• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN A Latar Belakang

E. Kerangka Pemikiran Penelitian

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Kabupaten Wonosobo a Letak dan Luas

Wonosobo merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada 7˚ 04’13‖ - 7˚ 04’.40‖ LS, dan 109˚ 43’19‖ dan 110˚ 04’ 40‖ BT dengan luas wilayah mencapai 98.468 hektar. Secara administratif Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 15 Kecamatan, yaitu Kecamatan Wonosobo, Kertek, Selomerto, Leksono, Garung, Kejajar, Mojotengah, Watumalang, Sapuran, Kepil, Kalikajar, Kalibawang, Kaliwiro, Wadaslintang dan Kecamatan Sukoharjo. Kabupaten ini berbatasan dengan:

• Kabupaten Banjarnegara, Kendal dan Batang di sebelah utara. • Kabupaten Temanggung dan Magelang di sebelah timur. • Kabupaten Purworejo dan Kebumen di sebelah selatan.

• Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen di sebelah Barat.

Secara lebih jelas, peta administrasi Kabupaten Wonosobo disajikan pada Gambar 2 berikut.

Sumber: Wonosobo Dalam Angka 2010

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo b. Penguasaan dan Pemanfaatan Lahan

Penggunaan lahan utama di wilayah Kabupaten Wonosobo adalah untuk tegalan/kebun, yang mana luas lahan untuk tanah kering/tegalan/kebun adalah 55.140,90 ha atau 55,99% dari total wilayah kabupaten. Penggunaan lainnya meliputi tanah sawah yang mencakup 18.696,68 ha (18,99%), hutan negara 18.909,72 ha (19,20%), perkebunan negara/swasta seluas 2.764,51 ha (2,80%) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01%) (Gambar 3).

Sumber: Wonosobo Dalam Angka 2010

Gambar 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Wonosobo

Tanah kering merupakan bagian terluas dari wilayah Wonosobo. Pada wilayah tersebut penguasaan ada pada masyarakat, selain sawah dan penggunaan lainnya. Sementara itu, hutan dikuasai oleh negara (state forest) yang pengelolaannya dilakukan oleh Perum Perhutani, dan perkebunan oleh swasta. Tidak ditemukan data rinci mengenai penggunaan tanah kering tersebut.

Dapat dikemukakan bahwa kondisi tanah di Kabupaten Wonosobo tergolong subur, karena terletak di sekitar gunung api muda. Wajar jika dimanfaatkan untuk tanaman pertanian yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo. Komoditi utama pertanian yang dikembangkan antara lain kentang, tembakau, kopi, pepaya carica, purwaceng, jamur, kol dan wortel. Kebun dan hutan rakyat berkembang sangat pesat, khususnya di wilayah bagian tengah dan selatan (Nugroho, 2009).

c. Kondisi Agro-ekosistem

Wonosobo beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 24˚-30˚C pada siang hari, dan turun menjadi 20˚C pada malam hari. Pada bulan Juli sampai Agustus suhu udara terasa lebih dingin, antara 15˚-20˚C pada siang hari, dan mencapai 12˚C pada malam hari. Hujan turun hampir sepanjang tahun, dengan curah hujan rata-rata 4.495 mm. Mengacu pada catatan statistik, Juli merupakan

bulan yang paling jarang hujan, dan paling banyak terjadi hujan pada bulan Januari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari dengan curah hujan rata-rata 3.400 mm, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan Watumalang (1.554 mm). Peta curah hujan untuk kawasan Dieng dan sekitarnya disajikan pada Gambar 4 berikut:

Sumber: Tim Kerja Pemulihan Dieng, 2011

Gambar 4. Peta Curah Hujan Kawasan Dieng dan sekitarnya

Menurut data BPS Kabupaten Wonosobo 2010, jenis tanah di Kabupaten Wonosobo dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

- Andosol (25%), tersebar di Kecamatan Kejajar, sebagian Garung, Mojotengah, Watumalang, Kertek dan Kalikajar,

- Regosol (40%), terdapat di Kecamatan Kertek, Sapuran, Kalikajar, Selomerto, Watumalang dan Garung, dan

- Tanah Podsolik (35%) terdapat di Kecamatan Selomerto, Leksono dan Sapuran.

Bentang alam Wonosobo berupa pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 270 meter sampai dengan 2.250 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sulit menemukan daerah datar di Wonosobo. Hanya 54,4 ha luas wilayah masuk dalam

kategori datar. Sebagian besar wilayah mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 30% (Tabel 3). Dan beberapa wilayah kabupaten Wonosobo merupakan daerah yang labil sehingga rawan terjadi tanah longsor.

