• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis metode penerjemahan dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Hasil Penelitian

5. Jenis metode penerjemahan dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes

Dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes, adaptor Departemen Penerjemahan LAI menerapkan jenis metode penerjemahan adaptasi dan dinamis fungsional.

Hoed (2006:55) menyatakan bahwa penerjemahan sering didasari oleh audience design atau need analysis. Dalam praktiknya, penerjemah memilih salah

satu metode yang sesuai dengan untuk siapa dan untuk tujuan apa penerjemahan dilakukan.

Sesuai dengan pernyataan di atas, jenis metode penerjemahan adaptasi di pilih adaptor sebagai metode yang digunakan dalam pengadaptasian SPPA mengingat bahwa SPPA dirancang khusus untuk para penerjemah lokal dengan spesifikasi tertentu (minim pengetahuan bahasa, teologia, dan tingkat pendidikan yang rendah).

Pemilihan metode penerjemahan adaptasi dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes sesuai dengan salah satu jenis metode penerjemahan diagram V yang ditawarkan oleh Newmark (1988:45) yang

menyatakan bahwa metode penerjemahan adaptasi lebih menekankan “isi” pesan, sedang bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan pembaca Bsa.

Selain sesuai dengan pernyataan Newmark, adaptor menggunakan metode penerjemahan adaptasi juga sejalan dengan pernyataan Latuihamallo, P.D. dengan artikelnya yang berjudul ”Jenis-jenis metode penerjemahan Alkitab” dalam Http://www.sabda.org/sejarah/artikel/jenis metode penerjemahan Alkitab.html di akses 13 Juni 2010 jam 03.00 pm yang menyatakan bahwa metode penerjemahan bebas yang mementingkan pesan/amanat tetapi diungkapkan dengan kata-kata sendiri. Pengadaptasinya mempunyai anggapan tertentu mengenai apa yang dianggapnya paling penting bagi pembaca/pendengarnya.

Selain menggunakan jenis metode penerjemahan adaptasi, adaptor SPPA Wahyu Kepada Yohanes juga menggunakan jenis metode penerjemahan dinamis fungsional. UBS dan LAI sebagai salah satu anggota UBS telah berkomitmen

untuk menggunakan jenis metode penerjemahan dinamis fungsional untuk proyek-proyek penerjemahan dan tidak terkecuali proyek pengadaptasian SPPA di Departemen Penerjemahan LAI.

Pemilihan jenis metode penerjemahan dinamis fungsional dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes sesuai dengan pendapat beberapa ahli seperti berikut:

Latuihamallo, P.D. dengan artikelnya yang berjudul ”Jenis-jenis metode penerjemahan Alkitab” dalam Http://www.sabda.org/sejarah/artikel/jenis metode penerjemahan Alkitab.html di akses 13 Juni 2010 jam 03.00 pm yang menyatakan bahwa metode penerjemahan dinamis mengutamakan arti dan fungsi yang dimaksud dalam teks asli, sekaligus memperhatikan kekhususan bahasa sasaran. Oleh karena itu, bentuk bahasa aslinya boleh diubah asal makna dan tujuan teks asli dipertahankan.

Metode penerjemahan ini secara serius mencari padanan yang terdekat dan wajar dalam mengungkapkan arti dan fungsi yang dimuat dalam naskah aslinya. Metode ini memanfaatkan hasil-hasil penemuan linguistik (mengeksplisitkan yang implisit dalam naskah sumber, dan dalam perubahan bentuk menggunakan analisis komponen makna, transformasi balik dalam bahasa sumber, dan konsistensi kontekstual), serta dikembangkan berdasarkan penelitian-penelitian di bidang komunikasi dan sosiosemiotika.

Itulah sebabnya metode semacam ini sangat bermanfaat untuk mengetahui arti, berita atau amanat yang tercantum dalam naskah asli Alkitab, khususnya

bagi orang awam, mereka yang ingin membaca dan mendalami Alkitab tanpa pendidikan teologi formal.

Daud Soesilo (2001: 35-44) menyatakan bahwa metode penerjemahan dinamis fungsional lebih menekankan pada pengalihan arti bahasa yang dimaksud dalam naskah asli ke dalam bahasa penerima yang umum dan wajar, yang disesuaikan dengan konteks pembacanya.

Dengan demikian, arti yang dimengerti oleh pembaca mula-mula yang hidup di masa lalu, dapat sedekat mungkin dimengerti oleh pembaca terjemahan yang hidup di masa sekarang yang berbeda bahasa dan kebudayaannya.

