Bab 7 Sistem Akuntansi
VI. Jurnal Khusus
Jurnal khusus (special journal) adalah mencatat satu jenis transaksi yang terjadi berulang kali.
Contoh dari penggunaan jurnal khusus ini adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, jurnal pendapatan, dan jurnal pembelian. Akan tetapi, setiap perusahaan memiliki bentuk dan jumlah jurnal khusus yang digunakan tergantung dari karakteristik operasi bisnisnya.
Contoh transaksi menggunakan jurnal khusus:
Jurnal Penerimaan Kas: Menerima kas dari pendapatan Menerima kas dari pembayaran piutang Jurnal Pengeluaran Kas: Membayar pembelian barang secara tunai
Membayar hutang usaha Membayar beban
Jurnal Pendapatan: Menyediakan jasa/menjual barang dagang secara kredit Jurnal Pembelian: Membeli barang secara kredit
Rangkuman
· Sistem akuntansi (accounting system) merupakan jaringan yang terdiri dari formulir, catatan, prosedur, alat, dan sumberdaya manusia dalam rangka menghasilkan informasi
pada suatu organisasi untuk keperluan pengawasan, operasi, maupun untuk kepentingan pengambilan keputusan bisnis.
· Prosedur merupakan urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap penanganan transaksi yang berulang.
· Pekerjaan klerikal adalah kegiatan penulisan, pemberian kode, pembandingan, pembukuan, penggandaan, pemilahan, perhitungan, pembuatan daftar-daftar.
· Ada tiga tahapan dalam operasi sistem akuntansi yaitu: (1) menganalisis dokumen bukti transaksi; (2) merancang sistem yang dapat akan digunakan; (3) menerapkan sistem.
· Pengendalian internal (internal control) merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aset dari penyalahgunaan, memastikan keakuratan bisnis, serta memastikan hukum dan peraturan yang berlaku telah diikuti.
· Metode pengolahan informasi merupakan alat yang digunakan sistem untuk mengumpulkan, merangkum, dan melaporkan informasi akuntansi.
· Sistem akuntansi yang pokok antara lain adalah bukti transaksi, jurnal, rekening buku besar dan buku besar pembantu, serta laporan keuangan dan laporan lainnya.
· Sistem dan prosedur yang ada di perusahaan jasa antara lain adalah: sistem dan prosedur pendapatan; sistem dan prosedur penerimaan kas; sistem dan prosedur pengeluaran kas;
dan sistem dan prosedur penggajian.
· Sistem dan prosedur yang ada di perusahaan dagang antara lain adalah: sistem dan prosedur penjualan; sistem dan prosedur penerimaan kas; sistem dan prosedur pembelian; sistem dan prosedur pengeluaran kas; sistem dan prosedur penggajian.
· Sistem dan prosedur yang ada di perusahaan manufaktur antara lain adalah: sistem dan prosedur penjualan; sistem dan prosedur penerimaan kas; sistem dan prosedur pembelian; sistem dan prosedur pengeluaran kas; sistem dan prosedur penggajian; sistem dan prosedur akuntansi biaya.
· Buku besar (general ledger) merupakan buku utama yang mencakup semua akun yang ada di laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas.
· Buku besar pembantu (subsidiary ledger) merupakan rincian dari salah satu akun buku besar.
· Akun buku besar umum yang biasanya menggunakan buku pembantu antara lain adalah akun piutang dan hutang.
· Jurnal khusus (special journal) adalah mencatat satu jenis transaksi yang terjadi berulang kali. Contoh dari penggunaan jurnal khusus ini adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, jurnal pendapatan, dan jurnal pembelian.
