KURIKULUM INTI
2. Kajian Linguistik (Linguistic Courses)
Menurut Richards dkk. (1992: 215), linguistics is the study of language as a system of human communication (linguistik adalah studi bahasa sebagai sebuah sistem komunikasi manusia). Kendati bermacam studi tentang fenomena bahasa telah dilakukan selama berabad-abad, baru akhir-akhir ini linguistik diterima sebagai sebuah disiplin yang independen.
Linguistik memiliki dua peran penting, sebagaimana dikatakan Stork dan Widdowson(1983: 16), bahwa:
Linguistics has two major roles:
1. to establish a workable theory of language at all levels from phonology to semantics, and
2. to apply theoretical considerations to a description or analysis of language or languages.
Bicara substansi kajian bidang linguistik, secara garis besar ilmu bahasa terbagi menjadi dua cabang besar dilihat dari pendekatannya: linguistik deskriptif dan linguistik komparatif. Linguistik deskriptik adalah cabang ilmu bahasa yang meneliti bahasa sebagai entitas yang eksklusif sementara linguistik komparatif memandang bahasa memiliki berbagai hubungan dengan bahasa lainnya.
a. Linguistik Deskriptif
Disiplin ini pada dasarnya meneliti bahasa-bahasa lisan. Dalam disiplin ini, suatu bahasa diteliti lewat ekspresi lisannya dan dinentukan pola-pola atau struktur umum dan khusus yang mengatur bahasa tersebut. Dalam linguistik deskriptif terdapat lima komponen utama dalam bahasa yang dijadikan obyek penelitian.
Kelima komponen ini disusun secara secara hirarkis dimulai dengan komponen unit terkecil yakni bunyi-bunyian, yang kemudian disebut ilmu bunyi atau fonologi
(phonology), sampai dengan ilmu makna yang ditelaah sesuai dengan konteksnya, yang disebut pragmatika (Pragmatics).
1) English Phonology
Dalam komponen ini penelitian dikhususkan pada sistem bebunyian yang menyusun seluruh kata dalam bahasa Inggris. Kajian ini akan bermuara pada suatu ketetapan strukutur bunyi yang mengatur bentukan kata dalam bahasa Inggris sehingga setiap kata tersebut dapat terbedakan maknanya.
2) English Morphology
Setelah dasar penelitian ujaran sebagai unit terkecil dalam bahasa telah dilewati, kajian dilanjutkan terhadap pola pembentukan gugus-gugus ujaran dalam bahasa Inggris. Kelompok bunyi-bunyian ini dikenal sebagai morfem.
3) English Syntcac
Kajian ini menelaah pola hubungan bentukan-bentukan morfem dalam sebuah ungkapan utuh yang disebut dengan klausa. Setiap ungkapan gagasan dikaji menurut pola hubungan unit-unit morfem sehingga dapat diambil simpulan bahwa hubungan antar-morfem tertentu (yang disebut sebagai hubungan sintaksis) dapat mengandung suatu gagasan tertentu pula.
4) English Semantics
Dalam kajian ini, tanda-tanda dalam bahasa baik dari komponen terkecil yang memiliki makna (kata) sampai dengan unit terbesar (kalimat, misalnya) ditelaah secara antar-komponen. Artinya, pertimbangan-pertimbangan fonologis sampai dengan sintaksis dimasukkan hingga dapat disimpulkan hal-hal yang ingin disampaikan oleh pembicara dan hal-hal yang ingin didapat oleh pendengar.
5) Pragmatics
Pragmatika adalah sub-disiplin yang lebih luas dibanding dengan semantika.
Dalam pragmatika konteks-konteks yang melingkupi setiap tindak berbahasa (atau yang lazim dikenal sebagai wacana) turut dipertimbangkan. Dengan dipertimbangkannya konteks-konteks ini maka makna, maksud atau kandungan komunikasi berbada dapat ditelaah dan ditentukan secara lebih luas. Dari kajian inilah, misalnya, makna atau maksud tersemunyi atau tersirat dapat ditentukan.
b. Linguistik Komparatif
Pendekatan penelitian bahasa jenis kedua ini lebih melihat bahasa sebagai sebuah entitas (kenyataan) yang tak bisa dilepaskan dengan entitas lainnya. Dalam pendekatan ini suatu struktur bahasa (Inggris dalam hal ini) dikaji lewat persamaan dan kemiripan dengan bahasa-bahasa lain. Setiap komponen (mulai dari pola bunyi-bunyian sampai dengan pola sintaksis) diperbandingkan dengan bahasa (-bahasa) lain sehingga didapat sebuah simpulan bahwa bahasa Inggris termasuk dalam suatu rumpun bahasa tertentu, atau didapat sebuah simpulan tentang derajat hubungan tertentu antara bahasa Inggris dengan bahasa yang dibandingkan.
