• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK YANG MEMPENGARUHI KOMBINASI DIPLOMASI KEBUDAYAAN TRADISIONAL DAN POP

4.2 Demam Jepang di Indonesia

Universitas Indonesia mempengaruhi diplomasi Jepang. Jepang perlu mengatasi kritik-kritik terhadap ODA dengan anggaran negara yang terbatas. Pada saat yang sama, pemerintah Jepang perlu berupaya agar tetap dapat memelihara eksistensinya di Indonesia dengan alternatif lain.

4.2 Demam Jepang di Indonesia

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahawa pemerintah Jepang menghadapi kesulitan untuk memelihara eksistensi mereka di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Jepang memperhatikan potensi Jepang lainnya, selain kekuatan ekonomi, sebagai alternatif untuk menjaga kepentingan negara Jepang di luar negeri, termasuk di Asia, khususnya Indonesia.

Salah satu potensi yang diperhatikan oleh pemerintah Jepang adalah content industry yang telah diperkenalkan di bab 3. Seiring dengan berkembangnya industri dalam negeri, kepopuleran kebudayaan pop Jepang di luar Jepang, yaitu demam Jepang juga menjadi faktor penting untuk menjelaskan diplomasi kebudayaan Jepang. Berikut dijelaskan perkembangan demam Jepang di Eropa.

Demam Jepang di dunia telah terjadi dua kali sebelumnya dan dibagi menjadi tiga periode. Demam Jepang pertama adalah pada tahun 1700-an sampai 1800-an yang terkenal dengan istilah Japonism. Kesenian unik Jepang, seperti ukiyoe dan sastra A Tale of Genji diperkenalkan pada kesempatan London Expo kedua (1962), Paris Expo kedua, ketiga, dan kelima (1867, 1878, dan 1900), serta Vienna Expo (1873). Demam Jepang ini menginspirasi seniman-seniman Eropa, terutama karya-karya Prancis.17

Demam Jepang kedua dimulai Perang Dunia Kedua sampai pasca-Perang Dingin. Film-film Jepang seperti Seven Samurai karya Akira Kurosawa berhasil memenangkan hadiah film internasional. Film ini cukup berkesan sehingga istilah ‘samurai’ kemudian tersebar ke negara-negara lain. Selain itu, menjelang Olimpiade Tokyo, infrastruktur berupa transportasi, penyiaran sinyal internasional, dan mesin TV berwarna mulai tersebar di seluruh Jepang. Acara ini mengundang banyak wisatawan dari luar negeri sehingga Jepang berhasil

 

Universitas Indonesia 89

mendapat devisa dan ekonomi Jepang berkembang dengan pesat. Pada masa ini, mesin game bernama famicon (family computer) diproduksi oleh Nintendo dan industri game pun mulai berkembang, tidak hanya di dalam negeri, tetapi luar Jepang. Selama demam Jepang kedua, Jepang berhasil mengubah kesan dari negara samurai ke negara maju yang memiliki teknologi canggih.18

Demam Jepang ketiga adalah masa sekarang ini. Pada masa globalisasi saat ini, teknologi, buku, mesin-mesin listrik, pakaian, kebutuhan harian, makanan, dan berbagai kebudayaan mudah diekspor tanpa batas negara. Terutama, penyebaran visual art dan graphic art, seperti TV dan film, mudah tersebar dan mempengaruhi banyak orang dalam jangka pendek dengan menggunakan kekuatan visual.19

Kebudayaan Jepang juga demikian. Melalui media, animasi dan komik Jepang cepat tersebar ke luar Jepang sehingga dapat dikatakan bahwa media telah mendorong terjadinya demam Jepang. Animasi, komik, makanan, dan alat-alat elektronik seperti kamera dan komputer menarik masyarakat luar Jepang.20

Sebagai contoh, animasi seperti Dragon Ball, Pocket Monster, Sailor Moon dan game seperti playstation mendapat perhatian pemuda-pemudi di luar Jepang, terutama sekali adalah animasi Dragon Ball yang mulai populer dari komik dan telah dibuat ulang sebagai film Hollywood.21

