• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase

A. Target dan Sasaran 2015-2019: Program Fisik 2015-2019

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

6.4.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaandi Kabupaten Samosir antara lain:

1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman

(“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

2. Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat

sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

3. Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah:

 Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besarbesaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land), termasuk sanksi yang diterapkan;

 Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing;

 Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll.

5. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6. Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 904-2.157 meter di atas permukaan laut. Sebesar 65% dari luas wilayahnya berada di ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut. Kondisi tanahnya pada umumnya bergelombang dan berbukit. Berdasarkan kemiringan lahannya, Kabupaten Samosir terbagi atas 4 (empat) klasifikasi yaitu lahan datar (kemiringan 00 - 20) seluas 10%, lahan landai (kemiringan 20 - 150) seluas 20%, lahan miring (kemiringan 150 - 400) seluas 55%, dan lahan terjal (kemiringan lebih dari 400) seluas 15% dari total luas daratannya.

Mengingat 55% dari wilayahnya ada pada lahan miring menyebabkan air mengalir relatif cepat. Pada beberapa daerah yang termasuk lahan datar, khususnya pada daerah pinggir pantai, perlu penanganan khusus di bidang drainase. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya genangan air yang tertampung oleh lahan datar tersebut dan air yang mengalir dari dataran yang lebih tinggi. Wilayah Kabupaten Samosir yang berada di pinggiran Danau Toba tersebar di semua kecamatan kecuali Kecamatan Ronggur Ni Huta.

a. Aspek Teknis

Adapun aspek teknis kondisi pengelolaan drainase perkotaan di Kabupaten Samosir sebagai berikut:  Pada umumnya masalah genangan air sangat jarang ditemui di Kabupaten Samosir. Kondisi

topografi Samosir dimana 55% atau +78.109,9 Km2 dari luas daratan di wilayahnya termasuk klasifikasi miring (kemiringan 150-400) menyebabkan air mengalir relatif cepat. Saluran drainase dibutuhkan hanya untuk mengeringkan catchment area dan menampung buangan air hujan dari jalan. Pembangunan bidang drainase hanya dibutuhkan pada daerah-daerah ibukota kecamatan serta daerah-daerah tujuan wisata utama;

 Secara umum dapat disimpulkan bahwa desa-desa yang ada di area perbukitan tidak memiliki masalah dengan drainase, namun perlu diperhatikan arah aliran air dari area perbukitan yang dimaksud agar ditata sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan banjir atau genangan di catchment area khususnya di desa yang terletak di pinggiran pantai Danau Toba;

 Kondisi jaringan drainase perkotaan khususnya di ibukota kabupaten tersedia dengan layak, baik pada ruas jalan utama maupun di unit lingkungan permukiman. Dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur maupun aspek non infrastruktur, masih belum menyentuh semua daerah permukiman di Kabupaten Samosir;

 Struktur drainase di kota Kawasan Pangururan dan sekitarnya pada umumnya adalah pasangan batu;  Ada saluran drainase yang tidak berfungsi karena pemeliharaan yang kurang baik sehingga

pendangkalan terjadi dan banyaknya sampah yang menumpuk disaluran mengakibatkan kurang lancarnya sistem pengaliran di dalam saluran, sehingga menimbulkan genangan di beberapa titik;  Berdasarkan Kajian studi EHRA (Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan) menunjukkan bahwa:

- 86,9% rumah tangga di Kabupaten Samosir tidak pernah mengalami banjir rutin;

- lokasi genangan di sekitar rumah paling besar di sekitar kamar mandi yaitu 52,5%, di dekat dapur 51,2%, di halaman rumah 45%, di dekat bak penampungan 7,9%, dan lainnya 6,6%. Adapun sumber air genangan banyak berasal dari kamar mandi yakni 60,3%, air limbah dapur 54,5%, hujan 18,2%, dan limbah lainnya 7,4%.

