• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membandingkan Metode Biaya Persediaan

Dalam dokumen AKUNTANSI Berbasis PSAK Terbaru (Halaman 96-0)

Bab 8 Akuntansi Perusahaan Dagang

IV. Membandingkan Metode Biaya Persediaan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai metode biaya persediaan yang berbeda pada akhirnya akan menghasilkan nilai yang sama saat jumlah persediaan telah habis dan juga apabila biaya unit tetap stabil. Jika kondisi harga berubah-ubah, maka biasanya pada tiap metode biaya persediaan akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk: (1) harga pokok penjualan, (2) laba kotor, (3) laba bersih, dan (4) persediaan akhir.

Berdasarkan PSAK 14 adopsi IFRS mengenai persediaan, untuk metode biaya Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) sudah tidak diperbolehkan lagi.

Ada beberapa hal yang menyebabkan PSAK tidak memperbolehkan menggunakan metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO), antara lain adalah: (1) metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) tidak dapat mencerminkan arus persediaan aktual secara andal; (2) penggunaan metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) dipengaruhi oleh perpajakan, di mana pendapatan dari penjualan disandingkan dengan biaya barang yang diperoleh paling akhir. Jika ada kenaikan harga, keuntungan yang dilaporkan semakin rendah dan kewajiban pajak juga menjadi semakin rendah; (3) penggunaan metode ini mengakibatkan nilai persediaan yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan tidak berkaitan dengan tingkat biaya persediaan paling akhir.

Rangkuman

· Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan operasionalnya menjual barang jadi tanpa merubah bentuk.

· Karakteristik yang dimiliki perusahaan dagang adalah sebagai berikut:

a. Melibatkan pembelian dan penjualan barang dagang.

b. Pendapatan diakui sebagai penjualan (sales), sedangkan biayanya diakui sebagai beban yang disebut beban pokok penjualan (cost of goods sold).

c. Menghasilkan laba kotor (gross profit) dari penjualan setelah dikurangi beban pokok penjualan (cost of goods sold). Jumlah ini disebut laba kotor karena masih harus dikurangi dengan beban operasi.

d. Memiliki persediaan barang dagang (merchandise inventory), yaitu sisa barang dagang (yang belum terjual) di akhir periode akuntansi.

· Kegiatan operasional perusahaan dagang meliputi, aktivitas pembelian, aktivitas penjualan, dan aktivitas penagihan. Oleh karena itu, siklus operasi berawal dari pengeluaran kas dan berakhir dengan penerimaan kas dari pelanggan.

· Metode penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan antara lain adalah First In First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO), dan Average.

· Metode First In First Out (FIFO) yaitu harga barang yang pertama masuk yang digunakan saat barang itu yang pertama dijual.

· Metode Last In First Out (LIFO) yaitu harga barang yang terakhir masuk yang digunakan saat barang itu yang pertama dijual.

· Metode Rata-rata (Average) yaitu menggunakan rata-rata harga pokok per unit.

· Berdasarkan PSAK 14 adopsi IFRS mengenai persediaan, untuk metode biaya Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) sudah tidak diperbolehkan lagi. Hal tersebut disebabkan karena: (1) metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) tidak dapat mencerminkan arus persediaan aktual secara andal; (2) penggunaan metode Masuk Terakhir Pertama Keluar – MTPK (Last In First Out – LIFO) dipengaruhi oleh perpajakan, di mana pendapatan dari penjualan disandingkan dengan biaya barang yang diperoleh paling akhir.

Soal Latihan

Latihan 1

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perusahaan dagang, serta sebutkan karakteristik dari perusahaan dagang!

2. Sebutkan dan jelaskan kegiatan operasional perusahaan dagang!

3. Sebutkan dan jelaskan metode penilaian persediaan berdasarkan PSAK 14!

4. Jelaskan alasan metode LIFO tidak lagi dipergunakan dalam metode penilaian persediaan!

Latihan 2

1. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Jan Persediaan 20 pcs Rp. 200.000

20 Jun Pembelian 40 pcs Rp. 210.000

10 Des Pembelian 25 pcs Rp. 230.000

Tersedia untuk dijual 85 pcs

Pada 31 Desember diketahui terdapat 21 pcs barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO dan LIFO!

2. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Jan Persediaan 100 unit Rp. 10.000

1 Jul Pembelian 230 unit Rp. 8.500

24 Nov Pembelian 170 unit Rp. 9.000

Tersedia untuk dijual 500 unit

Pada 31 Desember diketahui terdapat 150 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO dan Rata-rata tertimbang!

3. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Jan Persediaan 50 unit Rp. 35.000

17 Apr Pembelian 190 unit Rp. 32.000

23 Okt Pembelian 160 unit Rp. 34.000

Tersedia untuk dijual 400 unit

Pada 31 Desember diketahui terdapat 75 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan LIFO dan Rata-rata tertimbang!

4. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Jan Persediaan 120 unit Rp. 50.000

10 Jan Pembelian 200 unit Rp. 52.000

20 Jan Pembelian 160 unit Rp. 54.000

Pada 31 Januari diketahui terdapat 150 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO dan LIFO!

5. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Feb Persediaan 60 unit Rp. 5.000

6 Feb Pembelian 120 unit Rp. 4.900

15 Feb Pembelian 100 unit Rp. 5.100

26 Feb Pembelian 150 unit Rp. 5.000

Pada 27 Februari diketahui terdapat100 unit barang di persediaan fisik. Tentukan biaya persediaan akhir dan beban pokok penjualan dengan menggunakan FIFO, LIFO dan Rata-rata tertimbang!

Latihan 3

1. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Jun Persediaan 400 pcs Rp. 2.000

7 Jun Pembelian 230 pcs Rp. 1.800

14 Jun Pembelian 150 pcs Rp. 2.100

21 Jun Pembelian 200 pcs Rp. 2.000

Tersedia untuk dijual 980 pcs

Harga jual untuk tiap piece adalah Rp. 5.000,-. Diketahui ada 30 Juni barang dagang yang terjual sebanyak 830 pcs. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan FIFO!

2. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Sep Persediaan 35 pcs Rp. 60.000

10 Sep Pembelian 60 pcs Rp. 55.000

18 Sep Pembelian 55 pcs Rp. 58.000

23 Sep Pembelian 100 pcs Rp. 50.000

Tersedia untuk dijual 250 pcs

Harga jual untuk tiap piece adalah Rp. 100.000,-. Diketahui ada 30 September barang dagang yang terjual sebanyak 210 pcs. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan LIFO!

3. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Nov Persediaan 20 unit Rp. 120.000

6 Nov Pembelian 50 unit Rp. 150.000

15 Nov Pembelian 45 unit Rp. 200.000

20 Nov Pembelian 70 unit Rp. 160.000

Tersedia untuk dijual 185 unit

Harga jual untuk tiap unit adalah Rp. 230.000,-. Diketahui ada 30 November barang dagang yang terjual sebanyak 150 unit. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan rata-rata tertimbang!

4. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Des Persediaan 100 unit Rp. 20.000

3 Des Pembelian 150 unit Rp. 18.000

14 Des Pembelian 230 unit Rp. 18.100

22 Des Pembelian 200 unit Rp. 18.300

Harga jual untuk tiap unit adalah Rp. 70.000,-. Diketahui ada 31 Desember barang dagang yang terjual sebanyak 600 unit. Tentukan (a) biaya persediaan akhir, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang!

5. Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Juli Persediaan 200 unit Rp. 3.000

5 Juli Pembelian 250 unit Rp. 2.700

10 Juli Pembelian 300 unit Rp. 2.500

15 Juli Pembelian 200 unit Rp. 3.100

Harga jual untuk tiap unit adalah Rp. 10.000,-. Diketahui ada 31 Juli sisa barang dagang yang tidak terjual sebanyak 120 unit. Tentukan (a) penjualan, (b) beban pokok penjualan dan (c) laba kotor dengan menggunakan FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang!

Latihan 4

1. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode FIFO!

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Juni Persediaan 100 unit Rp. 2.000

7 Juni Pembelian 230 unit Rp. 1.800

8 Juni Penjualan 130 unit Rp. 8.000

10 Juni Pembelian 150 unit Rp. 2.100

13 Juni Penjualan 120 unit Rp. 8.000

15 Juni Pembelian 150 unit Rp. 2.000

20 Juni Pembelian 250 unit Rp. 1.900

25 Juni Penjualan 250 unit Rp. 8.000

2. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode LIFO!