Soal Latihan
Latihan 1
1. Jelaskan apa yang yang harus diperhatikan saat merancang sistem akuntansi!
2. Sebutkan dan jelaskan tahapan dalam operasi sistem akuntansi!
3. Sebutkan sistem dan prosedur yang ada di perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur!
Latihan 2
1. UD. Jaya memiliki beberapa pelanggan tetap yang melakukan pembelian barang secara kredit. Pelanggan-pelanggan tersebut memiliki saldo piutang yang berbeda, antara lain: Piutang Toko Indah sebesar Rp. 6.720.000,-, Piutang CV. Rahman sebesar Rp.
4.321.000,-, Piutang PT. Sejahtera sebesar Rp. 8.320.000,-, dan Piutang PT. Karya sebesar Rp. 5.400.000,-. Berdasarkan informasi tersebut, buatlah buku besar umum Piutang Usaha UD. Jaya dan buku besar pembantunya!
2. Berikut di bawah ini adalah daftar rincian hutang usaha PT. Maju Jaya:
· Hutang PT. Angkasa sebesar Rp.
3.420.000,-· Hutang PT. Pelangi sebesar Rp.
7.900.000,-· Hutang Toko Gemilang sebesar Rp.
6.500.000,-· Hutang Toko Abadi sebesar Rp.
Berdasarkan informasi tersebut buatlah buku besar hutang usaha PT Maju Jaya dan buku besar pembantunya!
3. Berdasarkan informasi di bawah ini, buatlah buku besar umum dan buku pembantu!
Nama Akun Saldo
Bank Mandiri Syariah Rp. 65.780.000
Bank BNI Syariah Rp. 75.900.000
Bank Muamalat Rp. 55.200.000
Persediaan Barang A Rp. 10.230.000
Persediaan Barang B Rp. 4.300.000
Persediaan Barang C Rp. 4.650.000
Persediaan Barang D Rp. 12.000.000
Persediaan Barang E Rp. 7.000.000
Piutang PT. Berkah Rp. 4.800.000
Piutang PT. Makmur Rp. 6.200.000
Piutang CV. Amanah Rp. 3.155.000
Hutang Bapak Hasan Rp. 4.370.000
Hutang Toko Alifah Rp. 5.000.000
Hutang PT. Sukses Jaya Rp. 5.430.000
4. Berikut di bawah ini adalah daftar rincian piutang usaha PT. Maju Jaya periode Agustus 2017:
· Piutang PT. Angkasa sebesar Rp.
3.420.000,-· Piutang PT. Pelangi sebesar Rp.
7.900.000,-· Piutang Toko Gemilang sebesar Rp.
6.500.000,-· Piutang Toko Abadi sebesar Rp.
Pada tanggal 1 September 2017, PT Angkasa membayar hutangnya kepada PT. Maju Jaya sebesar Rp. 2.500.000,- dan Toko Gemilang membayar hutangnya sebesar Rp. 3.250.000,-.
Berdasarkan informasi tersebut, catatlah transaksi tersebut ke jurnal dan kemudian posting ke buku besar hutang usaha PT. Maju Jaya dan buku besar pembantunya!
5. Toko Rainbow membeli barang dagangan dengan berbagai macam jenis barang, antara lain:
· Barang A sebesar Rp.
2.500.000,-· Barang B sebesar Rp.
5.400.000,-· Barang C sebesar Rp.
8.300.000,-· Barang D sebesar Rp.
Diminta: catatlah transaksi tersebut dan posting ke buku besar umum Persediaan Barang Dagang dan buku besar pembantunya!
6. Berdasarkan soal no. 7.2.5., Toko rainbow kembali membeli barang A dan D sebesar Rp. 4.500.000,- dan Rp. 6.500.000,- secara kredit. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut dan posting ke buku besar!
Akuntansi Perusahaan Dagang
I. Pengertian
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan operasionalnya menjual barang jadi tanpa merubah bentuk. Kegiatan perusahaan dagang berbeda dengan kegiatan perusahaan jasa. Perusahaan dagang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pendapatan perusahaan dagang melibatkan pembelian dan penjualan barang dagang.
