• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off Site)

A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten Samosir

1) Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off Site)

Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off site) adalah suatu sistem pengolahan air limbah dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat untuk selanjutnya diolah ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di Kabupaten Samosir belum ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan belum ada juga truck

tinja sehingga masyarakat tidak pernah melakukan penyedotan tinja pada septik tanknya. Padahal septik tank harus kedap air dan dilakukan penyedotan tinja minimal 2 atau tiga tahun sekali, bila tidak dilakukan dapat mengakibatkan menyerap ke tanah sehingga mencemari air tanah sebagai air baku. Untuk Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten di Kabupaten Samosir dapat dilihat pada tabel 6.36 berikut.

2) Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (On Site)

Sistim ini merupakan sistem sanitasi secara individual dan komunal dari limbah rumah tangga dengan menggunakan septik tank. Sistem septik tank komunal dapat digunakan dengan menggabungkan pembuangan limbah rumah tangga secara bersama dari beberapa rumah. Sistem komunal ini sangat baik bila diterapkan di daerah pemukiman baru dan di daerah yang belum padat penduduk, dengan pemikiran untuk jangka panjang dapat disambungkan dengan sistem Off Site. Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Samosir sebagian besar masih menggunakan on-site sistem (setempat) dimana limbah buangan langsung dialirkan ke septik tank, ataupun langsung ke sungai, danau, atau ke saluran irigasi tanpa pengelolaan terlebih dahulu sehingga berpotensi mencemari air tanah, sungai dan danau.

3) Penangan Limbah Domestik Berbasis Masyarakat

Danau Toba yang telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional telah tercemar, yang ditandai dengan pertumbuhan eceng gondok yang relatif pesat sepanjang tahun. Danau Toba yang dulu airnya bersih dan bening, saat ini telah menjadi “jamban raksasa” yang merupakan tempat pembuangan limbah-limbah domestik, limbah-limbah usaha, limbah-limbah hotel dan restoran, limbah pakan ikan jaring apung serta sampah-sampah maupun toilet dari kapal-kapal penumpang. Lemahnya pengawasan terhadap pelestarian daerah danau, juga dapat dilihat dengan banyaknya bangunan yang didirikan di bibir pantai, bahkan dengan mengurug danau sampai beberapa meter ke dalam.

Berisi hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang mencakup: 1. Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/onsite, sistem terpusat/off-site); 2. Jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah;

3. Tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.

Kondisi eksisiting pengembangan air limbah di Kabupaten Samosir secara teknis dijabarkan dalam tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 6.36 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten di Kabupaten Samosir

Prasarana dan

Sarana Jumlah Kapasitas

Sistem Pengelolaan Lembaga Pengelolaan Keterangan Kondisi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi)

Truck Tinja - - - - -

IPLT - - - - -

IPAL - - - - -

Tabel 6.37 Cakupan Pelayanan Onsite Air Limbah Di Kabupaten Samosir

No. Kecamatan

Jumlah PS Sanitasi Sistem Online

Pengumpulan Pengolahan Jamban

Keluarga (Septik Tank &

Cubluk)

MCK Lainnya Septik

Tank Cubluk Lainnya

1 Sianjur Mula-mula 1.255 47 0 1.245 10 0 2 Harian 1.233 42 0 1.096 137 0 3 Sitio-tio 1.521 39 0 1.346 175 0 4 Onan Runggu 1.553 53 0 1.546 7 0 5 Nainggolan 2.470 64 0 2.451 19 0 6 Palipi 2.704 87 0 2.394 310 0 7 Ronggur Nihuta 1.193 46 0 1.012 181 0 8 Pangururan 4.448 155 0 3.887 561 0 9 Simanindo 3.725 103 0 3.634 91 0 J u m l a h 20.102 636 0 18.611 1.491 0

Sumbe: Dinas Kesehatan Tahun 2014

Tabel 6.38 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Kotoran/Tinja di Kabupaten Samosir

No. Tempat Pembuangan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1 Tangki SPAL 46,22 55,98 50,59

2 Kolam/Sawah 0,78 0,28 0,53

3 Sungai/Danau 1,16 1,71 0,32

4 Lainnya 51,84 42,02 48,56

Sumber: Samosir dalam Angka 2014

Tabel 6.39 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Pembuangngan Air Besar di Kabupaten Samosir

No. Jenis Tempat Pembuangan Air

Besar Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1 Leher Angsa 67,22 64,25 67,20

2 Plengsengan 25,99 35,75 30

3 Cubluk/Cemplung 3,90 0 2,64

4 Lainnya 2,89 0 0,16

Sumber: Samosir dalam Angka 2014

Tabel 6.40 Persentase Rumah tangga Tangga Menurut Fasilitas Buang Air Besar di Kabupaten Samosir

No. Fasilitasi BAB Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1 Sendiri 51,19 57,40 54,07

2 Bersama 2,64 1,24 2,03

3 Umum 1,60 1,18 0,22

4 Lainnya 43,77 40,18 43,68

Sumber: Samosir dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan Studi EHRA (Environmental Health Risik Assesment)/Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan) tahun 2014 yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bahwa Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang BABS adalah 9.853 KK. Untuk fasiltas akses ke sistem tidak layak adalah 1.491 KK, dan fasiltas akses ke sistem setempat yang layak adalah 18.611 KK. Sedangkan akses ke jamban bersama yang layak adalah 52 KK.

b. Pendanaan

 Terbatasnya sumber pendanaan pemerintah sehingga tidak memenuhi kebutuhan tingginya biaya investasi awal pembangunan sistem pengelolaan air limbah terpusat;

 Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang air limbah dan belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan dunia usah/swasta/koperasi;  Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk pengelolaan dan pengembangan air

limbah permukiman;

 Rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah permukiman baik;  Tidak adanya retribusi air limbah domestik di Kabupaten Samosir.

c. Kelembagaan

 Lemahnya fungsi lembaga di daerah yang melakukan pengelolaan air limbahpermukiman;  Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah permukiman;  Kapasitas sumber daya manusia yang melaksanakan pengelolaan air limbah permukiman masih

rendah;

 Perlu ditingkatkannya koordinasi antar instansi terkait dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah permukiman.

d. Peraturan Perundangan

 Belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang diperlukan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman;

 Masih lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan-peraturan yang terkait dengan pencemaran air limbah;

 Belum lengkapnya Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Air Limbah.

e. Peran Serta Swasta dan Masyarakat

 Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah permukiman;  Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman yang

berbasis masyarakat;

 Potensi yang ada dalam masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnya diberdayakan oleh pemerintah.

Tabel 6.41 Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat di Kabupaten Samosir

No. Lokasi Sistem Dibangun Tahun Cakupan Pelayanan Kondisi MCK++ IPAL Komunal

1 Kec. Sitio- Tio 6 - 2012,2013,2014 155 KK Baik

2 Kec. Sianjur Mula-Mula 5 - 2012,2014 152 KK Baik

3 Kec. Harian 8 - 2012,2013,2014 165 KK Baik

4 Kec. Palipi 1 - 2013,2014 25 KK Baik

5 Kec. Onan Rungu 2 - 2013 60 KK Baik

6 Kec.. Simando 2 - 2013,2014 25 KK Baik

7 Kec. Panguruan 1 - 2014 50 KK Baik