Gambar 4.1

Film, Animasi, dan Komik Dragon Ball

18 Ibid.,

19 Nye, Governance in a Globalizing World by the Brookings Institution (Eiji-shuppan, 2000), Hal.147-150 (Dalam bahasa Jepang: ナイ「グローバル化で世界はどう変わるか」英治出版、 2000 年)

20 Sasaki, op.cit 21

 

Universitas Indonesia Komik Dragon Ball

http://www.amazon.co.jp/gp/product/images/4088519027/ref=dp_image_0?ie=UTF8&n=465392 &s=books

Film Dragon Ball Evolution (kiri) http://ultramenmumbul.blogspot.com/2010/05/dragon-ball-evolution.html; Animasi Dragon Ball (kanan) http://www.amazon.co.jp/gp/customer-media/product-gallery/B0000AVT58/ref=cm_ciu_pdp_images_0?ie=UTF8&index=0

Indikasi lain yang menunjukkan kepopuleran budaya Jepang terlihat dari Japan Expo, yaitu pameran kebudayaan Jepang terbesar di dunia yang diselenggarakan di Paris, Perancis, setiap tahun. Pada tahun 1999, Japan Expo pertama kali dilaksanakan oleh komunitas pencinta kebudayaan Jepang di Perancis. Pengaruh komunitas dan jaringannya luar biasa sehingga komunitas tersebut sukses menarik banyak perhatian pemuda-pemudi dari seluruh Eropa.

Expo Japan yang diselenggarakan di Paris ini dirancang unuk dapat memperkenalkan kebudayaan tradisional dan pop Jepang. Pada tahun pertama, jumlah pengunjung sekitar 3.200 dan setiap tahun jumlah pengunjungnya terus meningkat. Pada tahun 2005, panitia Expo membatalkannya karena alasan keamanan. Pada tahun 2010, pengunjung Expo mencapai lebih dari 180.000 pengunjung.22

22 http://r25.yahoo.co.jp/fushigi/report/?id=20110224-00005442-r25&page=2 (diakses pada 20 April 2011)

 

Universitas Indonesia 91

Tabel 4.2 Jumlah Pengunjung Japan Expo Tabel 4.3 Usia Pengunjung JapanExpo (1999-2010)

Tahun Jumlah

Pengunjung Usia %

1999 Japan Expo 1 3 200 < 15 Tahun 23

2000 Japan Expo 2 8 000 15—25 tahun 46

2001 Japan Expo 3 12 000 25—40 tahun 19 2002 Japan Expo 4 21 000 > 40 Tahun 12 2003 Japan Expo 5 29 000 2004 Japan Expo 6 41 000 2006 Japan Expo 7 56 000 2007 Japan Expo 8 81 000 2008 Japan Expo 9 134 467 2009 Japan Expo 10 165 501 2010 Japan Expo 11 182 546 Sumber: http://www.japan-expo.com/en/

Dari tabel 4.3, dapat dilihat bahwa sebagian besar dari keseluruhan pengunjung berusia 15—25 tahun, yaitu pemuda-pemudi. Agar menarik lebih banyak pemuda-pemudi, pada tahun 2006, dimulai fashion show bergaya Jepang bertema Tokyo Girls Collection yang mendukung demam Jepang tersebut. Nama tempat Harajuku pun telah menjadi terkenal di luar negeri sebagai pusat busana khas Jepang.

Dalam Japan Expo ini, tersedia lebih dari 150 stand majalah yang dibuat oleh komunitas komik Jepang, stand pertandingan video-game, pemutaran animasi dan film Jepang, lomba cosplay, serta demonstrasi olahraga tradisional Jepang, seperti kendo dan judo. Pada tahun 2009, artis-artis Jepang, seperti AKB48 dan TOSHI&YOSHIKI dari band X JAPAN diundang sebagai tamu istimewa dalam acara tersebut.23

23 Ibid.,

 

Universitas Indonesia Hal yang menarik adalah walaupun Japan Expo cukup banyak memperkenalkan kebudayaan Jepang dan mengumpulkan banyak pengunjung, Expo ini hanya berkembang di hanya sektor swasta saja. Oleh karena itu, muncullah permasalahan mengenai hak cipta/paten dan persaingan berat tanpa dukungan pemerintah, seperti yang telah dijelaskan di bab 3.

