• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK YANG MEMPENGARUHI KOMBINASI DIPLOMASI KEBUDAYAAN TRADISIONAL DAN POP

3.4 Pengaruh Kegiatan Lobi dari Content Industry

Universitas Indonesia 77

sehingga Jepang telah kehilangan banyak kesempatan. Sebaliknya, negara lain yang mengikuti gaya Jepang cenderung sukses.

Sebagai model bisnis content yang ideal, Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri mengusulkan hal yang ditunjukkan sebagai berikut.

Figure 3.2 Model Bisnis Content Ideal

Sumber: Divisi industri kebudayaan dan informasi oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, 2003: 6

Seperti grafik tersebut, Jepang mampu memperbesar kesempatan bisnis mulai dari industri animasi jika adanya kerja sama yang erat antara pemerintah dengan sektor swasta.

3.4 Pengaruh Kegiatan Lobi dari Content Industry

Dengan melihat kesulitan dan keadaan kebijakan luar negeri lain, Jepang juga perlu mementingkan content industry seperti negara lain yang telah sukses. Tanpa kebijakan pemerintah, content industry Jepang akan tertinggal dari negara-negara lain sehingga demam Jepang di luar Jepang menjadi sia-sia. Pemerintah Jepang perlu memanfaatkan globalisasi yang memudahkan promosi kebudayaan Jepang tanpa batas negara, sekaligus mencegah pelanggaran hak cipta yang

 

Universitas Indonesia merugikan perekonomian Jepang untuk kepentingan nasional. Seperti sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, isu-isu perlindungan kekayaan intelektual/hak cipta berkembang secara cepat karena produk terus-menerus dibajak dan dijual segera setelah diterbitkannya produk baru.

Tokoh yang memperhatikan permasalahan tersebut, pada awalnya, adalah PM Koizumi. Pada tahun 2002, ia mengusulkan strategi kekayaan intelektual sebagai kebijakan 2002 dan membuat charter tentang kekayaan intelektual. Pada tahun yang sama, dia melakukan proklamasi untuk mendirikan negara yang melindungi kekayaan intelektual. Berdasarkan proklamasi tersebut, pemerintah Jepang mendorong content industry untuk bersatu.

Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri serta Badan Kebudayaan Jepang (Agency for Cultural Affairs) menjadi aktor utama dalam melaksanakan persatuan tersebut. Pada tahun 2002, dengan dorongan dari pemerintah, perusahaan pembuatan musik, film, video, paten, animasi, game, peredaran, dan sebagainya bergabung dan mendirikan Content Overseas Distribution Association (CODA) dengan sukarela dan pada tahun 2009, CODA menjadi asosiasi resmi.53 CODA bertujuan untuk mengembangkan pasar industri tersebut ke luar negeri dan melindungi hak cipta karya-karya asal Jepang. Sampai saat ini, 22 perusahaan dan 20 lembaga sudah menjadi anggota CODA. Jasa CODA cukup signifikan dengan terus berupaya demi perkembangan content industry Jepang.

Pada tahun 2009, mereka memohon pemerintah untuk membuat delegasi resmi. Delegasi tersebut dikirim ke China yang menjual paling banyak produk content Jepang yang ilegal dan sukses melakukan diskusi dengan pemerintah China. Tidak hanya berdiskusi dengan pemerintah, delegasi ini juga memberikan seminar terhadap staf-staf pemerintah setempat agar proses penangkapan kejahatan itu dapat dilaksanakan dengan lebih lancar.54

Selain upaya CODA, upaya Nippon Keidanren tidak dapat diabaikan. Upaya Nippon Keidanren terhadap kebijakan pemerintah dianggap signifikan dan pengaruhnya cukup besar. Nippon Keidanren adalah lembaga persatuan perekonomian Jepang. Pada tahun 2002, lembaga tersebut digabungkan dengan

53 Lihat: http://www.coda-cj.jp/coda_soshiki.html, (diakses 29 Maret, 2011) 54 http://www.famitsu.com/game/news/1225111_1124.html (diakses 29 Maret 2011)

 

Universitas Indonesia 79

Keidanren (Japan Federation of Economic Organizations) dan Nikkeiren (Japan Federation of Employer’s Associations). Sejak berakhirnya Perang Dunia II, kedua lembaga tersebut telah berkontribusi cukup besar kepada perkembangan ekonomi Jepang. Jumlah anggota Nippon Keidanren pun mencapai 1.601 (2010).55

Pendapat Nippon Keidanren dianggap sangat penting oleh para politisi Jepang karena sumbangan oleh Nippon Keidanren kepada partai politik, secara historis, sangat besar. Meskipun sumbangan langsung dari Nippon Keidanren ke partai khusus telah dihentikan pada tahun 2003 berkaitan dengan pencegahan permasalahan korupsi, pengaruh Nippon Keidanren tetap besar karena banyak perusahaan yang menguasai perekonomian Jepang merupakan anggota Nippon Keidanren. Merekalah yang memahami permasalahan yang dihadapi oleh industri Jepang secara rinci dan mampu mempengaruhi tindakan pemerintah Jepang. Oleh karena itu, anggota Nippon Keidanren sering kali mengajukan usulan ekonomi kepada pemerintah dengan bentuk permintaan dan saran. Sejak menghentikan sumbangan kepada partai politik, lembaga tersebut lebih bersifat sebagai think-tank. Dengan keadaan seperti ini, pemerintah perlu mementingkan Nippon Keidanren dengan memperhatikan usulan kebijakan ekonomi dalam diskusi sehingga kerja sama antara pemerintah dan Nippon Keidanren tetap terlihat dan tidak merugikan perekonomian Jepang.56