Sub-wilayah kajian lingusitik, jika linguistik deskriptif dan linguistik komparatif merupakam dua cabang besar dalam hal pendekatan, maka ada beberapa sub-disiplin linguistik yang memiliki kaitan erat dengan disiplin-disiplin ilmu tertentu. Ada tujuh sub-wilayah linguistik inter-disipliner pada saat ini telah dikembangkan:
1. sosiolinguistik;
2. psikolinguistik;
3. linguistik komputasi;
4. linguistik terapan (yang umumnya dikenal sebagai ilmu pengajaran bahasa);
5. neurolinguistik;
6. linguistik antropologi dan;
7. filsafat bahasa.
Dari ketujuh kajian di atas hanya tiga di antaranya yang dijadikan bahan kajian dalam program studi Sastra Inggris. Pembatasan ini perlu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis dan non-teknis. Linguistik komputasi adalah sebuah cabang yang menelaah bahasa dengan dibantu oleh sistem komputerisasi.
Sekalipun kajian ini sangat berguna karena dapat mengembangkan Al {Artificial Intelligence) misalnya, namun mengingat kendala teknis yang sangat besar (mahalnya laboratorium komputer bahasa dan terbatasnya sumber daya manusia) sub-disiplin ini tidak dimasukkan dalam program studi Sastra Inggris, setidaknya untuk sementara. Di pihak lain, beberapa disiplin seperti neurolinguistik dan linguistik antropologi sudah dikembangkan secara khusus di ilmu psikologi dan antropologi, sehingga dipandang bukan menjadi prioritas kajian dalam program studi sastra Inggris. Dengan demikian program studi sastra Inggris akan memokuskan diri pada tiga sub-disiplin ilmu bahasa yang dilihat dari beberapa segi bisa dilakukan dan dapat memberikan sumbangsih pada masyarakat dan keilmuan secara luas.
1) Sosiolinguistik
Sosiolinguistik menelaah pola-pola hubungan sosial dalam tindakan bahasa dalam suatu bangsa atau komunitas. Setiap individu atau kelompok individu mengekspresikan tatanan sosial dalam mengujarkan bahasanya. Bahasa dalam hal ini juga merupakan wahana bagi masyarakat dalam melanggengkan, mengelola atau berreaksi terhadap bentuk-bentuk hirarki sosial.
2) Psikolinguistik
Setiap individu berbahasa dalam keadaan mental atau jiwa tertentu. Faktor-faktor psikis ini menentukan tingkat kemampuan setiap individu menguasai atau mengembangkan bahasa. Kondisi psikis seorang anak, misalnya, akan menentukan seberapa cepat atau lengkap dia mengakuisisi bahasa. Di samping itu, jika ada seorang individu yang memiliki kelemahan atau penyimpangan dalam berbahasa, maka tentu ada semacam derajat simpangan dalam pemerolehan atau penguasaan bahasa. Masalah-masalah inilah yang menjadi fokus kajian psikolinguistik.
3) Filsafat Bahasa
Sub-wilayah ini mengkhususkan diri dalam pengkajian bahasa secara filosofis. Salah satu tujuannya adalah untuk melihat seberapa mungkin sebuah pola kata yang bisa dimungkinkan muncul dalam pola bahasa yang ada di dunia, atau yang sudah diteliti. Salah satu temuan filsafat bahasa adalah bahwa 95% bahasa dunia memakai pola SPO (subyek-predikat-obyek) dan hanya 5% yang menggunakan pola SOP atau PSO.
Selain hal itu, Alwasilah (1993: 117) juga membagi linguistik ke dalam dua pendekatan, yakni mikrolinguistik dan makrolinguistik. Mikrolinguistik merupakan sentral studi linguistik, yaitu mencakup studi pada bidang fonologi, grammat, dan semantik. Sedangkan makrolinguistik meliputi studi bahasa secara umum, mencakup psikolinguistik, sosiolinguistik, linguistik historis, speech pathology, leksikografi, computational linguistics, dan teori komunikasi.
Berikut ini adalah bagan yang memperlihatkan wawasan mikrolinguistik dan makrolinguistik:
LINGUISTIK
MIKROLrNGUISTIK (linguistics proper, the study of
language system as such)
MAKROLINGUISTIK
belajar dan pengajaran bahasa peran bahasa dalam masyarakat psiko linguistik
Linguistik: Mikrolinguistik dan Makrolinguistik