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Juli Persediaan 80 pcs Rp. 500

3 Juli Pembelian 100 pcs Rp. 450

6 Juli Pembelian 90 pcs Rp. 480

8 Juli Penjualan 150 pcs Rp. 1.200

11 Juli Pembelian 150 pcs Rp. 500

15 Juli Penjualan 100 pcs Rp. 1.200

3. Berdasarkan informasi ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode rata-rata tertimbang!

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Okt Persediaan 70 pcs Rp. 300

3 Okt Pembelian 100 pcs Rp. 350

6 Okt Pembelian 130 pcs Rp. 310

10 Okt Penjualan 250 pcs Rp. 500

11 Okt Pembelian 150 pcs Rp. 320

15 Okt Penjualan 100 pcs Rp. 500

17 Okt Pembelian 110 pcs Rp. 340

4. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode FIFO dan LIFO, serta tentukan laba kotor yang diperoleh!

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Juni Persediaan 100 unit Rp. 1.000

7 Juni Pembelian 200 unit Rp. 1.200

8 Juni Penjualan 160 unit Rp. 5.000

10 Juni Pembelian 250 unit Rp. 1.100

14 Juni Pembelian 100 unit Rp. 1.300

16 Juni Penjualan 120 unit Rp. 5.000

18 Juni Penjualan 50 unit Rp. 5.000

20 Juni Pembelian 150 unit Rp. 1.200

27 Juni Penjualan 170 unit Rp. 5.000

5. Berdasarkan informasi di bawah ini, catatlah persediaan barang dagang dalam kartu stok, dengan metode rata-rata tertimbang, serta tentukan laba kotor yang diperoleh!

Tanggal Keterangan Kuantitas Biaya per Unit

1 Nov Persediaan 300 unit Rp. 100

5 Nov Pembelian 250 unit Rp. 80

8 Nov Penjualan 480 unit Rp. 500

13 Nov Pembelian 150 unit Rp. 120

17 Nov Pembelian 200 unit Rp. 110

23 Nov Penjualan 190 unit Rp. 500

Transaksi dan

Jurnal Perusahaan Dagang

I. Transaksi Perusahaan Dagang

Daya saing yang terjadi dalam perdagangan menjadikan setiap perusahaan untuk mempunyai strategi bisnis. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan antara lain adalah memberikan jangka waktu pembayaran (penjualan secara kredit), memberikan potongan, pelayanan purna jual, dan sebagainya. Setiap transaksi bisnis minimal terdiri dua pihak yaitu penjual dan pembeli, dimana ada ketentuan-ketentuan yang perlu disepakati antara lain:

1. Perpindahan Hak Kepemilikan

Perpindahan hak kepemilikan dalam transaksi bisnis menjadi hal yang penting dikarenakan hal ini berhubungan dengan kapan perpindahan ha katas barang dilakukan, dan siapa yang menanggung biaya-biaya yang berhubungan dengan perpindahan hak tersebut. Biaya-biaya tersebut antara lain adalah biaya pengiriman barang, biaya asuransi, biaya pajak, dan biaya administrasi lainnya. Ada dua ketentuan yang berhubungan dengan perpindahan hak kepemilikan antara lain:

a. Franko Gudang Penjualan (Free on Board – FOB Shipping Point)

FOB Shipping Point merupakan syarat penyerahan barang dimana hak kepemilikan atas barang tersebut terjadi di gudang penjual. Semua biaya-biaya seperti biaya angkut, biaya asuransi dan biaya administrasi lainnya yang berhubungan dengan penyerahan barang dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli menjadi tanggung jawab pihak pembeli.

Bab 9

b. Franko Gudang Pembeli (Free on Board – FOB Destination)

FOB Destination merupakan syarat penyerahan barang dimana hak kepemilikan atas barang tersebut terjadi di gudang pembeli. Semua biaya-biaya seperti biaya angkut, biaya asuransi dan biaya administrasi lainnya yang berhubungan dengan penyerahan barang dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli menjadi tanggung jawab pihak penjual.

