebagai jihad paling ringan (jihad asghar).111
110 Chaider S. Bamualim, “What’s Wrong with the Notion of Jihad”. Lihat, Cheyne Scoot dan Irfan Abubakar (ed), Contemporary Issues in the Islamic World: The IndonesianPerspective, (Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), 5-6.
111 Hasan, Laskar Jihad: Islam, Militansi, dan Pencarian Identitas di Indonesia
56 Para ahli hukum Islam (fuqaha) tradisional membagi jihad ini dalam dua bentuk, jihad ofensif (menyerang) dan jihad defensive (mempertahankan diri).112
Jihad ofensif merupakan suatu bentuk perlawanan masyarakat Muslim terhadap
kolonialisme kaum kafir. Jihad ofensif merupakan kewajiban, namun
penyebarluasanya hanya boleh dilakukan oleh negara, karena didalamnya
terkandung tujuan mulia yaitu mengajak atau menghimbau agar manusia lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya
keyakinan yang diyakini dapat menuntun menuju kemaslahatan umat, maka jihad
ini menjadi tanggung jawab dan kewajiban khalifah sebagai pemimpin negara.
Sedangkan jihad defensive dikatakan sebagai jihad perseorangan karena hanya
wajib bagi umat Muslim yang mampu melaksanakanya. Baik jihad ofensif
maupun jihad defensive, pelaksanaanya harus mendapat persetujuan imam
sebagai pemegang otoritas tertinggi agar dalam pelaksanaanya umat Islam
senantiasa terbebas dari segala sanksi hukum yang dinilai memberatkan. Jihad
juga harus senantiasa memperhatikan etika dan hak preroatif. Maka dari itu peran
imam sangatlah kuat dalam mewujudkan dan mengamalkan kedua jihad
tersebut.113
Menurut Abu Jibril, jihad yang benar itu diantaranya jihad melawan hawa
nafsu, setan, orang kafir, orang zalim dan munafik. Dari jihad tersebut, jihad
melawan orang kafir merupakan bentuk jihad yang paling sukar. Dan jihad wajib
112 Hasan, Laskar Jihad: Islam, Militansi, dan Pencarian Identitas di Indonesia
Pasca-Orde Baru, 216.
113 Djelantik, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan
57 dipelajari dan diamalkan kaum Muslim karena jihad merupakan benteng
pertahanan umat Islam dan cara umat Islam untuk menegakkan agama Allah.
Jihad apapun bentuknya bukanlah perbuatan buruk karena jihad merupakan jalan
Islam.114
Abu Jibril menuturkan sesungguhnya Islam itu tinggi dan mulia, tidak ada
suatu agama yang dapat mencapai ketinggian dan kemuliaan Islam, juga
satu-satunya agama yang diridhai Allah. Allah berfiman dalam QS. Ali-Imran, ayat 19:
“sesungguhnya dien (agama) yang diridhai, diakui (diiktiraf) di sisi Allah
ialah Islam” (QS Ali-Imran,3: ayat 19)115
Berdasarkan ayat tersebut Abu Jibril menjelaskan bahwa ketinggian dan
kemuliaan Islam telah dirasakan oleh dunia dan seisinya pada saat ajaran Islam
dilaksanakan sepenuhnya secara kaffah (syumul) pada saat Islam ditegakan mengikuti metode (manhaj) Rasulullah. Islam ditegakan Nabi Muhammad SAW dengan dakwah dan diakhiri dengan jihad.116
Maka menurut Abu Jibril, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa dakwah
Islam sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Namun sayangnya dakwah Islam
saat ini tidak diikuti dengan seruan kepada Hijrah dan Jihad, yang justru dianggap
sebagai sesuatu yang asing ditengah kehidupan masyarakat kini. Padahal,
kesemuanya merepukan satu komponen yang tidak bisa dipisahkan.117
114 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan,
17 September 2013.
115 Abu Muhammad Jibriel AR, Karakteristik Lelaki Shalih, (Pamulang:Ar Rahmah
Media, 2005), 106.
