• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA

2.2 Pengertian gaji dan Upah

2.2.7 Jaringan Prosedur yang Membentuk

melibatkan beberapa orang dalam suatu depertemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.Didalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur dimana prosedur – prosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatya jika terjadi perubahan maka salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi prosedur-prosedur yang lain”28.

SedangkanNafarin (2009:9), “Prosedur adalah suatu urutan-urutan seri tugas yang saling berhubungan yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam”29.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat di simpulkan prosedur adalah rangkaian kegiatan yang saling berhubungan atau saling keterkaitan satu dengan yang lainnya untuk menjamin penanganan transaksi yang ada dalam perusahaan.

Sistem penggajian dan pengupahan terdiri dari jaringan prosedur menurut Mulyadi (2008:385) adalah sebagai berikut:

Sistem penggajian terdiri dari jaringan prosedur berikut ini:

1. Prosedur pencatatan waktu hadir 2. Prosedur pembuatan daftar gaji 3. Prosedur distrubusi gaji

4. Prosedur pembuatan kas keluar 5. Prosedur pembayaran gaji

Sedangkan sistem pengupahan terdiri dari jaringan prosedur berikut ini:

1. Prosedur pencatatan waktu hadir 2. Prosedur pembuatan daftar upah 3. Prosedur distrubusi upah

4. Prosedur pembuatan kas keluar 5. Prosedur pembayaran upah”30.

Adapun Pejelasan dari prosedur sistem penggajian dan pengupahan adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pencatatan waktu hadir

Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi. Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, yang karyawan harus menandatangani setiap hadir dan pulang dari perusahaan atau dapat menggunakan kartu hadir (berupa clok card) yang diisi secara otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time recorder mechine).

2. Prosedur pencatatan waktu kerja

Dalam perusahan manufaktur yang produksinya berdasarkan pesanan, pencatatan waktu kerja diperlukan bagi karyawan yang berkerja di fungsi produksi untuk keperluan distribusi biaya upah karyawan kepada produk atau pesanan yang menikmati jasa karyawan tersebut.Dengan demikian waktu kerja ini dipakai sebagai dasar pembebanan biaya tenaga kerja langsung kepeda produk yang diproduksi.

3. Prosedur pambuatan daftar gaji dan upah

Dalam prosedur ini fungsi pembuat daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah karyawan.Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji dan upah adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan, daftar gaji bulanan sebelumnya dan daftar hadir.

4. Prosedur distribusi biaya gaji dan upah

Dalam prosedur ini, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja.Distribusi tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengendalian biaya dan perhitungan harga pokok produk.

5. Prosedur pembayaran gaji dan upah

Prosedur ini melibatkan fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Fungsi akuntansi membuat perintah pengeluaran kas kepada fungsi keungan untuk menulis cek guna pembayaran gaji dan upah. Fungsi keungan kemudian menguangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang ke dalam amplop gaji dan upah dilakukan oleh juru bayar (pay master).

2.2.8 Unsur Internal Controldalam Gaji dan Upah

Penggajian dan pengupahan memiliki unsur-unsur internal controlmenurut Mulyadi (2008:386) sebagai berikut:

1. Oganisasi

a. Fungsi pembuatan daftar gaji harus tepisah dari fungsi kepegawaian b. Fungsi pencatatan waktu gadir harus terpisah dari fungsi operasis 2. Sistem Otorisasi

a. Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar hadir harus memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai karyawan perusahaan yang ditandatangani oleh direktur utama.

b. Setiap perubahan gaji karyawa karena perubahan pangkat, perubahan daftar gaji, tambahan keluarga harus didasarkan pada surat keputusan direktor keuangan.

c. Setiap potongan atas gaji karyawan selain dari pajak penghasilan karyawan, harus didasarkan surat potongan gaji yang diotorisasi oleh kepala fungsi kepegawaian.

d. Kartu jam hadir harus diotorisasi oleh fungsi pencatatan waktu.

e. Perintah lembur harus diotorisasi oleh kepala departemen karyawan yang bersangkutan.

f. Daftar gaji harus diotorisasi oleh kepala fungsi kepegawaian

g. Bukti kas keluar sebelum melakukan pembayaran gaji harus diotorisasi oleh fungsi akuntansi.

3. Prosedur Pencatatan

a. Perubahan dalam catatan penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan daftar gaji dan upah karyawan.

b. Tarif upah yang dicantumkan dalam kartu jam kerja diverifikasi ketelitiannya oleh fungsi akuntansi.