2. Potongan Harga

Saat ini secara umum perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan transaksi bisnis perusahaan. Transaksi kredit menyebabkan perbedaan waktu antara penyerahan barang dengan penerimaan kas, sehingga menimbulkan piutang bagi pihak penjual dan di pihak pembeli akan menimbulkan hutang usaha. Selain itu, agar transaksi bisnis meningkat dapat juga dengan menerbitkan katalog atau daftar harga barang yang dijual, dengan tujuan untuk menarik perhatian pembeli sehingga terjadi transaki dalam jumlah yang besar.

a. Potongan Tunai (Cash Discount)

Syarat untuk waktu pembayaran yang disepakati oleh penjual dan pembeli disebut syarat kredit (credit terms). Diperlukan kejelasan mengenai syarat kredit ini agar kedua belah pihak dapat memahami kapan dilakukan pembayaran dan berapa jumlah yang harus dibayarkan. Waktu kelonggaran yang diberikan kepada pembeli untuk membayar disebut dengan periode kredit. Periode kredit biasanya dimulai dengan tanggal penjualan. Syarat kredit biasanya dinyatakan dengan syarat misal 2/10, n/30 atau 2/EOM, n/60. Syarat 2/10, n/30 artinya pihak pembeli mendapatkan potongan sebesar 2% dari harga faktur apabila pembayaran dilakukan paling lambat hari ke sepuluh dan jatuh tempo pembayaran secara penuh pada hari ke tiga puluh. Syarat 2/EOM, n/60 artinya pihak pembeli mendapatkan potongan sebesar 2% dari harga faktur apabila pembayaran dilakukan paling lambat akhir bulan (end of the month) dan jatuh tempo pembayaran secara penuh pada hari ke enam puluh. Potongan yang diberikan karena membayar sesuai dengan syarat yang telah ditentukan (masa potongan) disebut dengan potongan tunai. Bagi pihak pembeli diakui sebagai potongan tunai pembelian, sedangkan bagi pihak penjual diakui sebagai potongan tunai penjualan.

Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 Januari 2018 PT. Azka Nabila membeli secara kredit barang elektronik kepada PT. Arifah Yasmin sebesar Rp. 10.000.000,- dengan syarat 2/10, n/30. Pada tanggal 7 Januari 2018 PT. Azka Nabila melunasi seluruh hutangnya kepada PT. Arifah Yasmin.

Pencatatan:

PT. Azka Nabila

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 01 Barang Elektronik 10.000.000

Hutang Usaha 10.000.000

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 07 Hutang Usaha 10.000.000

Potongan Tunai Pembelian *) 200.000

Kas 9.800.000

*) Potongan tunai pembelian: 2 % × Rp. 10.000.000 = Rp.

200.000,-PT. Arifah Yasmin

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 01 Barang Elektronik 10.000.000

Penjualan 10.000.000

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 07 Hutang Usaha 9.800.000

Potongan Tunai Penjualan *) 200.000

Piutang Usaha 10.000.000

**) Potongan tunai penjualan: 2 % × Rp. 10.000.000 = Rp. 200.000,-b. Potongan Dagang (Trade Discount)

Strategi perusahaan untuk mendorong para pelanggan agar dapat membeli jumlah besar adalah dengan memberikan potongan berdasarkan harga dari katalog. Harga yang ada di katalog bukan merupakan harga yang dibayarkan oleh pelanggan. Jadi, potongan yang diberikan kepada pelanggan dikarenakan jumlah pembelian yang besar atau kondisi tertentu disebut sebagai potongan dagang.

Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 Januari 2018 PT. Azka Nabila membeli secara kredit barang elektronik kepada PT. Arifah Yasmin berdasarkan harga katalog sebesar Rp. 10.000.000,-. PT. Arifah Yasmin memberikan potongan dagang kepada PT. Azka Nabila sebesar 30% + 15% berdasarkan harga katalog.

Berdasarkan informasi tersebut harga yang harus dibayarkan PT. Azka Nabila adalah sebesar:

Harga Katalog Rp. 10.000.000

Potongan Dagang 30% Rp. (3.000.000)

Rp. 7.000.000

Potongan Dagang 15% Rp. (1.050.000)

Harga yang Harus Dibayarkan Rp. 5.950.000

3. Retur dan Keringanan Harga (Return and Allowances)

Barang yang dibeli oleh pembeli dalam kondisi barang yang rusak, cacat atau tidak sesuai dengan yang dipesan maka pembeli diperkenankan untuk dapat mengembalikan (retur) barang tersebut atau meminta keringanan harga. Retur dan keringanan harga berlaku untuk transaksi yang dilakukan secara tunai ataupun kredit.

Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 Januari 2018 PT. Azka Nabila membeli secara kredit barang elektronik kepada PT. Arifah Yasmin sebesar Rp. 10.000.000,-. Diketahui ada barang elektronik yang dibeli PT. Azka Nabila mengalami cacat senilai Rp. 1.300.000,-.