116 Jibriel AR, Karakteristik Lelaki Shalih, 107. 117 Jibriel AR, Karakteristik Lelaki Shalih, 108.
58 Selanjutnya Abu Jibril berkata bahwa Islam adalah agama damai dan
pembawa perdamaian. Perdamaian akan terjadi jika seluruh manusia sudah
berhenti memerangi agama Allah atau agama itu milik Allah seluruhnya.118
Ditegaskanya pula bahwa jihad fie sabilillah adalah puncak ketinggian Islam dan
merupakan ibadah yang paling utama dan tiada suatu amalpun yang mampu
menandinginya. Jihad adalah satu-satunya cara untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang menimpa umat Islam saat ini dan untuk menegakkan martabat
Islam, maka dari itu jihad merupakan hal yang penting bagi kehidupan umat
Islam.
2. Jihad Sebagai Tugas Bersama Seluruh Umat Islam
Menurut Abu Jibril, jihad itu adalah tugas bersama, maka wajib hukumnya
mengajak seluruh komponen kaum Muslimin apa pun latar belakangnya untuk
bersama-sama kaum Muslimin seluruh dunia untuk memerangi orang-orang kafir
yang memerangi Islam.119
Abu Jibril mengutip surat At Taubah ayat 123:
“Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang
membahayakan kalian yang tinggal di sekitar negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka. Ketahuilah bahwa Allah bersama hamba-Nya yang taat kepada-Nya (Q.S. At Taubah : 123).
118 Abu Muhammad Jibril AR, “Potret Medan Jihad” dalam Awwas, ed., Risalah Kongres
Mujahidin I dan Penegakan Syariah Islam, 103.
119 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan,
59 Maka dari itu Abu Jibril berpendapat bahwa tidak ada alasan bagi kaum
Muslimin untuk mengesampingkan apalagi sampai menolak jihad dan
menganggapnya sebagai ajaran yang sesat dan menyesatkan.
Lebih lanjut mengenai jihad, Abu Jibril menegaskan bahwa jihad
merupakan amalan Islam yang tinggi dan mulia, namun sekaligus merupakan
amalan yang paling berat dan sukar. Medan jihad adalah suatu tempat untuk tidak
bersenang-senang dan memikirkan kemewahan dunia. Medan jihad suatu tempat
yang penuh cobaan dan ujian, kesusahan dan penderitaan. Maka dari itu tidak
banyak manusia yang sanggup mengarungi medan jihad.120
Dijelaskan oleh Abu Jibril, bahwa tugas manusia dalam hidup ini adalah
menegakan Dienullah (Agama Allah). Dan menegakkan Dienullah di muka bumi
ini merupakan suatu pekerjaan yang mesti disertai dengan jihad. Abu Jibril
berpendapat, sesungguhnya jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi
dua syarat yang asas dan pokok. Pertama, sabar yang membuahkan keberanian.
Kedua, dermawan yang siap mengorbankan yang paling berharga dari apa yang dimilikinya yaitu jiwa, raga, keluarga, dan hartanya. Kedua syarat tersebut hampir
hilang dari kehidupan umat Islam hari ini, dan banyak yang menjadi penakut dan
pengecut. Mereka lupa, terlalu cinta kepada dunia dan takut berjihad adalah
puncak tragedi kebinasaan umat Islam.121
120Abu Muhammad Jibril AR, “Potret Medan Jihad” dalam Awwas, ed., Risalah Kongres
Mujahidin I dan Penegakan Syariah Islam, 103.
121Abu Muhammad Jibril AR, “Potret Medan Jihad” dalam Awwas, ed., Risalah Kongres
60 Abu Jibril mengutarakan keprihatinanya, bahwa kenyataan yang terjadi
saat ini, sebagian besar kaum Muslimin telah mengabaikan dan tidak
memperdulikan jihad, mereka juga tidak mengadakan persiapan untuk berjihad,
padahal jihad dalam Islam adalah satu amalan yang menjanjikan kemuliaan
kepada hamba yang mengamalkanya. Dengan jihad, Islam dan umatnya akan
menjadi tinggi dan mulia dihadapan seluruh umat yang lain di bumi ini.
Sedangkan tanpa jihad Islam dan umatnya akan menjadi hina lagi dilecehkan.
Ganjaran yang diberikan oleh Allah kepada para mujahid tidak terbatas kepada
yang berperang saja. Apa saja yang berkaitan dan berhubungan dengan jihad di
jalan Allah akan diberikan ganjaran dan keutamaan yang berlipat ganda. Salah
satu keutamaan tersebut adalah kematian yang merupakan satu kepastian. Dan
sebaik-baiknya kematian adalah mati syahid di medan jihad di jalan Allah.122
Abu Jibril berpandangan, bahwa tidak ada yang mampu melaksanakan
jihad, melainkan hanya segelintir atau sekelompok kecil dari manusia pilihan.