Tabel 6.51 Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase Di Kabupaten Samosir No Jenis Prasarana/Sarana Satuan Jumlah/ Kapasitas Kondisi Frekuensi Pemeliharaan (kali/tahun) Berfungsi Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

1 Saluran Primer - S. Primer A m 600 - S. Primer B m 1100 2 Saluran Sekunder - Saluran Sekunder A1 m 2.000 3. Bangunan Pelengkap

- Rumah Pompa unit 1 1/tahun

- Pintu Air unit

Sumber: Buku Putih Sanitasi dan SSK, 2014

b. Pendanaan

Pendanaan dan pembiayaan terkait dengan pengelolaan drainase perkotaan dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Samosir melalui beberapa SKPD terkait. Data dalam 4 tahun terakhir memperlihatkan alokasi anggaran untuk pembangunan sektor drainase rata-rata sebesar Rp.3,095,138,022,-. Sedangkan untuk biaya operasional dan pemeliharaan dan pendapatan retribusi dalam pengelolaan drainase lingkungan belum ada.

c. Kelembagaan

Kegiatan pembangunan dan pemeliharaan di Kabupaten Samosir merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten Samosir yang dikelola oleh Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kabupaten Samosir. Dilihat dari tupoksi, Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kabupaten Samosir menangani drainase perkotaan dalam hal pembangunan dan pemeliharaan yaitu berada dalam Bidang Prasarana, Perkotaan dan Perdesaan. Selain dari itu sistem pengelolaan drainase juga melibatkan Badan Lingkungan Hidup Penelitian dan Pengembangan terutama Bidang Pengawasan Lingkungan, dimana pencegahan pencemaran air merupakan salah satu prioritas pada jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup. Sebagai salah satu utilitas suatu daerah/wilayah drainase tentu saja harus direncanakan dan dibangun sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki serta berkesesuaian dengan utilitas lain maupun fungsi lahan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, maka eksistensi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), memiliki intervensi terutama karena sistem pengelolaan drainase harus dipandang sebagai bagian dari sistem suatu wilayah, baik sarana prasarana fisik maupun aspek non fisik lainnya.

d. Peraturan Perundangan

- Kegiatan pembangunan dan pemeliharaan di Kabupaten Samosir merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten Samosir yang dikelola oleh Dinas Permukiman dan Tata Ruang yaitu Bidang Prasarana, Perkotaan dan Perdesaan dan Badan Lingkungan Hidup yaitu pada bidang pengawasan lingkungan. Eksistensi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), memiliki intervensi terutama karena sistem pengelolaan drainase harus dipandang sebagai bagian dari sistem suatu wilayah, baik sarana prasarana fisik maupun aspek non fisik lainnya.

- Belum ada Master Plan atau Rencana Induk dan Peraturan yang khusus mengatur tentang pengelolaan drainase.

e. Peran Serta Masyarakat dan swasta

- Masyarakat kurang peduli dengan sistem drainase perkotaan, karena mengangap bahwa masalah drainase adalah kewajiban pemerintah. Usaha masyarakat hanya membuat drainase sederhana berupa galian tanah didepan rumahnya masing-masing itupun tidak semua masyarakat membuat drainase tersebut sehingga biasanya tidak berfungsi. Peran swasta dalam pengelolaan drainase perkotaan di Kabupaten Samosir sampai saat ini belum ada.

- Belum adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat agar masyarakat dapat ikut berperan serta dalam pembangunan dan pemeliharaan drainse.

Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014

Gambar 6.5 Peta Jaringan Sistem Drainase (klasifikasi sistem drainase primer dan sekunder termasuk jaringan jalan kota)

C. PermasalahanDan Tantangan Pengembangan Drainase

1) Teknis

Pada dasarnya drainase merupakan prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau kebangunan resapan buatan, baik yang sifatnya primer, sekunder maupun tersier. Kajian studi EHRA menunjukkan bahwa 86,9% rumah tangga di Kabupaten Samosir tidak pernah mengalami banjir rutin. Secara umum kondisi jaringan drainase perkotaan khususnya di ibukota kabupaten tersedia dengan layak, baik pada ruas jalan utama maupun di unit lingkungan permukiman. Adapun saluran drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan oleh adanya ketidak pedulian masyarakat

akan fungsi drainase dan belum adanya master plan drainase yang bisa mengontrol perencanaan drainase di kawasan Kota Pangururan dan sekitarnya. Secara struktur drainase di kota Kawasan Pangururan dan sekitarnya pada umumnya adalah pasangan batu, namun pemeliharaan yang kurang baik sehingga pendangkalan terjadi dan banyaknya sampah yang menumpuk disaluran mengakibatkan kurang lancarnya sistim pengaliran di dalam saluran tersebut. Berdasarkan hasil studi EHRA Tahun 2014, bahwa 99,1% tidak pernah mengalami banjir. Berdasarkan hasil study EHRA adapun lokasi genangan di sekitar rumah paling besar di sekitar kamar mandi yaitu 52,5%, di dekat dapur 51,2%, di halaman rumah 45, %, di dekat bak penampungan 7,9%, dan lainnya 6,6%. Adapun sumber air genangan psling banyak berasal dari kamar mandi yakni 60,3%, air limbah dapur 54,5%, hujan 18,2%, dan limbah lainnya 7,4%.

2) Kecenderungan perubahan iklim.

Kecenderungan perubahan iklim dengan beberapa factor, antara lain: *) Curah hujan relatif tinggi dalam jangka waktu yang pendek, *) Peningkatan intensitas hujan dan kenaikan permukaan air laut berpotensi mengakibatkan bencana banjir. Perubahan tersebut menyebabkan Perubahan tersebut menyebabkan penanganan banjir semakin sulit.

3) Perubahan fungsi lahan basah akibat kebutuhan lahan sangat besar untuk pengembangan permukiman, industri, perdagangan dan fasilitas pendukungnya maka penggunaan lahan sering tidak terkendali, tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan berkelanjutan.

4) Pendanaan

Untuk melaksanakan program pembangunan di Kabupaten Samosir ini diperlukan sumber-sumber pembiayaan. Beberapa sumber pembiayaan yang dapat dimanfaatkan, diantaranya adalah :

 Dana dari pemerintah pusat (APBN);

 Dana dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (APBD Propinsi Sumatera Utara);  Dana dari Pemerintah setempat, yaitu dari APBD Kabupaten Samosir;

 Para penanam modal, baik asing maupun dalam negeri;  Swadaya masyarakat;

 Bantuan Lembaga Asing.

Kriteria pemanfaatan sumber dana tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:  Sumber Dana APBN.

Sumber dana pembangunan yang berasal dari APBN dapat dimanfaatkan untuk membiayai program pembangunan, dengan kriteria:

- Memerlukan biaya cukup besar; - Membutuhkan teknologi tinggi;

- Mampu menumbuhkan dampak positip sosial ekonomi cukup tinggi;

- Mempunyai skala pelayanan nasional atau merupakan sambungan pelayana nasional;

- Merupakan proyek percontohan yang dapat merangsang masyarakat untuk melakukan proyek yang sama.

 Sumber Dana APBD Propinsi Sumatera Utara

Kriteria pemanfaatan sumber dana dari APBD Propinsi Sumatera Utara, pada prinsipnya hampir sama dengan dana dari APBN, tetapi dengan kriteria yang lebih rendah, yakni skala pelayanannya bersifat regional/wilayah Propinsi Sumatera Utara.