Selain kegiatan sektor swasta, pemerintah atau institusi pemerintah mulai berupaya untuk memperkenalkan tidak hanya kebudayaan tradisional, tetapi juga pop Jepang dengan melihat keadaan demam Jepang yang menarik pemuda-pemudi tersebut. Japan Foundation24 pun memberikan kontribusi yang cukup penting di sini. Permintaan untuk menggelar promosi kebudayaan Jepang pop, seperti animasi dan komik, sangat banyak diajukan oleh pihak swasta dan masyarakat di luar Jepang. Oleh karena itu, pemerintah Jepang menggunakan Japan Foundation yang memiliki cabang di 20 negara.

Untuk mendorong demam Jepang melalui animasi dan komik, Kementerian Luar Negeri Jepang mengirim kreator-kreator mereka ke Rusia, Spanyol, Yordania, Qatar, dan Suriah pada tahun 2007 serta mengadakan workshop pembuatan animasi melalui Japan Foundation. Menurut Japan Foundation, data peserta yang mengikuti workshop lebih dari 50% seluruh penduduk di Timur Tengah dan berusia di bawah 20 tahun. Mereka dibesarkan dengan menonton animasi Jepang dan hal ini berkaitan dengan rasa positif terhadap negara Jepang. Untuk mendukung pemuda-pemudi yang ingin membuat animasi, Jepang dapat mendorong peningkatan industri digital-content sekaligus mempromosikan kebudayaan dengan menggunakan keunggulan Jepang.25

Sebagai kegiatan lain, Japan Foundation mengundang pengarang luar negeri ke Jepang untuk menginspirasikan sekaligus mendorong meningkatkan kualitas komik setempat. Misalnya, pada tahun 2007, Japan Foundation

24 Japan Foundation didirikan pada tahun 1972 sebagai korpoasi khusus (special corporation) dan pada tahun 2003, menjadi independent administrative corporation di bawah Kementerian Luar Negeri. Japan Foundation memiliki 22 cabang di 22 negara dengan tujuan pertukaran kebudayaan dan kesenian, menyebarkan pendidikan bahasa Jepang, mendukung penelitian Jepang, serta pertukaran ilmu budaya.

 

Universitas Indonesia 93

mengundang Gado, pengarang komik asli Kenya. Dia mengarang komik tentang Jepang dan pameran karya Gado diselenggarakan setelah dia pulang ke Kenya.26

Kegiatan Japan Foundation tersebut memperlihatkan bahwa Jepang memiliki teknik dan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menyebarkan pembuatan animasi dan komik. Komunikasi antara para kreator Jepang dan kreator di luar negeri merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas animasi dan komik di dunia. Pada saat yang sama, kerja sama antara para kreator dari industri dan pihak pemerintah pun diperlukan.

Sebagai hasil upaya pemerintah Jepang, Jepang mampu menciptakan kesan positif kepada negara-negara lain. Menurut jajak pendapat British Broadcasting Corperation (BBC), Jepang menjadi negara yang memiliki kedua terbaik di dunia pada tahun 2006. Walaupun terjadi penurunan, Jepang tetap memelihara kesan positifnya dari tahun 2006 sampai tahun 2010 (lihat grafik 4.1).

Grafik 4.1

Ranking Negara yang Memiliki Kesan Positif

Sumber: BBC WORLD SERVICE POLL 2010

26 Ibid., hal.7

 

Universitas Indonesia Demam Jepang tidak hanya terjadi di Eropa saja, tetapi juga di negara-negara Asia, seperti Indonesia. Jajak pendapat yang dilakukan oleh BBC mengatakan bahwa pada tahun 2011, 85% masyarakat Indonesia memiliki kesan positif terhadap Jepang dan jumlah ini paling besar di seluruh dunia.27

Selain itu, jika melihat hasil survei yang dilakukan pada tahun 1992, 1997, 2002, dan 2008 (lihat tabel 4.4), dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan pada kesan terhadap Jepang. Pada tahun 2008, Kementerian Luar Negeri pertama kali memasukkan pilihan dalam daftar pertanyaan, seperti ‘memiliki teknologi canggih’ ‘memiliki kebudayaan baru dan unik, seperti animasi, komik, dan makanan’, dan ‘cool’ sebagai kesan Jepang.