Tidak ada orang yang mau menjadikan program hidupnya membunuh atau
dibunuh, berperang atau diperangi, menang atau mati di jalan Allah, kecuali
sekelompok kecil hamba-hamba Allah yang shalih. Dengan demikian, jihad
dianggap sebagai bagian penting dari syariat yang harus diterima umat Islam
sepenuhnya. Komitmen pada jihad membuktikan kekuatan tauhid seseorang.123
122 Tersedia dihttp://abujibriel.com/Internet; diunduh 3 Januari 2014. 123 Jibriel AR, Karakteristik Lelaki Shalih, 152.
61
3. Jihad Sebagai Jalan Utama Tegaknya Islam
Abu Jibril merupakan salah satu tokoh Islam Radikal yang kerap kali
tampil berani dalam menyampaikan idenya dalam memperjuangkan syariat Islam.
Di setiap sela-sela ceramahnya, seringkali Abu Jibril menyelipkan ajaran-ajaran
mengenai jihad dan menyerukan jamaahnya untuk tidak segan-segan berjihad
demi menegakan syariat Islam dan menjauhi sistem sosial ala barat yang
dianggapnya kafir dan menyesatkan. Ketinggian dan kemuliaan Islam telah
dirasakan oleh dunia dan seisinya pada saat ajaranya dilaksanakan sepenuhnya
secara kaffah. Tetapi sekarang ini, pada beberapa abad terakhir situasi dan
kondisinya amat jauh berbeda. Umat Islam tidak lagi dihormati dan dihargai
seperti pada kurun waktu awal dahulu. Ketinggianya tidak diakui dan
kemuliaanya dilucuti. Umat Islam seakan lupa akan pentingnya menegakkan
syariat Islam di muka bumi. Seruan kepada Hijrah dan Jihad dianggap sebagai
sesuatu yang asing di tengah kehidupan masyarakat kini. Islam adalah agama
yang mengajarkan umatnya untuk memiliki keberanian. Tegaknya Islam adalah
dengan shalat, sedangkan puncaknya Islam adalah jihad. Jika ada orang Islam
yang menolak jihad, maka Islamnya menjadi batal. Ketika fondasinya tauhid,
tiangnya shalat, puncaknya jihad. Maka rangkaian itu tidak bisa terpisahkan.124
Ditegaskan oleh Abu Jibril, bahwa sekarang ini di seluruh dunia, yang
ditakuti musuh Islam bukanlah orang yang sekedar shalat, berinfaq, berzikir,
umrah dan haji, tapi juga mereka yang berjihad. Jihad juga tidak akan tegak tanpa
shalat, infaq sedekah, karena kesemuanya merupakan satu kesatuan. Maka, ketika
62 sebuah generasi menolak jihad, maka Allah akan mengganti generasi lain yang
lebih baik. Sesungguhnya, musuh Allah itu takut dengan jihad. Jihad itu bukan
hanya perang, tapi perang melawan hawa nafsu, melawan syaitan, melawan kaum
kufar, dan rezim yang zalim. Termasuk juga jihad adalah sabar mencari ilmu,
mengamalkan ilmu, dan mendakwahkan ilmu. Jihad bukan hanya dengan pergi
berperang, tetapi jihad bisa dengan ilmu, harta dan jiwa.125
Bagi Abu Jibril, amalan jihad dalam Islam merupakan suatu amalan mulia
dan wajib untuk sesegera mungkin dilaksanakan umat Muslim untuk menegakkan
Islam di muka bumi. Memang pada dasarnya jihad merupakan amalan yang paling
berat ditunaikan manusia, karena memang tidak ada amalan lain yang melebihi
sukar dan beratnya amalan jihad. Karena sukar dan beratnya perjalanan Jihad ini,
maka tidak ramailah manusia yang berminat di dalamnya dan ikut serta bergabung
meskipun ia menjanjikan ganjaran yang sangat besar dan balasan surga.126
4. Jihad dan Terorisme
Isu terorisme ramai diperbincangkan pasca tragedi WTC 11 September
2001. Seusai aksi yang mengejutkan dunia itu, Osama bin Laden dituduh
bertanggung jawab dalam aksi tindak terorisme yang telah meluluhlantakan
gedung WTC dan gedung Pentagon. Tuduhan itu dilontarkan oleh Presiden
Amerika George W Bush. Bush menuduh serangan teror Osama sebagai Perang
125 Abu Muhammad Jibriel AR, Syubhat-Syubhat Seputar Jihad dan Akibat
Meninggalkanya, (Pamulang: Majelis Ilmu Ar-Royan, 2009), 28.