2. Pendapatan diakui sebagai penjualan (sales), sedangkan biayanya diakui sebagai beban yang disebut beban pokok penjualan (cost of goods sold).
3. Menghasilkan laba kotor (gross profit) dari penjualan setelah dikurangi beban pokok penjualan (cost of goods sold). Jumlah ini disebut laba kotor karena masih harus dikurangi dengan beban operasi.
4. Memiliki persediaan barang dagang (merchandise inventory), yaitu sisa barang dagang (yang belum terjual) di akhir periode akuntansi.
Berikut di bawah ini adalah perbedaan perusahaan jasa dan perusahaan dagang yang diilustrasikan melalui laporan laba rugi:
Perusahaan Jasa Perusahaan Dagang
Pendapatan jasa Rp. 100 Penjualan Rp. 100
Beban operasi (45) Beban pokok penjualan (50)
Laba bersih Rp. 55 Laba kotor Rp. 50
Beban operasi (20)
Laba bersih Rp. 30
Bab 8
II. Siklus Operasi
Kegiatan operasional perusahaan dagang meliputi:
1. Aktivitas pembelian à yaitu membeli barang jadi untuk dijual.
2. Aktivitas penjualan à yaitu terjadi transaksi penjualan dan distribusi barang ke pelanggan.
3. Aktivitas penagihan à yaitu penerimaan kas dari pelanggan.
Keseluruhan proses mengacu pada siklus operasi. Oleh karena itu, siklus operasi berawal dari pengeluaran kas dan berakhir dengan penerimaan kas dari pelanggan. Siklus operasi untuk perusahaan dagang dapat dtunjukkan pada gambar di bawah ini.
Aktivitas
Penagihan Kas
Aktivitas Pembelian Piutang
Usaha
Aktivitas
Penjualan Produk
Gambar 8.1
Siklus Operasi Perusahaan Dagang
III. Metode Biaya Persediaan
Pada perusahaan dagang masalah akuntansi yang utama muncul adalah ketika barang dagang memiliki biaya yang berbeda pada periode tertentu. Dalam hal ini, diperlukan metode biaya persediaan agar pencatatan akuntansi menjadi lebih tepat. Ada beberapa metode biaya persediaan antara lain adalah:
1. Identifikasi Khusus
Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu diatribusikan ke unit persediaan tertentu yang telah diidentifikasi. Metode biaya ini digunakan untuk jenis persediaan yang memiliki karakteristik khusus dan nilai yang berbeda pada tiap jenis barang
dagangnya. Contoh dari persediaan barang dagang yang menggunakan metode identifikasi khusus adalah barang kuno (unik), lukisan, perhiasan, dan barang-barang mewah.
2. Metode Biaya Masuk Pertama Keluar Pertama – MPKP (First In First Out – FIFO)
Metode ini merupakan biaya barang yang pertama masuk yang digunakan saat barang itu yang pertama dijual.
Contoh:
Berikut ini adalah informasi persediaan barang dagang selama satu periode akuntansi.
Diketahui jumlah barang yang terjual adalah 700 unit dengan harga jual Rp. 300,-.
Diminta buatlah laporan laba rugi.
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga Pokok
Per Unit Nilai Harga Pokok
1 Jan Persediaan awal 100 80 8.000
31 Mar Pembelian 1 400 100 40.000
15 Sep Pembelian 2 300 150 45.000
18 Nop Pembelian 3 200 200 40.000
31 Des Tersedia Dijual 1.000 - 133.000
Jawab:
Perhitungan Persediaan Akhir:
Tanggal Beli Kuantitas Harga Pokok/Unit Total
18 Nop 200 200 40.000
15 Sep 100 150 15.000
300 55.000
Penjualan: 700 unit × Rp. 300 Rp. 210.000
Beban Pokok Penjualan:
Persediaan awal Rp. 8.000
(+) Pembelian 125.000
(-) Persediaan akhir 55.000
(78.000)
Laba kotor Rp. 132.000
Perhitungan persediaan juga bisa menggunakan kartu stok, seperti di bawah ini:
Tgl Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Kuantitas Biayaper unit Jumlah
biaya Kuantitas Biaya
31 Mar 400 100 40.000 400 100 40.000
15 Sep 300 150 45.000 300 150 45.000
18 Nop 200 200 40.000 200 200 40.000
31 Des 100 80 8.000
400 100 40.000 100 150 15.000
200 150 30.000 200 200 40.000
3. Metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO)
Metode ini merupakan biaya barang yang terakhir masuk yang digunakan saat barang itu yang pertama dijual.