Pada tahun 2008, 83% penduduk Indonesia menjawab bahwa kesan Jepang adalah negara yang memiliki teknologi canggih, 36% menjawab bahwa Jepang adalah negara yang memiliki kebudayaan baru dan unik, seperti animasi, komik, dan makanan.

Tabel 4.4

Hasil Jajak Pendapat mengenai Kesan Jepang di Indonesia (% per 1000 orang)

Kesan Jepang 1992 1997 2002 2008

Memiliki teknologi canggih - - - 83

Negara maju - 78 64 69

Memiliki taraf hidup yang tinggi

48 63 44 58

Memiliki alam yang indah 34 54 47 48

Memiliki kebudayaan yang menarik

56 45 50 54 Memiliki kebudayaan baru dan

unik seperti animasi, komik, dan makanan - - - 36 Damai 27 19 31 50 Demokratis 10 7 10 28 27http://www.worldpublicopinion.org/pipa/articles/views_on_countriesregions_bt/680.php?nid=&i d=&pnt=680&lb= (diakses pada 30 Mei 2011)

 

Universitas Indonesia 95

Cool - - - 34

Mengejar kepentingan ekonomi untuk diri sendiri

10 10 4 25

Sulit dimengerti 3 3 - 21

Memihak negara-negara Barat 7 4 4 17

Menyukai perang 1 2 3 13

Sumber: Kementerian Luar Negeri, TNS Consultants Prepared for: Ministry of Foreign Affairs Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kesan mengenai negara Jepang pada saat ini adalah negeria maju yang memiliki teknologi canggih serta kebudayaan yang unik dan cool. Dari hasil di atas, dapat dikatakan bahwa kebudayaan Jepang yang unik (animasi dan komik) menarik perhatian pemuda-pemudi di Indonesia.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang mengenai kebudayaan Jepang, terlihat bahwa jumlah penduduk Indonesia yang tertarik pada animasi dan komik semakin banyak. Tabel 4.5 berikut menunjukkan jenis-jenis kebudayaan yang menarik orang Indonesia.

Tabel 4.5

Hasil jajak pendapat mengenai kebudayaan Jepang di Indonesia (%)

Kebudayaan 1992 1997 2002 Pertunjukan tradisional, seperti

noh dan kabuki

10 8 9

Musik tradisional - - 17

Musik J-Pop - - 10

Tarian tradisional 19 16 10

Upacara teh, merangkai bunga, bonsai

58 53 36

Lukisan 10 7 9

Arsitektur dan taman tradisional 49 29 20

  Universitas Indonesia TV 18 15 17 Olahraga 25 20 16 Busana 16 13 7 Sastra - - 4

Animasi dan komik - 22 26

Sumber: Kementerian Luar Negeri, http://www.mofa.go.jp/mofaj/area/asean/yoron08.html (diakses pada 10 Juni, 2011)

Pada tahun 1992, 58% responden Indonesia menjawab bahwa mereka tertarik pada kebudayaan tradisional, seperti upacara teh, seni merangkai bunga, dan bonsai. Akan tetapi, dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa kebudayaan pop, seperti animasi dan komik mulai menarik perhatian banyak orang sejak tahun 1997. Musik J-Pop juga demikian. Pada tahun 2002, 10% responden menjawab bahwa mereka tertarik pada musik pop Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa peminat kebudayaan pop Jepang meningkat.

Sebagai contoh, perubahan kesan Jepang diuraikan oleh Shiraishi dalam Gaiko Forum. Menurut Shiraishi, kesan orang Jepang berubah tergantung pada generasi.