Dengan melihat perkembangan industri seperti kegiatan CODA, salah satu panitia Nippon Keidanren, yaitu panitia persoalan industri, mengadakan pertemuan industri hiburan dan content untuk pertama kalinya pada tahun 2003. Sebanyak 40 perusahaan dan lembaga yang berkaitan dengan musik, game, film, penerbitan, peredaran, dan siaran mengikuti pertemuan tersebut. Ada dua tujuan mengenai pelaksanaan pertemuan ini. Pertama, untuk menolong komunikasi yang lancar di dalam industri demi perkembangan industri tersebut. Kedua, untuk mengumpulkan dan menyatukan usulan dari industri masing-masing terhadap pemerintah. Nippon Keidanren berpendapat bahwa kebijakan dorongan content

55 http://www.keidanren.or.jp/japanese/profile/index.html (diakses 29 Maret 2011) 56http://www.47news.jp/news/2010/03/post_20100308164803.html (diakses 1 April 2011)

 

Universitas Indonesia industry oleh pemerintah tidak hanya melindungi hak cipta/paten, tetapi juga penting sebagai kebijakan ekonomi dan diplomasi.57

Melalui pertemuan industri hiburan dan content ini, Nippon Keidanren dapat mempengaruhi pemerintah hingga membuat undang-undang dan kebijakan luar negeri yang penting.58 Misalnya, Nippon Keidanren mengumumkan pendapat berjudul “Mengenai Rencana Mempromosikan Kekayaan Intelektual 2009”. Pendapat Nippon Keidanren berfokus pada promosi content industry. Dalam pendapat yang ditulis sebanyak 33 halaman, 14 halaman merupakan pendapat mengenai promosi content industry di Jepang. Pada akhirnya, isi rencana tersebut cukup merefleksikan pendapat Nippon Keidanren dan memperhatikan promosi content industry Jepang.59

Selain Nippon Keidanren, kegiatan Digital Contents Law Intellectual Forum, salah satu asosiasi penelitian swasta, juga terlihat aktif. Forum ini didirikan pada tahun 2008 dan membuat naskah undang-undang mengenai Net Law. Anggota forum tersebut cukup berpengaruh. Ketuanya adalah presiden National Graduate Institute for Policy Studies, yaitu sebuah institusi yang sering memberi saran kepada kebijakan pemerintah. Anggota lain adalah presiden perusahaan-perusahaan penerbit, produsen film, dan profesor-profesor di universitas.60 Pada Maret 2008, forum tersebut mengadakan jumpa pers dan mengumumkan naskah undang-undang Net Law terhadap pemerintah Jepang. Undang-undang tersebut bertujuan untuk melindungi content industry Jepang dan mendukung penyebaran kebudayaan Jepang melalui internet secara legal. Hasil jumpa pers tersebut mengundang masyarakat untuk berpendapat mengenai persoalan perlindungan content industry Jepang.61 Sebagai respons, pemerintah Jepang mendirikan Panitia Penelitian Sistem Hak Intelektual pada Masa Digital Net. Selain itu, Partai Demokrat Liberal juga mendirikan Panitia mengenai Hak

57 Nippon Keidanren Times No. 2796 (Dalam bahasa Jepang,日本経団連タイムス No.2796 (2006 年 1 月 12 日), http://www.keidanren.or.jp/japanese/journal/times/2006/0112/07.html (diakses 27 Maret 2011)

58 Keizai Clip No. 27, September 2003, (Dalam bahasa Jepang, 経済くりっぷ No.27 (2003 年 9 月9 日) http://www.keidanren.or.jp/japanese/journal/CLIP/2003/0909/12.html

59 http://animeanime.jp/biz/archives/2009/03/2009_5.html (diakses 9 Juni 2011) 60 http://www.digitalcontent-forum.com/ (diakses 9 Juni 2011)

61 Ibid.,

 

Universitas Indonesia 81

Cipta pada Masa Digital Net dalam komite politik dan komite strategi hak intelektual.62

Dari hal-hal yang dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan lobi oleh Nippon Keidanren dan forum yang beranggotakan orang-orang penting cukup mempengaruhi pemerintah untuk melindungi dan mempromosikan industri domestik. Kegiatan ini juga mempengaruhi cara diplomasi baru, yaitu diplomasi yang mengombinasikan kebudayaan tradisional dan pop Jepang.

62

 

82 Universitas Indonesia KOMBINASI DIPLOMASI KEBUDAYAAN TRADISIONAL DAN POP

JEPANG

Pada bab 3, telah dijelaskan faktor-faktor internal yang mempengaruhi kebijakan pemerintah Jepang melakukan kombinasi diplomasi kebudayaan tradisional dan pop. Tidak hanya faktor domestik, tetapi faktor eksternal juga mempengaruhi kombinasi diplomasi tersebut. Dalam bagian ini, diuraikan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhinya, yaitu kritik-kritik terhadap ODA dari pihak Indonesia dan faktor demam Jepang di luar Jepang, khususnya di Indonesia.