4. Praktik yang sehat

a. Kartu jam hadir harus dibandingkan dengan kartu jam kerja sebelum kartu yang terakhir ini dipakai sebagai dasar distribusi biaya tenaga kerja langsung.

b. Pemasukan kartu jam hadir ke dalam mesim pencatat waktu harus diawasi oleh fungsi pencatat waktu.

c. Pembuat daftar gaji dan upah haru diverifikasi kebenaran dan ketelitian perhitunga oleh fungsi akuntansi sebelum dilakukan pembayaran.

d. Perhitungan pajak penghasil karyawan direkonsiliasi dengan catatan penghasilan karyawan.

e. Catatan penghasilan karyawan disimpan oleh fungsi pembuat daftar gaji”31. 2.2.9 Distribusi Biaya Gaji dan Upah

Distribusi biaya gaji dan upah ditujukan untuk menghasilkan laporan biaya tenaga kerja menurut janisnya (gaji dan upah, tunjangan makan, tunjangan lembur, biaya kesejahteraan karyawan), menurut hubungannya dengan departemen, kegiatan, order produksi, atau kombinasi diantara berbagai jenis klasifikasi tersebut.

Ditribusi biaya gaji dan upah umumnya dilakukan dengan metode menurut Mulyadi (2008:405) sebagai berikut:

1.Metode rekening berkolom

2.Metode summary strip atau tiket tunggal 3.Metode distribusi dengan computer”32.

Berikut ini penjelasan distribusi biaya gaji dan upah:

1.Metode Rekening Berkolom

Laporan biaya tenaga kerja menurut jenisnya per departemen, maka laporan ini dapat dihasilkan dengan menyediakan rekening biaya berkolom untuk setiap departemen dalam buku pembantu biaya.Pada akhir bulan, setiap kolom rupiah dalam rekening berkolom dijumlah, dan hasilnya disajikan dalam laporan biaya tenaga kerja per departemen.

2. Metodesummary strip atau tiket tunggal

Distribisi biaya upah langsung dapat dilakukan dengan membuat kartu jam kerja untuk setiap order produksi. Kartu jam kerja ini kemudiaan diisi dengan tarif upah karyawa yang berkerja untuk order produksi tersebut dan dikalikan jumlah jam kerja.

3. Metode distribusi dengan komputer

Metode distribusi pendebetan yang timbul dari transaksi penggajian dan pengupahan dengan menggunakan komputer dilakukan dengan memberi kode transaksi yang terjadi sesuai dengan klasifikasi yang diinginkan.

2.3 Pengertian Internal Control

Internal control ini penting karena perusahaan suka tidak suka menghadapi banyak ancaman yang bisa mengganggu tercapainya tujuan sistem informasi akuntansi perusahaan.Sebuah sistem informasi yang tidak memasukkan unsur pengendalian internal besar kemungkinannya sistem informasi tersebut tidak ada gunanya.Salah satu tujuan pengendalian internal adalah menghasilkan informasi keungan yang andal dan dapat dipercaya.

Diana danSetiawati (2011:82):“Internal control adalah semua rancangan organisasional, metode, dan pengukuran yang dipilih oleh suatu kegiatan usaha untuk mengamankan harta kekayaannya, mengecek, keakuratan dan keandalan data akuntansi usaha tersebut, meningkatkan efesiensi oferasional, dan mendukung dipatuhinya kebijakan manajerial yang telah ditetapkan”33.

Mulyadi (2008:163):“Sisteminternalcontrol adalah struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan dan data akuntansi, mendorong efesiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”34.

Romney dan Steinbart (2006:229): “Internal control adalah rencana oganisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efesiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan”35.

Defenisi sisteminternal control tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut.Dengan demikian, pengertianinternal control tersebut diatas berlaku baik dalam perusahaan yang mengelola informasi secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer.

Mulyadi (2008:163): “Dalam hal ini dapat diketahui apa yang menjadi tujuan internal control, yaitu:

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efesiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”36.

Internal control akuntansi, yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern,meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporang keuangan yang dapat dipercaya.

2.3.1 Unsur Sistem Internal Control Terhadap Akuntansi Gaji da Upah

Mulyadi (2008:164):“Unsur pokok sistem internal control terhadap akuntansi gaji dan upah adalah:

1. Sruktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

3. Praktik yang sehat dalam malaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya”37.

Adapun penjelasan dari unsur pokok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sruktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan pokok perusahaan.

Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:

a. Harus dipisahkan fungsi-fungsioperasi dan peyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan.

b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut.Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.

3. Praktik yang sehat dalam malaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksananya.

Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:

a. Penggunaan folmulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang.

b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal dari akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campuran tangan dari orang atau unit organisasi lain.

d. Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independen penjabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persengkokolan di antara mereka dapat dihindari.

e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan kunci karyawan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.

f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.

Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan secara fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayaan tersebut.

g. Pembentukan unut organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur- unsur sistem pengendalian intern yang lain. Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya

Jika perusahaan memiliki keryawan yang komputen dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung jawaban keungan yang dapat diandalkan.

2.3.2 Tujuan Internal Control

Reeve, dkk (2009:389):“Tujuan internal control adalah menyediakan keyakinan yang memadai. Adapun tujuan adalah sebagai berikut:

1. Aset telah dilindungi dan digunakan untuk keperluan bisnis 2. Informasi bisnis akurat

3. Karyawan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku”38.

Berikut ini penjelasan tujuan internal control adalah sebagai berikut:

1. Aset telah dilindungi dan digunakan untuk keperluan bisnis

Pengendalian internal dapat melindungi aset perusahaan dari pencurian, kecurngan, penyalahgunaan, atau kesalahan penempatan.Salah satu pelanggaran pengendalian internal yang serius adalah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.Kecurangan karyawan adalah tindakan yang disengaja untuk menipu perusahaan demi keuntungan pribadi.

2. Informasi bisnis akurat

Informasi yang akurat sangat penting untuk menjalankan perusahaan dengan sukses.Perlindungan aset serta informasi yang akurat sering kali berjalan beriringan.Alasannya adalah karyawan yang mencoba melakukan penipuan

juga harus melakukan penyesuaia pencatatan akuntansi agar dapat menyembunyikan kecurangan yang dilakukan.

3. Karyawan mematuhi hokum dan peraturan yang berlaku

Perusahaan harus patuh pada hukum, peraturan, serta standar pelaporan keungan yang berlaku.

Manajemen bertanggung jawab merancang dan menerapkan lima elemen pengendalian intern untuk mencapai tiga tujuan pengendalian intern. Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian resiko

3. Prosedur pengendalian 4. Pengawasan

5. Informasi dan komunikasi 2.3.3 Lingkungan Internal Control

Lingkungan pengendalian perusahaan adalah perilaku manajemen dan karyawan secara keseluruhan mengenai pentingnya pengendalian. Salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah filosofi dan gaya operasional manajemen. Manajemen yang berlebihan menekankan pentingnya pencapaian target operasi dan menyimpang dari kebijakan pengendaliannya, secara tidak langsung dapat mendorong karyawan untuk mengabaikan pengendalian. Struktur organisasi perusahaan, yang merupakan kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian operasi, juga memengaruhi lingkungan pengendalian.

Kebijakan personalia juga berpengaruh pada lingkungan pengendalian.Kebijakan personalia meliputi pemberian kontrak kerja, pelatihan, evaluasi, kompensasi, dan promosi karyawan.Deskripsi pekerjaan, kode etik karyawan, dan kebijakan atas konflik kepentingan merupakan bagian dari kebijakan personalia. Kebijakan semacam ini dapat membuat lingkungan pengendalian internal menjadi lebih baik jika dapat memberi keyakinan yanh memadai bahwa hanya karyawan yang kompeten dan jujur yang akan dipekerjakan dan dipertahankan.

2.3.4 Prosedur Internal Control

Reeve, dkk (2009:392): “Prosedur pengendalian dibuat untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai, termasuk mencegah kecurangan”39.

Sistem akuntansi yang berhasil membutuhkan prosedur-prosedur untuk memastikan bahwa setiap orang dapat melaksanakan tugas yang diberikan.Oleh karena itu, sangat penting bagi staf akuntan untuk mendapatkan pelatihan dan pengawasan yang memadai dalam melakukan pekerjaannya.Disarankan juga untuk meritasi kerja karyawan yang bertugas melakukan pencatatan dan menyimpan catatan akuntansi serta memberikan cuti wajib bagi karyawan yang tidak bertangguna jawab terhadap pencatatan akuntansi. Kebijakan-kebijakan ini akan mendorong karyawan untuk mematuhi prosedur yang telah ditetapkan.