63 Salib.127 Dan pernyataan itu mencoba mempengaruhi pandangan dunia bahwa
teroris identik dengan Islam.
Serangan 11 September 2001 tersebut, telah membuat Amerika Serikat
secara tegas mengumumkan perang melawan terorisme dan berambisi keras untuk
menghancurkan jaringan Al-Qaeda. Jaringan Al-Qaeda yang dianggap jaringan
teroris internasional yang disinyalir terdapat di seluruh dunia, termasuk di
kawasan Asia Tenggara.128 Salah satu organisasi Islam yang disebut-sebut
menjalin kedekatan dengan Al Qaeda adalah Jama’ah Islamiyah (JI). Tuduhan mengenai keberadaan JI kemudian terbukti setelah para aktor bom Bali tanggal 12
Oktober 2002 itu, yang menewaskan ratusan warga negara asing ditangkap dan
diadili di pengadilan.129
Tragedi bom Bali di tahun 2002, merupakan rangkaian tiga peristiwa
pengeboman yang terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002. Bom meledak di tiga
tempat, yaitu Paddy’s Pub dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta, dan Kantor Konsulat Amerika Serikat. Peristiwa bom Bali I ini disusul dengan bom Bali II di
tahun 2005. Peristiwa ini dianggap sebagai tragedi terorisme terparah di
Indonesia. Dan JI disebut-sebut sebagai dalang dari teror yang menelan 202
127 Pasca tragedi 11 september 2001, presiden Amerika George W Bush
mengkampanyekan perang melawan terorisme ini sebagai perang salib. Pernyataan bush kala itu memang cukup mengejutkan seolah mengobarkan perang Islam vs Kristen. Namun Bush meralat pernyataanya dengan menegaskan perang yang dilancarkanya terhadap teror bukan perang melawan Islam, karena baginya teroris-teroris Muslim telah membajak “agama besar”. Lihat,
“Bush: Perangi Teror, Bukan Perangi Islam” tersedia di http://www.gatra.com/ Internet; diunduh
17 September 2013
128 S. Yunanto, Gerakan Militan Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara, (Jakarta: FES
dan The Ridep Institute, 2003), 69.
64 korban jiwa dan 209 orang luka-luka dan cedera. Nama-nama yang dianggap
terlibat dalam peristiwa bom Bali diantaranya Abdul Hamid, Imam Samudera, Ali
Gufron alias Mukhlas, Amrozi, Azhari Husin alias Dr. Azahari, Dulmatin, Umar
Patek, Zulkarnaen, dan Abu Bakar Ba’ashir. Namun, hanya Ba’ashir yang dinyatakan tidak bersalah dan bebas dari tuduhan dan hanya divonis atas
pelanggaran keimigrasian.130
Pertengahan tahun 2003 Indonesia kembali di guncang tragedi bom
Marriot. Pada tanggal 5 Agustus 2003, Asmar Latin Sani pelaku bom bunuh diri
meledakan mobil yang dikendarainya di lobi hotel JW Marriot, menewaskan 12
orang dan menciderai150 orang.131 Dan tanggal 17 Juli 2009 hotel JW Marriot
dan Ritz Carlton kembali diguncang teror bom. Setelah peristiwa bom Marriot itu,
putra Abu Jibril, Muhammad Jibril ditahan karena dituduh terlibat dalam aksi
pemboman tersebut. Muhammad Jibril dituduh terlibat pendanaan terorisme serta
menggunakan identitas palsu dalam aksi pemboman itu. Pada tanggal 11 Mei
2010, Muhammad Jibril ditetapkan sebagai tersangka dan divonis 5 tahun
penjara.132 Tapi demikian Abu Jibril membantah keras bahwa anaknya terkait
dengan tindak terorisme tersebut. Ditegaskan olehnya bahwa Muhammad Jibril
130 “KejanggalanBomBali”tersediadi http://votreesprit.wordpress.com/ Internet; diunduh 26 september 2013.