Jadi, unsur yang ditekankan dalam metode ini yaitu : (1) kesetiaan pada arti naskah asli Alkitab dan (2) kesetiaan pada bentuk bahasa penerima yang umum dan wajar. Prosesnya adalah naskah asli di analisis, lalu dialihkan unsur-unsur budaya dan bahasanya yang penting dari naskah asli tersebut ke dalam bahasa penerima, baru disusun kembali dalam bentuk bahasa penerima yang umum dan wajar.

P.G. Katoppo (2001:8-9) menyatakan bahwa metode penerjemahan dinamis adalah metode yang mementingkan penekanan pengalihan makna dan bukan bentuk. Memang penekanan pada makna menghadapi masalah bagaimana harus mendamaikan kerumitan komponen-komponen semantik masing-masing bahasa (sumber dan sasaran) demi membuahkan hasil akhir berupa kata-kata dan susunan kalimat yang wajar. Bagaimanapun, hasil terjemahan harus diusahakan mengungkapkan pesan yang terkandung menurut bentuk–bentuk yang lazim dalam bahasa sasaran.

Dr. Barclay M. Newman (1987: 7-14) menyatakan bahwa metode penerjemahan dinamis fungsional. Dalam metode ini, ada dua aspek yang diperhatikan yaitu : (1) kesetiaan terhadap arti teks asli itu, dan (2) suatu hasil terjemahan yang paling sesuai dengan bentuk bahasa penerima itu. Dengan menggunakan metode ini, penerjemah akan melalui 3 tahap penerjemahan yaitu : (1) analisis, (2) pemindahan/transfer, (3) penyusunan kembali/restrukturisasi.

Uraian di atas adalah jenis metode penerjemahan yang digunakan adaptor dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes yang di sesuaikan dengan kajian teori yang ada.

Adaptor menggunakan jenis metode penerjemahan adaptasi dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes dengan alasan bahwa target utama dari buku-buku SPPA adalah para penerjemah lokal di daerah-daerah yang akan menyusun Alkitab dalam bahasa daerah setempat. Para penerjemah lokal tersebut memiliki kompetensi yang sangat terbatas dalam hal penguasaan bahasa, penguasaan teologia, dan latar belakang pendidikan yang rendah.

Dengan mempertimbangkan karakteristik target pembaca, adaptor tidaklah cukup hanya dengan menerjemahkan THB menjadi SPPA, tetapi menerjemahkan dan sekaligus mengadaptasi (menerapkan langsung metode penerjemahan adaptasi) yang disesuaikan dengan kebutuhan penerjemah lokal. Metode penerjemahan adaptasi dilakukan pada tataran makro (keseluruhan teks) berupa unsur-unsur budaya, kosakata, gaya dan tata bahasa, dll.

Jenis metode penerjemahan yang kedua yang dilakukan adaptor SPPA Wahyu Kepada Yohanes yaitu metode penerjemahan dinamis fungsional. Alasan

adaptor menggunakan jenis metode ini karena (1) metode dinamis fungsional lebih mementingkan pengalihan arti atau makna daripada pengalihan bentuk dalam bahasa yang umum dan wajar dalam bahasa sasaran yang disesuaikan dengan konteks pembacanya, (2) prosedur yang harus dilakukan adaptor yaitu analisis, transfer, dan restrukturisasi/penyusunan kembali yang sesuai dengan teori penerjemahan, (3) jumlah tenaga adaptor yang lebih dari 1 dalam proses pengadaptasian (biasanya 2-3 adaptor) dan didukung oleh tenaga ahli konsultan penerjemahan yang sangat membantu dalam proses pengadaptasian Dalam metode penerjemahan harfiah, dilakukan oleh perseorangan (1 adaptor), (4) tingkat bahasa dalam metode penerjemahan dinamis fungsional yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang umum dan wajar yang disesuaikan menurut kebutuhan pembacanya, dan (5) prinsip dalam metode penerjemahan dinamis fungsional yaitu tidak melebihi atau mengurangi arti teks asli. Penerapan jenis metode penerjemahan dinamis fungsional juga berada pada tataran makro (keseluruhan teks).

Penerapan metode-metode penerjemahan yang beraneka ragam tersebut dalam pengadaptasian SPPA Wahyu Kepada Yohanes dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pembaca (penerjemah lokal) yang beraneka ragam karakteristiknya. Dengan berbagai metode penerjemahan yang menghasilkan berbagai terjemahan dalam berbagai versi, diharapkan setiap segmen masyarakat dapat dicapai oleh Firman Allah yang memberi harapan bagi semua orang.