Contoh:
Berdasarkan contoh soal sebelumnya, perhitungannya adalah sebagai berikut.
Jawab:
Perhitungan Persediaan Akhir:
Tanggal Beli Kuantitas Harga Pokok/Unit Total
1 Jan 100 80 8.000
31 Mar 200 100 20.000
300 28.000
Penjualan: 700 unit × Rp. 300 Rp. 210.000
Beban Pokok Penjualan:
Persediaan awal Rp. 8.000
(+) Pembelian 125.000
(-) Persediaan akhir 28.000
(105.000)
Laba kotor Rp. 105.000
Perhitungan persediaan juga bisa menggunakan kartu stok, seperti di bawah ini:
Tgl Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Kuantitas Biayaper unit Jumlah
biaya Kuantitas Biaya
31 Mar 400 100 40.000 400 100 40.000
15 Sep 300 150 45.000 300 150 45.000
18 Nop 200 200 40.000 200 200 40.000
31 Des 200 200 40.000
300 150 45.000 100 80 8.000
200 100 20.000 200 100 20.000
4. Metode Rata-rata (Average)
Metode ini menggunakan rata-rata biaya pokok per unit.
Contoh:
Berdasarkan contoh soal sebelumnya, perhitungannya adalah sebagai berikut.
Jawab:
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga Pokok
Per Unit Nilai Harga Pokok
1 Jan Persediaan awal 100 80 8.000
31 Mar Pembelian 1 400 100 40.000
15 Sep Pembelian 2 300 150 45.000
18 Nop Pembelian 3 200 200 40.000
31 Des Tersedia Dijual 1.000 - 133.000
Harga pokok per unit: Rp
Penjualan: 700 unit × Rp. 300 Rp. 210.000
Beban Pokok Penjualan:
Persediaan awal Rp. 8.000
(+) Pembelian 125.000
(-) Persediaan akhir 39.900
(93.100)
Laba kotor Rp. 116.900
Perhitungan persediaan juga bisa menggunakan kartu stok, seperti di bawah ini:
Tgl Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Kuantitas Biayaper unit Jumlah
biaya Kuantitas Biaya
31 Mar 400 100 40.000 400 100 40.000
15 Sep 300 150 45.000 300 150 45.000
18 Nop 200 200 40.000 200 200 40.000
31 Des 700 133 93.100 300 133 39.900
IV. Membandingkan Metode Biaya Persediaan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai metode biaya persediaan yang berbeda pada akhirnya akan menghasilkan nilai yang sama saat jumlah persediaan telah habis dan juga apabila biaya unit tetap stabil. Jika kondisi harga berubah-ubah, maka biasanya pada tiap metode biaya persediaan akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk: (1) harga pokok penjualan, (2) laba kotor, (3) laba bersih, dan (4) persediaan akhir.
Berdasarkan PSAK 14 adopsi IFRS mengenai persediaan, untuk metode biaya Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) sudah tidak diperbolehkan lagi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan PSAK tidak memperbolehkan menggunakan metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO), antara lain adalah: (1) metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) tidak dapat mencerminkan arus persediaan aktual secara andal; (2) penggunaan metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) dipengaruhi oleh perpajakan, di mana pendapatan dari penjualan disandingkan dengan biaya barang yang diperoleh paling akhir. Jika ada kenaikan harga, keuntungan yang dilaporkan semakin rendah dan kewajiban pajak juga menjadi semakin rendah; (3) penggunaan metode ini mengakibatkan nilai persediaan yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan tidak berkaitan dengan tingkat biaya persediaan paling akhir.