131“Bom Hotel Marriott” tersediadi
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom-marriot.html Internet; diunduh 26 september 2013.
132“MuhammadJibril Mengaku Ditelanjangi” tersediadi
http://nasional.kompas.com/read/2010/05/11/15212260/Muhammad.Jibril.Mengaku.Ditelanjangi Internet; diunduh 30 September 2013.
65 hanyalah seorang wartawan media website dan tuduhan yang dialamatkan pada
putranya itu merupakan fitnah dan salah sasaran.133
Peristiwa peledakan bom lainya kembali lagi terjadi di tahun 2004. Bom
meledak di depan kantor Kedutaan Besar Australia tepat tanggal 9 September
2004. Ini merupakan aksi terorisme terbesar ketiga setelah tragedi bom Bali 2002
dan JW Marriott 2003. Kepolisian Indonesia menduga JI sebagai dalang di balik
peristiwa ini. Tidak lama setelah aksi itu, 5 November 2004, polisi menangkap
empat orang yang dianggap sebagai pelaku dalam peristiwa ini, mereka adalah
Rois, Ahmad Hasan, Apuy, dan Sogir alias Abdul Fatah.134
Motif pelaku terorisme seperti yang pernah dikemukakan Ali Imron,
terpidana seumur hidup kasus bom Bali, dikarenakan ketidakpuasan terhadap
pemerintahan yang tidak memberlakukan syariat Islam secara menyeluruh. Bagi
mereka tidak diberlakukanya syariat Islam telah menyebabkan terjadinya
kemungkaran dan kekejian serta kerusakan moral, ekonomi, sosial, budaya yang
semakin merajalela di Indonesia. Selain karena ketidakpuasan, aksi-aksi teror
yang mereka lancarkan juga dilatarbelakangi keinginan untuk melaksanakan jihad
dengan tujuan membalas dendam terhadap kaum kafir dan pihak yang memusuhi
dan memerangi Islam.135
133 Azhar Pungkashadi, “Muhammad Jibril dibesuk” tersedia di http://www.indosiar.com/fokus/mohammad-jibril-dibesuk_82000.html Internet; diunduh 30 September 2013.
134 “Tuntas Kasus Bom Mega Kuningan” tersedia di http://nasional.kompas.com/read/2009/10/13/07075585/tuntas.kasus.bom.mega.kuningan Internet; diunduh 26 september 2013 .
66 Saat ini pemahaman tentang teroris dan terorisme cenderung direduksi
sedemikian rupa sehingga setiap kali menyebut kata teroris dan terorisme, maka
yang ada dibenak sebagian masyarakat adalah Al-Qaeda dan kaum teroris Islam
lainya yang sering mengatasnamakan jihad sebagai cara berjuang. Hal ini
dikarenakan Al-Qaeda selalu mengatakan aksi terornya adalah jihad. Dan sejak
munculnya seruan perlawanan terhadap Osama bin Laden, jihad seolah menjadi
kata kunci yang diidentikan dengan Islam. Kemudian berkembanglah stigma yang
menyamakan kaum radikal, sebagai teroris. Lalu yang paling ironis, stigma yang
menyamakan atau minimal mengidentikan Muslim dengan teroris atau Islam
dengan terorisme.136
Bagi Abu Jibril, terorisme merupakan undang-undang yang dilegalkan
penguasa thoghut untuk menghentikan dan mematikan gerakan jihad bagi penegakan syariat Islam dan khilafah. Isu terorisme yang diembuskan pihak-pihak
anti-Islam merupakan gerakan yang menghalang-halangi perkembangan agama
Islam itu sendiri. Islam, kata Abu Jibril, tidak pernah menakut-nakuti. Orang
anti-Islam lah yang sebenarnya membuat teror. Jihad mereka sebut amalan yang
menakutkan.137
Menurut Abu Jibril, sebagian kaum Muslim dalam memandang dan
memahami jihad Islam telah salah dan keliru. Mereka telah banyak terpengaruh
oleh pandangan sesat orang kafir, orang-orang munafik dan ahli-ahli bid’ah yang
136 Riza Sihbudi, “Terorisme dan Kospirasi Anti Islam” dalam Akaha, ed., Terorisme
dan Kospirasi Anti Islam, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), 62.