Tabel 3. Topografi Luas Kemiringan Lahan Kabupaten Wonosobo

URAIAN LUAS (Ha)

Datar ( 3 – 8 % ) 54,4 ha

Bergelombang ( 8 – 15 % ) 24.769,1 ha

Curam ( 15 – 40 % ) 42.173,6 ha

Sangat Curam ( > 40 % ) 31.829,9 ha

Sumber: Wonosobo Dalam Angka 2010

Daerah pegunungan Wonosobo di bagian utara menjadi sumber mata air yang mengalir beberapa sungai, yaitu Sungai Serayu, Bogowonto, Kali Putih, Kali Galuh, Kali Semagung, dan Luk Ulo. Sebagian besar sungai ini dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, keperluan rumah tangga, air minum komersial dan sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Terdapat satu bendungan besar Mrica (Sudirman) di wilayah Kabupaten Banjarnegara yang berasal dari Sungai Serayu yang digunakan untuk irigasi dan PLTA. Aliran sungai lainnya digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Mengacu pada pembagian wilayah pengelolaan sungai, Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :

 SSWS Serayu Hulu mempunyai luas daerah tangkapan 591,34 km2 dengan panjang sungai 45 km

 SSWS Bogowonto seluas 146,10 km2 dengan panjang sungai 26,70 km

 SSWS Medono seluas 196,10 km2 dengan panjang sungai 10,25 km

 SSWS Luk Ulo seluas 51,27 km2 dengan Sungai Luk Ulo dengan panjang sungai 7,50 km.

d. Kependudukan dan Perekonomian Kependudukan

Hasil Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo adalah sebanyak 789.848 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 398.933 jiwa dan perempuan 390.915 jiwa dengan rasio jenis kelamin 102,05. Pertambahan penduduk dari tahun 2008 ke 2009 sebesar 5.622 jiwa berasal dari mutasi penduduk lahir sebanyak 9.961 jiwa, meninggal sebanyak 3.733 jiwa, datang 3.983, dan pergi 4.589. Tingkat kelahiran tertinggi sebesar 16,86% terjadi di Kecamatan Kaliwiro dan tingkat kematian tertinggi sebesar 6,97% terjadi di Kecamatan Kepil.

Bila dilihat per kecamatan, jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Kertek yaitu sebanyak 77.169 jiwa, disusul Kecamatan Wonosobo sebesar 76.996 jiwa, sedangkan Kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Kalibawang yaitu sebesar 26.029 jiwa. Ditinjau dari pertumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir (2005-2009), Kecamatan Garung mengalami pertumbuhan penduduk yang paling tinggi sebesar 0,93%, sedangkan pertumbuhan penduduk terendah di Kecamatan Wonosobo sebesar 0,27%.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebesar 802 jiwa per Km2. Bila dilihat per kecamatan, angka kepadatan penduduk cukup bervariasi. Angka kepadatan penduduk yang paling tinggi terdapat di kecamatan Wonosobo sebesar 2.378 jiwa per Km2 sedangkan yang paling rendah di Kecamatan Wadaslintang sebesar 433 jiwa per Km2.

Perekonomian

Sektor pertanian memiliki perananan penting dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo. Merujuk pada angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2004- 2006, Sektor Pertanian menyumbang rata-rata per tahun sebesar 48,95%. Nilai kontribusi bertambah besar jika memasukan sektor industri pengolahan berbasis pertanian ikut diperhitungkan. Kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Peranan masing-masing sektor dalam PDRB (%) Kabupatren Wonosobo Atas Dasar harga Konstan Tahun 2004 - 2006

No Sektor Produk Domestik Regional Bruto (Tahun)

2004 2005 2006 1 Pertanian 48,93 49,04 49,08 2 Pertambangan dan Penggalian 0,71 0,72 0,72 3 Industri Pengolahan 11,28 11,13 11,08

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,72 0,72 0,72

5 Bangunan 4,04 4,04 4,04

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

11,60 11,65 11,74

7 Angkutan dan Komunikasi 5,93 5,89 5,86

8 Bank, Persewaan & Jasa Perusahaan

6,14 6,15 6,12

9 Jasa-jasa 10,66 10,66 10,65

PDRB 100 100 100

Sumber: Wonosobo Dalam Angka 2009