2.3.5 Pengawasan Dalam Internal Control

Pengawasan terhadap sistem pengendalian internal dapat menemukan kelemahan-kelemahan dan memperbaiki efektivitas pengendalian.Sistem

pengendalian internal dapat diawasi melalui usaha manajemen yang berkelanjutan termasuk memantau perilaku karyawan dan sinyal peringatan dari sistem akuntansi.

Secara umum, evaluasi pengawasan terpisah dilakukan pada saat terjadi perubahan besar dalam strategi, manajemen senior, struktur bisnis, atau operasi.Pada perusahaan besar, auditor internal yang independen terhadap operasi biasanya bertanggung jawab atas pengawasan system pengendalian internal.

Auditor internal dapat melaporkan masalah-masalah dan hal-hal yang mendapat perhatian khusus kepada komite audit atau dewan direksi yang independen terhadap manajemen. Selain itu, auditor eksternal juga dapat mengevaluasi pengendalian internal sebagai bagian dari audit tahunan atas laporan keungan.

Semua perusahaan, baik besar maupun kecil, pasti menghadapi resiko internal maupun eksternal dalam usahannya mencapai tujuan perusahaan.

Diana danSetiawati (2011:87):“Resiko dalam internal control antara lain:

1. Tindakan tidak sengaja, seperti

a. Kesalahan yang disebabkan oleh kecerobohan karyawan, kegagalan karyawan untuk mengikuti prosedur tertentu, dan karyawan yang tidak atau kurang terlatih.

b. Kesalahan yang tidak disengaja c. Kesalahan dalam mengcopi data

d. Sistem yang tidak dapat memenuhi kebutuan perusahaan atau tidak mampu menangani tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tindakan sengaja

a. Sabotase, tindakan dengan sengaja merusak sistem informasi akuntansi b. Kecurangan karyawan dengan mencuri atau menyalahgunakan harta

perusahaan. Adakalanya tindakan ini diikuti dengan pemalsuan catatan akuntansi untuk menutupi kecurangan yang dilakukan.

3. Bencana alam atau kerusuhan politik, seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, sunami, angin ribut, perang, atau kerusuhan masa.

4. Kesalahan perangkat lunak dan kegagalan peralatan computer a. Kerusakan hardware

b. Kerusakan sistem operasi c. Kerusakan perangkat lunak

d. Arus listrik yang tidak stabil

Manajemen harus mengidentifikasikan paling tidak satu jenis pengendalian untuk mengatasi setiap resiko yang mungkin dihadapi perusahaan.Sebagian dari resiko mungkin memiliki peluang lebih tinggi untuk terjadi atau frekuensinya lebih tinggi bisa terjadi resiko-resiko yang tidak diharapkan dalan perusahaan”40.

2.3.6 Aktivitas Dalam Internal Control

Diana danSetiawati (2011:88): “Aktivitas pengendalian yang terkait dengan pelaporan keungan antara lain meliputi:

1. Desain dokumen yang baik dan bernomor urut tercetak 2. Pemisahan tugas

3. Otorisasi yang memadai atas setiap transaksi bisnis yang terjadi 4. Mengamankan harta dan catatan perusahaan

5. Menciptakan adanya pengecekan independen atas pekerjaan karyawan lain”41. Adapun penjelasan dari aktivitas-aktivitas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Desain dokumen yang baik dan bernomor urut tercetak

Desain dokumen yang baik adalah desain dokumen yang sederhana sehingga meminimalkan kemungkinan kesalahan mengisi.Dokumen juga digunakan sebagai bukti peralihan harta.

2. Pemisahan tugas. Terdapat tiga pekerjaan yang harus dipisahkan agar karyawan tidak memiliki peluang untuk mencuri harta perusahaan dan memalsukan catatan akuntansi. Ketiga pekerjaan tersebut adalah:

1) Fungsi penyimpanan harta 2) Fungsi pencatat

3) Fungsi otorisasi transaksi bisnis

3. Otorisasi yang memadai atas setiap transaksi bisnis yang terjadi

Otorisasi adalah pemberian wewenang dari manajerkepada bawahannya untuk melakukan aktivitas atau untuk mengambil keputusan tertentu.

4. Mengamankan harta dan catatan perusahaan

Yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengamankan harta dan informasit tersebut,antra lain meliputi:

1) Menciptakan pengawasan yang memandai.