Tanggal 3 Januari 2018 PT. Azka Nabila meretur barang tersebut ke PT. Arifah Yasmin.

Pencatatan:

PT. Azka Nabila

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 03 Hutang Usaha 1.300.000

Retur dan Keringanan Harga 1.300.000

PT. Arifah Yasmin

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 03 Retur dan Keringanan Harga 1.300.000

Piutang Usaha 1.300.000

4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Berdasarkan peraturan perpajakan di Indonesia setiap penyerahan barang atau jasa dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%. Bagi pihak penjual, pada saat menjual barang dagang (barang kena pajak) akan memungut pajak kepada pihak pembeli yang akan dicatat sebagai hutang PPN atau disebut juga sebagai PPN Keluaran.

Sedangkan bagi pihak pembeli, pembelian barang dagang (barang kena pajak) dipungut pajak oleh penjual dan dicatat sebagai piutang PPN atau disebut juga sebagai PPN Masukan. Bagi perusahaan, secara periodik (setiap bulan) selisih antara PPN masukan dengan PPN keluaran disetorkan ke kas Negara.

Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 Januari 2018 PT. Azka Nabila membeli secara kredit barang elektronik kepada PT. Arifah Yasmin sebesar Rp. 10.000.000,- dikenakan PPN.

Pencatatan:

PT. Azka Nabila

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 01 Barang Elektronik 10.000.000

PPN Masukan 1.000.000

Hutang Usaha 11.000.000

PT. Arifah Yasmin

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 01 Piutang Usaha 11.000.000

PPN Keluaran 1.000.000

Penjualan 11.000.000

II. Sistem Pencatatan Barang Dagang

Transaksi utama di perusahaan dagang adalah barang dagang, sehingga sistem pencatatannya merupakan hal yang penting. Ada dua sistem pencatatan di perusahaan dagang, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Sistem periodik merupakan sistem pencatatan barang dimana mutasi masuk dan keluarnya barang tidak diikuti, sehingga besarnya nilai persediaan barang dagang diketahui dengan cara menghitung secara fisik barang yang ada di gudang pada akhir periode. Oleh karena itu, sistem periodik sering disebut juga sebagai sistem fisik. Sistem perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan barang dimana mutasi secara kontinu (terus menerus) mengenai masuk dan keluarnya barang dagang selama periode berjalan dicatat di dalam kartu persediaan. Sehingga, sistem pencatatan ini sering disebut dengan sistem kontinu. Berikut di bawah ini perbedaan sistem periodik dan sistem perpetual.

No. Keterangan Sistem Periodik Sistem Perpetual

1. Pencatatan persediaan Pencatatan persediaan barang dagang pada akhir periode melalui peneyesuaian

Setiap transaksi pembelian dan penjualan barang dagang dicatat di akun persediaan barang dagang

2. Transaksi pembelian Dicatat pada akun embelian barang dagang sebagai penambahan

Dicatat pada akun persediaan barang dagang sebagai penambahan

No. Keterangan Sistem Periodik Sistem Perpetual 3. Transaksi potongan

pembelian Dicatat di akun potongan pembelian sebagai akun kontra dari akun pembelian barang dagang

Dicatat di akun persediaan barang dagang sebagai pengurang

4. Transaksi retur pembelian dan keringanan harga

Dicatat di akun retur pembelian dan keringanan harga sebagai akun kontra dari akun pembelian barang dagang

Dicatat di akun persediaan barang dagang sebagai pengurang

5. Transaksi pembayaran

beban angkut pembelian Dicatat di akun beban angkut pembelian sebagai penambah akun pembelian barang dagang

Dicatat di akun persediaan barang dagang sebagai penambah

6. Transaksi penjualan

barang dagang Dicatat di akun penjualan barang

dagang sebagai penambah Dicatat di akun penjualan barang dagang sekaligus dicatat sebagai penambahan di akun beban pokok penjualan dan pengurang di akun persediaan barang dagang

7. Transaksi potongan

penjualan Dicatat di akun potongan penjualan sebagai akun kontra terhadap akun penjualan

Dicatat di akun potongan penjualan sebagai akun kontra terhadap akun penjualan 8. Transaksi retur

penjualan dan keringanan harga

Dicatat di akun retur penjualan dan keringanan harga sebagai akun kontra terhadap akun penjualan barang dagang