Misalnya, dalam kesan Jepang oleh seorang nenek adalah tentara yang kurus seperti monyet dan mendarat di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Sebaliknya, kesan Jepang oleh seorang kakek adalah lagu-lagu tentara yang terpaksa belajar. Akan tetapi, kesan sejenis itu tiba-tiba mulai berubah sejak tahun 1990. Seorang nenek tersebut tiba-tiba mengatakan bahwa ‘orang Jepang adalah cantik-cantik dan selera busananya bagus.’dan ‘laki-laki Jepang baik hati’. Apa yang terjadi adalah bahwa dia mulai menonton drama Jepang berjudul Tokyo Love Story.28

Jepang membutuhkan prasarana di negara lain untuk penyebaran animasi dan komik Jepang. Indonesia telah mendanai infrastruktur sehingga memudahkan penyebaran animasi dan komik Jepang. Menurut Shiraishi, tahun 1989 adalah pertama kalinya animasi Jepang berjudul Candy Candy disiarkan. Pada tahun 1991, acara Doraemon baru mulai disiarkan.29

28 Shiraishi, Gaiko-Forum, September (Toshi-shuppan, 2008), hal.73 29 Ibid.,

 

Universitas Indonesia 97

Dalam majalah Gaiko Forum, Shimizu, seorang government official di Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan bahwa globalisasi mendorong promosi kebudayaan Jepang tidak hanya di Eropa, tetapi juga di Indonesia. Komik dan animasi, seperti Sailor Moon dan Crayon Shinchan, telah mempengaruhi pembentukan kesan positif Jepang, yaitu ramah dan keren (cool) bagi orang Indonesia. Belakangan ini, jumlah pemuda-pemudi Indonesia yang menganggap Jepang keren (cool) meningkat secara jelas.

Internet juga berpengaruh besar dalam promosi kebudayaan. Pemuda-pemudi memiliki jaringan internet dan membuat komunitas pencinta animasi Jepang atau cosplay. Melalui internet, khususnya BBS (Bulletin Board System) dan chatting, mereka dapat menikmati pertukaran informasi dari teman masing-masing.30

Belakangan ini, busana dan musik yang bergaya Jepang cukup menarik banyak orang. Misalnya, kemunculan band-band Indonesia yang memakai bahasa Jepang untuk nama band atau lirik lagu dengan bahasa Jepang menarik perhatian pemuda-pemudi. Band Indonesia Nidji menggunakan bahasa Jepang, yang berarti ‘pelangi’, untuk nama band dan mendapat banyak penggemar di Indonesia.31 Selain itu, terdapat band asal Indonesia yang mengambil aliran pop/rock Jepang, yaitu J-Rocks.

Band ini berdiri pada tahun 2003 dan cukup sukses di Indonesia.32 Mereka menggunakan bahasa Jepang di dalam website-nya dan mereka meniru gaya berpakaian band visual Jepang, seperti L’Arc-en-Ciel. 33 Kepopuleran dan penerimaan aliran gaya Jepang ini terlihat dari kehadiran mereka pada Java

30 Ibid., hal. 66 31

Ibid.,

32 Seperti di gambar 4.1, anggota band J-Rocks memakai kacamata hitam dan berambut panjang seperti L’Arc-en-Ciel. Dibandingkan dengan band Indonesia lain yang terpengaruhi band Barat, busana J-ROCKS yang bergaya Jepang terlihat cukup unik. Keunikan ini diperkirakan sebagai alasan ketertarikan pemuda-pemudi di Indonesia kepada mereka. Selain Nidji dan J-Rocks, ada band bernama Zivillia. Vokalis Zivilia ini pernah bekerja di Jepang sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Dia cukup memanfaatkan kesempatan di Jepang tersebut dan menggunakan bahasa Jepang dalam lirik lagu berjudul Aishiteru (‘Aku Cinta Kamu’ dalam bahasa Jepang). Lagu

Aishiteru ini pernah menjadi nomor satu RBT (Ring Back Tone) di Indonesia. Belakangan ini,

mereka merilis lagu baru berjudul Kokoronotomo dengan versi Zivilia yang pernah dinyanyikan oleh seorang penyanyi asal Jepang Mayumi Itsuwa yang pernah booming pada tahun 1980-an di Indonesia.

 

Universitas Indonesia Rockin Land yang mulai diselenggarakan pada tahun 2009 sebagai acara musik terbesar di Indonesia.

Gambar 4.2

J-Rock yang berbusana seperti band Jepang dan L’Arc-en-Ciel, band