137 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan,
67 menganggap jihad Islam itu sebagai simbol kekerasan dan keganasan, lalu dengan
sewenang-wenangnya melabelkan jihad sebagai terorisme dan pelakunya adalah
teroris. Padahal yang sebenarnya, jihad merupakan amalan mulia dan tinggi
derajatnya. Bahkan jihad fie sabilillah merupakan satu-satunya amal shalih yang
menjadi benteng dan penyelamat seluruh ajaran Islam yang kedudukanya tidak
bisa diganti dengan amal shalih yang lain.138
Lebih lanjut Abu Jibril juga menambahkan bahwa seluruh ajaran Islam itu
Rahmatan lil alamin, diamalkan, didakwahkan, dan diperjuangkan sesuai petunjuk
Rasulullah. Shalat, puasa, zakat, haji, dan umrah bila dikerjakan sesuai ilmu maka
akan mendapat rahmat Allah. Begitu juga jihad, jika diamalkan dengan benar
akan menurunkan amal yang sangat besar. Maka tidak pantaslah kita menuding
dan menghina beberapa jamaah yang dianggap radikal dan keras seperti, MMI,
FPI, HTI, dan lainya karena kecendrungan mereka yang menjadikan jihad sebagai
jalan hidupnya.139
Mengenai aksi teror bom di Indonesia, Abu Jibril menuturkan bahwa
pembantaian umat manusia seperti yang terjadi pada peristiwa-peristiwa
peledakan bom, bukanlah termasuk cara orang Islam berjihad. Karena
sesungguhnya Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang, dan jihad
digunakan untuk menegakkan keamanan dunia. Abu Jibril menegaskan bahwa
aksi-aksi teror bom di Indonesia hanyalah ulah pihak-pihak tertentu yang sengaja
diciptakan untuk meredam kebangkitan Islam. Densus 88 yang menangkap dan
memberi label teroris pada seseorang, maka itulah bentuk teror yang
138 Jibriel AR, Syubhat-Syubhat Seputar Jihad dan Akibat Meninggalkanya, 7. 139 Jibriel AR, Syubhat-Syubhat Seputar Jihad dan Akibat Meninggalkanya, 72.
68 sesungguhnya karena telah mencemari Islam. Islam dituduh teroris, padahal
merekalah teroris yang sesungguhnya karena telah menakut-nakuti umat Islam
supaya takut pada jihad dan menjauhinya.140
Abu Jibril menambahkan bahwa aksi peledakan bom di Indonesia
mengandung banyak kebohongan didalamnya yang merugikan umat Islam. Para
tertuduh teroris sesungguhnya telah dipaksa untuk mengakui perbuatan keji
tersebut dilakukan mereka atas nama jihad. Hal tersebut dilakukan untuk
mencemari jihad dan menguntungkan pihak-pihak yang membenci Islam (Barat).
Abu Jibril berpendapat bahwa aksi peledakan bom di Indonesia hanyalah rekayasa
Yahudi dan Nasrani untuk terus memojokan Islam.141 Teror dilakukan kaum kafir
dengan tujuan memurtadkan kaum muslim, memecah belah kesatuan umat Islam,
dan kaum kafir akan terus memerangi Islam.142 Dan pelaku aksi teror yang
mengatasnamakan jihad tidak pantas disebut sebagai mujahid, karena sebutan
mujahid hanya untuk orang-orang yang berjihad dengan cara-cara yang benar.143
Menurut Abu Jibril, Jihad memang digunakan untuk melawan
musuh-musuh Islam. Dan musuh-musuh-musuh-musuh Islam bukan hanya orang-orang kafir, tapi juga
orang Islam yang anti dengan penegakan syariat. Dan perang boleh dilakukan
apabila musuh-musuh Islam tersebut memerangi Islam. Kekerasan diperbolehkan
140 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan,
17 September 2013.
141Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan,
17 September 2013.
142Abu Muhammad Jibril, Virus-Virus Syariat: Upaya Menjaukan Umat Islam dari
Al-Qur' (Jakarta: Ar Rahmah Media, 2008), 10.
143 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan,
69 bila ternyata musuh-musuh Islam menggunakan kekerasan dalam
menghalang-halangi penegakan syariat Islam. Abu Jibril dengan tegas mengatakan bahwa