2) Memastikan catatan harta akurat.

3) Membatasi akses fisik terhadap harta (seperti penggunakan register kas, kotakbrankas,dan lain sebagainya).

4) Menjaga catatan dan dokumen dengan menyimpan catatan dan dokumen dalam lemari yang terkunci,serta dengan membuat backup yang memedai.

5) Pembatasan akses terhadap ruang komputer dan terhadap file perusahaan.

5. Menciptakan adanya pengecekan independen atas pekerjaan karyawan lain Beragam aktivitas untuk pengecekan independen antara lain meliputi:

1) Rekonsiliasi dua catatan yang dihasilkan oleh dua pihak yang independen 2) Membandingkan catatan dengan aktual fisik

3) Prinsipdouble entry bookeeping. Prinsip bahwa total debet akan sama dengan total kredit merupakan salah satu sarana pengecekan

4) Review independent

2.4 Penelitian Terdahulu

sudah cukup memadai dan sudah berjalan dengan baik.

Diolah: Peneliti

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan Agoes (2012:104): “Pengendalian Intern merupakan bagian yang sangat penting dalam penggajian dan pengupahan jika pengendalian intern gaji dan upah lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidak akuratan ataupun kecurangan pada saat pemberian gaji dan upah”42.

Kelangsungan hidup suatu perusahaan itu bergantung pada karyawan dan sistem yang bekerja dalam perusahaan, jika setiap karyawan yang ada dalam perusahaan mempunyai kinerja yang baik tentunya akan menunjang penerimaan gaji dan upah. Dimulai dari awal kegiatan perusahaan, yaitu menyusun dan merencanakan tujuan perusahaan yang akan dicapai baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, melaksanakan kegiatan operasional perusahaan sampai kepada tercapainya tujuan perusahaan tersebut. Atas sumbangan tenaga kerja karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut, maka perusahaan memberikan imbalan sebagai balas jasa kepada mereka berupa gaji dan upah.

Secara efektif diperlukan seseorang yang benar-benar dapat menangani bagian penggajian dan pengupahan tersebut.Untuk lebih mempermudah penggajian dan pengupahan di perlukan suatu sistem untuk dapat menginput segala komponen penggajian dan pengupahan yaitu sitem akuntansi.

sumber:peneliti

Untuk mengatasi adanya kesalahan dan penyimpangan dalam perhitungan dan pembayaran gaji dan upah maka perlu dibuat suatu sistem penggajian dan pengupahan.Sistem akuntansi gaji dan upah juga dirancang oleh perusahaan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai gaji dan upah karyawan sehingga mudah dipahami dan mudah digunakan.

Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan digunakan untuk menangani transaksi perhitungan gaji dan upah karyawan serta pembayarannya.Sistem penggajian dan pengupahan yang efektif juga penting untuk menjaga hubungan baik antara karyawan dengan perusahaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan deskriptif yaitu metode kualitatif. Menurut Sugiyono (2007:11),“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih independen tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”43.

Dengan menggunakan metode deskriptif yang berdasarkan pada penggambaran, pengumpulan, pengklasifikasian, dan sehingga memberikan keterangan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

3.2 Sumber Data

1. Data primer adalah Data yang diperoleh langsung dari perusahaan yangakan diolah lebih lanjut oleh peneliti, yaitu dengan cara wawancara,observasi, dan kuesioner dengan pihak perusahaan.

2. Data sekunder adalah Data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentukdokumentasi seperti sejarah berdirinya perusahaan. Data kelengkapanlainnya.Serta sumber-sumber tertulis maupun dari media elektronik.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan melaksanakan langsung terhadap objek yang diteliti. Metode ini dilakukan dengan

mengamati dan mempraktekken kegiatan secara langsung dalam sistem akuntansi gaji dan upah di PT. Perkebunan Nusantara III (persero ) Medan.

2. Wawancara

Metode pengumpulan data menggunakan proses tanya jawab yang akan dilakukan terhadap pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian, hal ini dilakukan agar data penelitian yang diperoleh relevan dengan permasalahan yang ada dalam perusahaan.

Metode pengumpulan data menggunakan proses tanya jawab yang akan dilakukan terhadap pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian, hal ini dilakukan agar data penelitian yang diperoleh relevan dengan permasalahan yang ada dalam perusahaan.