Rangkuman
· Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan operasionalnya menjual barang jadi tanpa merubah bentuk.
· Karakteristik yang dimiliki perusahaan dagang adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan pembelian dan penjualan barang dagang.
b. Pendapatan diakui sebagai penjualan (sales), sedangkan biayanya diakui sebagai beban yang disebut beban pokok penjualan (cost of goods sold).
c. Menghasilkan laba kotor (gross profit) dari penjualan setelah dikurangi beban pokok penjualan (cost of goods sold). Jumlah ini disebut laba kotor karena masih harus dikurangi dengan beban operasi.
d. Memiliki persediaan barang dagang (merchandise inventory), yaitu sisa barang dagang (yang belum terjual) di akhir periode akuntansi.
· Kegiatan operasional perusahaan dagang meliputi, aktivitas pembelian, aktivitas penjualan, dan aktivitas penagihan. Oleh karena itu, siklus operasi berawal dari pengeluaran kas dan berakhir dengan penerimaan kas dari pelanggan.
· Metode penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan antara lain adalah First In First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO), dan Average.
· Metode First In First Out (FIFO) yaitu harga barang yang pertama masuk yang digunakan saat barang itu yang pertama dijual.
· Metode Last In First Out (LIFO) yaitu harga barang yang terakhir masuk yang digunakan saat barang itu yang pertama dijual.
· Metode Rata-rata (Average) yaitu menggunakan rata-rata harga pokok per unit.
· Berdasarkan PSAK 14 adopsi IFRS mengenai persediaan, untuk metode biaya Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) sudah tidak diperbolehkan lagi. Hal tersebut disebabkan karena: (1) metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) tidak dapat mencerminkan arus persediaan aktual secara andal; (2) penggunaan metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) dipengaruhi oleh perpajakan, di mana pendapatan dari penjualan disandingkan dengan biaya barang yang diperoleh paling akhir.
Soal Latihan
Latihan 1
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perusahaan dagang, serta sebutkan karakteristik dari perusahaan dagang!
2. Sebutkan dan jelaskan kegiatan operasional perusahaan dagang!
3. Sebutkan dan jelaskan metode penilaian persediaan berdasarkan PSAK 14!
4. Jelaskan alasan metode LIFO tidak lagi dipergunakan dalam metode penilaian persediaan!
Latihan 2
1. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Jan Persediaan 20 pcs Rp. 200.000
20 Jun Pembelian 40 pcs Rp. 210.000
10 Des Pembelian 25 pcs Rp. 230.000
Tersedia untuk dijual 85 pcs
Pada 31 Desember diketahui terdapat 21 pcs barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO dan LIFO!
2. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Jan Persediaan 100 unit Rp. 10.000
1 Jul Pembelian 230 unit Rp. 8.500
24 Nov Pembelian 170 unit Rp. 9.000
Tersedia untuk dijual 500 unit
Pada 31 Desember diketahui terdapat 150 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO dan Rata-rata tertimbang!
3. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Jan Persediaan 50 unit Rp. 35.000
17 Apr Pembelian 190 unit Rp. 32.000
23 Okt Pembelian 160 unit Rp. 34.000
Tersedia untuk dijual 400 unit
Pada 31 Desember diketahui terdapat 75 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan LIFO dan Rata-rata tertimbang!
4. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Jan Persediaan 120 unit Rp. 50.000
10 Jan Pembelian 200 unit Rp. 52.000
20 Jan Pembelian 160 unit Rp. 54.000
Pada 31 Januari diketahui terdapat 150 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO dan LIFO!
5. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Feb Persediaan 60 unit Rp. 5.000
6 Feb Pembelian 120 unit Rp. 4.900
15 Feb Pembelian 100 unit Rp. 5.100
26 Feb Pembelian 150 unit Rp. 5.000
Pada 27 Februari diketahui terdapat100 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO, LIFO dan Rata-rata tertimbang!
Latihan 3
1. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Jun Persediaan 400 pcs Rp. 2.000
7 Jun Pembelian 230 pcs Rp. 1.800
14 Jun Pembelian 150 pcs Rp. 2.100
21 Jun Pembelian 200 pcs Rp. 2.000
Tersedia untuk dijual 980 pcs
Harga jual untuk tiap piece adalah Rp. 5.000,-. Diketahui ada 30 Juni barang dagang yang terjual sebanyak 830 pcs. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan FIFO!
2. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Sep Persediaan 35 pcs Rp. 60.000
10 Sep Pembelian 60 pcs Rp. 55.000
18 Sep Pembelian 55 pcs Rp. 58.000
23 Sep Pembelian 100 pcs Rp. 50.000
Tersedia untuk dijual 250 pcs
Harga jual untuk tiap piece adalah Rp. 100.000,-. Diketahui ada 30 September barang dagang yang terjual sebanyak 210 pcs. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan LIFO!
3. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Nov Persediaan 20 unit Rp. 120.000
6 Nov Pembelian 50 unit Rp. 150.000
15 Nov Pembelian 45 unit Rp. 200.000
20 Nov Pembelian 70 unit Rp. 160.000
Tersedia untuk dijual 185 unit
Harga jual untuk tiap unit adalah Rp. 230.000,-. Diketahui ada 30 November barang dagang yang terjual sebanyak 150 unit. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan rata-rata tertimbang!
4. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Des Persediaan 100 unit Rp. 20.000
3 Des Pembelian 150 unit Rp. 18.000
14 Des Pembelian 230 unit Rp. 18.100
22 Des Pembelian 200 unit Rp. 18.300
Harga jual untuk tiap unit adalah Rp. 70.000,-. Diketahui ada 31 Desember barang dagang yang terjual sebanyak 600 unit. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang!
5. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Juli Persediaan 200 unit Rp. 3.000
5 Juli Pembelian 250 unit Rp. 2.700
10 Juli Pembelian 300 unit Rp. 2.500
15 Juli Pembelian 200 unit Rp. 3.100
Harga jual untuk tiap unit adalah Rp. 10.000,-. Diketahui ada 31 Juli sisa barang dagang yang tidak terjual sebanyak 120 unit. Tentukan (a) penjualan, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang!
Latihan 4
1. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode FIFO!
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Juni Persediaan 100 unit Rp. 2.000
7 Juni Pembelian 230 unit Rp. 1.800
8 Juni Penjualan 130 unit Rp. 8.000
10 Juni Pembelian 150 unit Rp. 2.100
13 Juni Penjualan 120 unit Rp. 8.000
15 Juni Pembelian 150 unit Rp. 2.000
20 Juni Pembelian 250 unit Rp. 1.900
25 Juni Penjualan 250 unit Rp. 8.000
2. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode LIFO!
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Juli Persediaan 80 pcs Rp. 500
3 Juli Pembelian 100 pcs Rp. 450
6 Juli Pembelian 90 pcs Rp. 480
8 Juli Penjualan 150 pcs Rp. 1.200
11 Juli Pembelian 150 pcs Rp. 500
15 Juli Penjualan 100 pcs Rp. 1.200
3. Berdasarkan informasi ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode rata-rata tertimbang!
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Okt Persediaan 70 pcs Rp. 300
3 Okt Pembelian 100 pcs Rp. 350
6 Okt Pembelian 130 pcs Rp. 310
10 Okt Penjualan 250 pcs Rp. 500
11 Okt Pembelian 150 pcs Rp. 320
15 Okt Penjualan 100 pcs Rp. 500
17 Okt Pembelian 110 pcs Rp. 340
4. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode FIFO dan LIFO, serta tentukan laba kotor yang diperoleh!