 Sumber Dana APBD Kabupaten Samosir

Sumber dana ini dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang mempunyai skala pelayanan lokal. Sumber dana ini merupakan pendapatan asli daerah yang sifatnya otonomi, yang pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya pada kebijakan Pemerintah Kabupaten Samosir. Untuk memperbesar sumber pembiayaan pembangunan ini dapat dilakukan dengan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Beberapa sumber pembiayaan pembangunan ini dapat dimasukkan dalam jenis sumber dana ini adalah:

- Pajak-pajak Daerah;

- Retribusi Daerah;

- Hasil Perusahaan Daerah;

- Hasil dari dinas-dinas daerah;

- Tabungan Daerah;

- Lain-lain pendapatan yang sah.

Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pembiayaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:

- Pendayagunaan aparatur secara lebih berdayaguna dan berhasilguna;

- Memperbaiki sistem pungutan;

- Menggali obyek pajak;

- Peningkatan pengawasan melekat.  Sumber Dana dari Penanaman Modal.

Sumber dana ini dapat bersumber dari swasta, baik swasta dalam negeri maupun luar negeri yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan perekonomian, seperti perdagangan, industri, transportasi, perumahan dan lain-lainnya. Disamping untuk membiayai kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dapat pula dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan fasilitas sosial, rekreasi, taman, pusat olahraga, rambu-rambu lalu lintas, bak penampungan sampah, unsur lingkungan fasilitas kota dan sebagainya. Dalam memanfaatkan sumber dana ini perlu pemikiran matang, karena ada beberapa tendensi yang melatar belakangi sektor swasta bersedia membiayai. Tendensi yang dimaksud adalah:

- Suatu usaha perekonomian yang benar-benar bermotifkan keuntungan;

- Sebagai sarana untuk mempromosikan produk usahanya;

- Partisipasi aktif dari sektor swasta untuk mengambil bagian dalam usaha pembangunan.  Swadaya Masyarakat.

Sumber dana dari masyarakat, perolehannya dapat dilakukan dengan pungutan atau iuran langsung dari masyarakat. Karena pembiayaan dari masyarakat ini relatif kecil dan terbatas, maka pemanfaatan sumber dana ini sebaiknya diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sosial, fasilitas lingkungan

dalam skala kecil, seperti jalan lingkungan, jaringan-jaringan lingkungan dan sebagainya. Sumber dana dari swadaya masyarakat sering juga tidak dinyatakan dalam bentuk uang, tetapi dapat berujud pula pikiran dan tenaga yang muncul dari masyarakat dengan melakukan pembangunan secara gotong-royong.

 Sumber Dana dari Lembaga Asing.

Sumber dana dari Lembaga/Negara Asing dapat dimanfaatkan untuk membiayai program sosial ataupun perekonomian yang mempunyai skala jangkauan luas serta berdampak sosial ekonomi tinggi. Di dalam penyalurannya tidak perlu langsung, tetapi dapat melekat pada APBN ataupun APBD Propinsi dan APBD Kabupaten Samosir. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sumber dana ini adalah kewajiban mengembalikan dana ini dimasa yang akan datang. Dengan mendasarkan hal tersebut di atas, diperlukan perhitungan yang matang dalam memanfaatkan sumber pembiayaan ini dalam pembangunan.

Tabel 6.52 Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase Yang Dihadapi Di Kabupaten Samosir

No. Aspek Pengelolaan

Drainase Permasalahan

Tindakan

Yang Sudah Dilakukan Yang Akan Dilakukan A. Kelembagaan

- Bentuk Organisasi Dinas Tata Ruang,

Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan.

- Tata Laksana (Tupoksi, SOP, Dll

- Dinas Permukiman dan Tata Ruang menangani drainase perkotaan dalam hal pembangunan dan pemeliharaan yaitu berada dalam Bidang Prasarana, Perkotaan dan Perdesaan.

- Badan Lingkungan Hidup Penelitian dan Pengembangan terutama Bidang Pengawasan Lingkungan, dimana pencegahan pencemaran air merupakan salah satu prioritas pada jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup. Sebagai salah satu utilitas suatu daerah/wilayah drainase tentu saja harus direncanakan dan dibangun sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki serta berkesesuaian dengan utilitas lain maupun fungsi lahan yang ada.