Dicatat di akun retur penjualan dan keringanan harga sebagai akun kontra terhadap akun penjualan barang dagang, sekaligus dicatat pengurangan di akun beban pokok penjualan dan penambahan di akun persediaan barang dagang

9. Pencatatan pada akhir

periode (penyesuaian) Terdapat pencatatan penyesuaian terhadap akun persediaan barang dagang dan perhitungan beban pokok penjualan

Tidak ada pencatatan penyesuaian

1. Pencatatan Transaksi Dengan Sistem Periodik

Aktivitas utama dari perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang dagang baik secara tunai ataupun secara kredit. Ada beberapa akun yang terkait di dalam transaksi pembelian dan penjualan barang dagang dengan sistem periodik, antara lain adalah:

a. Persediaan Barang Dagang

Akun persediaan barang dagang merupakan akun riil (elemen aset) yang ada di laporan posisi keuangan. Saldo normal akun persediaan barang dagang berada di debit, dimana akun tersebut digunakan untuk mencatat mutasi barang dagang.

berdasarkan sistem periodik, mutasi barang dagang tidak dicatat selama periode

berjalan di akun persediaan barang dagang, sehingga untuk dapat mengetahui besarnya nilai persediaan harus dilakukan penyesuaian akun pada akhir periode.

b. Pembelian Barang Dagang

Akun pembelian barang dagang merupakan akun nominal (elemen beban) yang bersaldo normal di debit, dimana akun tersebut digunakan untuk mencatat saat pembeliaan barang dagang selama satu periode. Jumlah barang yang tersedia dijual dan jumlah barang yang terjual dilaporkan pada saat akhir periode.

Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 Januari 2018 PT. Azka Nabila membeli barang dagang secara kredit dengan syarat 2/10, n/30 kepada PT. Arifah Yasmin sebesar Rp.

10.000.000,-Jurnal untuk transaksi pembelian barang dagang adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 01 Pembelian Barang Dagang 10.000.000

Hutang Usaha 10.000.000

c. Potongan Pembelian

Akun potongan pembelian merupakan akun nominal (elemen beban) yang bersaldo normal di kredit dan merupakan akun kontra dari akun pembelian barang dagang. Akun potongan pembelian digunakan untuk mencatat transaksi potongan pembelian yang diterima atas pembayaran yang dilakukan pada masa potongan.

Lanjut dari ilustrasi sebelumnya, Masa potongan yang diterima PT. Azka Nabila selama 10 hari dari tanggal pembelian, dimana akan berakhir pada tanggal 10 Januari 2018. Pada tanggal 7 Januari 2018 PT. Azka Nabila melunasi hutangnya kepada PT. Arifah Yasmin sehingga PT. Azka Nabila mendapatkan potongan tunai pembelian: 2 % × Rp. 10.000.000 = Rp. 200.000,-.

Jurnal untuk transaksi potongan tunai pembelian adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 07 Hutang Usaha 10.000.000

Potongan Tunai Pembelian 200.000

Kas 9.800.000

d. Retur Pembelian dan Keringanan Harga

Akun retur pembelian dan keringanan harga merupakan akun nominal (elemen beban) yang bersaldo normal di kredit. Akun retur pembelian dan keringanan harga digunakan untuk mencatat pengembalian barang yang dikarenakan alasan tertentu seperti barang cacat/rusak, atau tidak sesuai dengan pesanan.

Sebagai ilustrasi, diketahui ada barang dagang yang dibeli PT. Azka Nabila mengalami cacat senilai Rp. 1.300.000,-. Tanggal 3 Januari 2018 PT. Azka Nabila meretur barang tersebut ke PT. Arifah Yasmin.

Jurnal untuk transaksi retur pembelian dan keringanan harga adalah sebagai berikut:

PT. Azka Nabila

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Jan 03 Hutang Usaha 1.300.000

Retur dan Keringanan Harga 1.300.000

e. Beban Angkut Pembelian

Akun beban angkut pembelian merupakan akun nominal (akun beban) yang bersaldo normal di debit. Akun tersebut dicatat berdasarkan transaksi dimana

Akun beban angkut pembelian merupakan akun nominal (akun beban) yang bersaldo normal di debit. Akun tersebut dicatat berdasarkan transaksi dimana

Dalam dokumen AKUNTANSI Berbasis PSAK Terbaru (Halaman 96-0)