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Juni Persediaan 100 unit Rp. 1.000
7 Juni Pembelian 200 unit Rp. 1.200
8 Juni Penjualan 160 unit Rp. 5.000
10 Juni Pembelian 250 unit Rp. 1.100
14 Juni Pembelian 100 unit Rp. 1.300
16 Juni Penjualan 120 unit Rp. 5.000
18 Juni Penjualan 50 unit Rp. 5.000
20 Juni Pembelian 150 unit Rp. 1.200
27 Juni Penjualan 170 unit Rp. 5.000
5. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode rata-rata tertimbang, serta tentukan laba kotor yang diperoleh!
Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit
1 Nov Persediaan 300 unit Rp. 100
5 Nov Pembelian 250 unit Rp. 80
8 Nov Penjualan 480 unit Rp. 500
13 Nov Pembelian 150 unit Rp. 120
17 Nov Pembelian 200 unit Rp. 110
23 Nov Penjualan 190 unit Rp. 500
Transaksi dan
Jurnal Perusahaan Dagang
I. Transaksi Perusahaan Dagang
Daya saing yang terjadi dalam perdagangan menjadikan setiap perusahaan untuk mempunyai strategi bisnis. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan antara lain adalah memberikan jangka waktu pembayaran (penjualan secara kredit), memberikan potongan, pelayanan purna jual, dan sebagainya. Setiap transaksi bisnis minimal terdiri dua pihak yaitu penjual dan pembeli, dimana ada ketentuan-ketentuan yang perlu disepakati antara lain:
1. Perpindahan Hak Kepemilikan
Perpindahan hak kepemilikan dalam transaksi bisnis menjadi hal yang penting dikarenakan hal ini berhubungan dengan kapan perpindahan ha katas barang dilakukan, dan siapa yang menanggung biaya-biaya yang berhubungan dengan perpindahan hak tersebut. Biaya-biaya tersebut antara lain adalah biaya pengiriman barang, biaya asuransi, biaya pajak, dan biaya administrasi lainnya. Ada dua ketentuan yang berhubungan dengan perpindahan hak kepemilikan antara lain:
a. Franko Gudang Penjualan (Free on Board – FOB Shipping Point)
FOB Shipping Point merupakan syarat penyerahan barang dimana hak kepemilikan atas barang tersebut terjadi di gudang penjual. Semua biaya-biaya seperti biaya angkut, biaya asuransi dan biaya administrasi lainnya yang berhubungan dengan penyerahan barang dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
Bab 9
b. Franko Gudang Pembeli (Free on Board – FOB Destination)
FOB Destination merupakan syarat penyerahan barang dimana hak kepemilikan atas barang tersebut terjadi di gudang pembeli. Semua biaya-biaya seperti biaya angkut, biaya asuransi dan biaya administrasi lainnya yang berhubungan dengan penyerahan barang dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli menjadi tanggung jawab pihak penjual.
2. Potongan Harga
Saat ini secara umum perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan transaksi bisnis perusahaan. Transaksi kredit menyebabkan perbedaan waktu antara penyerahan barang dengan penerimaan kas, sehingga menimbulkan piutang bagi pihak penjual dan di pihak pembeli akan menimbulkan hutang usaha. Selain itu, agar transaksi bisnis meningkat dapat juga dengan menerbitkan katalog atau daftar harga barang yang dijual, dengan tujuan untuk menarik perhatian pembeli sehingga terjadi transaki dalam jumlah yang besar.
a. Potongan Tunai (Cash Discount)
Syarat untuk waktu pembayaran yang disepakati oleh penjual dan pembeli disebut syarat kredit (credit terms). Diperlukan kejelasan mengenai syarat kredit ini agar
Syarat untuk waktu pembayaran yang disepakati oleh penjual dan pembeli disebut syarat kredit (credit terms). Diperlukan kejelasan mengenai syarat kredit ini agar