- Belum adanya SOP drainase.

- Menjalankan Tupoksi . - Meningkatkan kinerja serta penyusunan SOP.

- Kuantitas dan Kualitas SDM

Minimnya SDM. Telah dilakukan pelatihan dan Bimtek. Penambahan kuantitas dan kualitas SDM kedepannya. B. Pembiayaan - Sumber-sumber Pembiayaan (APBD Prov/Kab/Kota/Swasta/ Masyarakat

APBN, APBD Prov, APBD. Koordinasi dan konsolidasi usulan kegiatan.

Koordinasi dan konsolidasi usulan kegiatan.

C. Perundangan Terkait Sektor (Perda, Pergub, Perwali)

- Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam melaksanakan penanganan drainase belum dirumuskan dalam peraturan daerah. - Belum ada peraturan daerah yang

menyangkut pengambilan air tanah secara besar pengambilan air tanah secara besar-besaran, besaran, pembuangan sampah ke saluran, pelarangan pengurugan lahan

- Meningkatkan proporsi dalam struktur organisasi dalam penanganan drainase

- Penyusunan Perda terkait sumur dalam serta SOP

No. Aspek Pengelolaan

Drainase Permasalahan

Tindakan

Yang Sudah Dilakukan Yang Akan Dilakukan basah,penyempitan saluran,

berserta sanksinya (penegakan hukum).

D. Peran Serta Masyarakat dan Swasta

- Secara umum, kepedulian masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tentang pentingnya drainase bagi penyehatan lingkungan permukiman di Kabupaten Samosir belum terlalu Nampak, hal ini tercermin dari kondisi riil dilapangan yang masih banyak drainase yang dibiarkan tersumbat oleh tumpukan sampah dan dibeberapa titik terdapat timbunan material bangunan yang menutup saluran drainase - Rendahnya kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan drainase.

- Pemerintah Kabupaten telah melaksanakan sosialisasi.

Penguatan sosialisasi dan konsolidasi serta didukung dengan media informasi.

E Teknis Operasional 1. Aspek Perencanaan (MP,

FS, DED)

- Belum adanya Master Plan Drainase sehingga tidak punya acuan pembangunan sehingga penanganan sifatnya partial.

- Belum adanya data base drainase Kabupaten. - Perencanaan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. - Penyusunan masterplan drainase kabupaten - Penyusunan date base drainase. 2 A. Saluran - Primer - Sekunder - Tersier

Minimnya anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan drainase primer, sekunder dan tersier

Memanfatkan anggran yang ada.

Meningkatkan anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan drainase primer, sekunder dan tersier. B. Turap

C. Bangunan Pelengkap (Gorong-gorong, Pintu Air, Pompa, Talang, dst)

Minimnya anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan Pintu Air, Pompa

Pemkab telah membagunan gorong-gorong.

Meningkatkan anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan Pintu Air, Pompa dan gorong-gorong.

D. Waduk, Kolam Retensi, Sumur Resapan

Belum ada waduk, kolam retensi dan sumur resapan.

- Melaksanakan studi

terkait kebutuhan waduk, kolam retensi dan sumur resapan.

D. Tantangan Pengembangan Drainase

Tantangan yang dihadapi secara umum di Kabupaten Samosir adalah Faktor pertambahan penduduk, terbatasnya keuangan Pemerintah, Swasta dan masyarakat, tuntutan kondisi lingkungan permukiman yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan akan pelayanan prasarana dan sarana drainase tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Tantangan yang dihadapi antara lain:

1. Mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan yang bertumpu pada peran aktif dan swadaya masyarakat di upayakan peran aktif seluruh pelaku pembangunan;

2. Optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun; 3. Peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang

menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah;

4. Pemerataan pembangunan sub bidang drainase dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan daerah setempat;

5. Adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota;

6. Menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.