KURIKULUM INTI
1. Language features (fitur-fitur bahasa):
a) connected speech: penutur bahasa Inggris yang efektif tidak hanya harus mampu melafalkan fonem-fonem individu seperti dalam ungkapan / would have gone, tetapi juga mesti fasih mengucapkan connected speech seperti dalam ungkapan I'd 've gone.
b) expressive devices: penutur asli bahasa Inggris harus mampu mengatur tekanan pada setiap bagian ujaran, mengatur volume dan kecepatan, dan menunjukkan perasaan melalui tindakan non-verbal.
c) lexis and grommar, ujaran spontan ditandai oleh penggunaan sejumlah frasa leksikal umum, terutama dalam menggunakan fungsi-fungsi bahasa tertentu.
d) negotiation language: bahasa negosiasi digunakan untuk klarifikasi dan memperjelas struktur ucapan.
2. Mentallsocialprocessing
a) language processing: penutur yang efektif harus mampu memproses bahasa datam pikiran dan mengungkapkannya datam susunan yang teratur, sehingga maksud penutur bisa tersampaikan.
b) interacting with others: pembicaraan yang efektif juga mesti membutuhkan kemampuan menyimak dan memahami perasaan penyimak, sebab pembicaraan melibatkan interaksi antara dua partisipan atau lebih.
c) (on-the-spot) Information processing: terlepas dari respon kita terhadap perasaan orang lain, kita juga harus mampu memproses informasi tepat pada saat kita mendapatkan informasi tersebut.
c. Membaca (Reading)
Membaca adalah ketempilan memahami teks atau apa yang dibaca. Dulu orang mendefinisikan bahwa keterampilan membaca ini hanya disebut dengan keterampilan menerima atau pasif saja (passive skill) karena hanya melakukan kegiatan membaca saja. Padahal hal yang paling berarti dari kegiatan membaca ini adalah bagaimana mampu memahami apa yang dibaca dan juga mampu mengkritisinya. Makanya kegiatan membaca ini bukan lagi hanya dikatagorikan sebagai kegiatan yang pasif atau menerima saja, tetapi sudah masuk dalam katagori aktif kalau tujuannya memahami dan mengkritisinya (active skill).
Menurut Harmer (2001: 210), dalam proses pembelajaran membaca, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut:
1. Extensive reading
a) extensive reading materials: salah satu prasyarat mendasar dalam menyukseskan program membaca ekstensif adalah bahwa siswa harus membaca materi yang bisa mereka pahami.
b) setting up a library: untuk merancang sebuah program membaca ekstensif, perlu dikembangkan sebuah perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang relevan.
c) the rôle of the teacher in extensive reading programmes: sebagian besar siswa tidak akan mengikuti program membaca ekstensif sendiri jika tidak diwajibkan oleh para guru.
d) extensive reading tasks: karena siswa diperbolehkan memilih teks bacaannya sendiri, mereka tidak akan membaca teks yang sama sekaligus, dan mereka akan mengikuti keinginan dan minat mereka.
2. Intensive reading
a) organiser: siswa harus diberitahu tentang tujuan bacaan mereka, dan berapa lama mereka harus membaca.
b) observer. jika siswa diminta membaca sendiri, mereka harus diberi ruang untuk melakukan hal tersebut.
c) feedback organiser. jika siswa telah menyelesaikan tugas, siswa diikutkan dalam sesi feedback untuk memastikan bahwa tugas itu terselesaikan dengan baik.
d) prompter: setelah selesai membaca sebuah teks, siswa bisa diminta mencermati fitur-fitur bahasa dalam teks tersebut.
d. Menulis (Writing)
Menurut Tarigan (1985: 3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Sementara itu menurut Alwasilah (1997: 169) bahwa menulis adalah suatu modus pengorganisasian makna-makna. Bagian-bagian teks dihubungkan satu sama lain. Di dalamnya terlibat kepaduan (kohesi), struktur proposisi dan urutan jalan pikiran. Dengan demikian menulis merupakan proses mengorganisasikan ide-ide, pesan, atau pengalaman secara runtun dan jelas kedalam bahasa tulisan denga tujuan agar mudah dipahami oleh si penerima pesan (pembaca).
Menulis bahasa Inggris sebagai bahasa asing di negara kita merupakan keterampilan yang paling sulit dan kompleks dibandingkan dengan keterampilan yang lainnya seperti menyimak, membaca, dan berbicara. Ini dikarenakan menulis memerlukan bukan saja grammatika dan retorika , tetapi juga organisasi tulisan,
pemilihan kata, dan aturan menulis lainnya, sehingga keterampilan ini dikatakan lebih formal, artinya bahwa When we write, unlike when we talk, ...but it is public in that most writing is intended for an audience (Broughten, 1978: 116). Menulis berbeda dengan berbicara karena menulis dimaksudkan untuk para pembaca sehingga gaya dan pola berfikir penulis akan terpahami.
Tyner (1985: 5) mengatakan bahwa Writing is a difficult skill that can be improved by practice, it needs many hours of writing practice. Artinya bahwa menulis itu merupakan suatu keterampilan yang sulit dan hanya dapat ditingkatkan dengan banyaknya latihan bahkan bisa berjam-jam latihannya karena kesulitannya ada pada aspek-aspek spelling, punctuation and grammar, arranging and expressing their thoughts (Barras, 1984: 3). Selain itu menulis merupakan proses berfikir atau Writing is a thinking process (Wilkinson, 1986: 8).
Banyak cara yang bisa ditempuh untuk memperoleh keterampilan menulis ini, menurut Hughey (1983: 6) they have to practice a lot (write and re-write), read much, master grammatical, mechanical, rhetorical device aspects, and of course, writing principles, so that their writings can be understood by the readers. Kalau memahami ini, maka sangat beralasan sekali bagaimana orang harus menemui kesulitan dalam menulis karena harus banyak berlatih, menulis terus, membaca terus sebagai bahan pengetahuan, menguasai kaidah bahasa, mekanika, aspek-aspek retorika, dan tentu saja prinsip-prinsip menulis.
Sulitnya keterampilan menulis ini juga dirasakan oleh para mahasiswa Indonesia di Amerika, hasil penelitian Alwasilah di Amerika yang dikutif oleh Mansyur (2002: 3) menunjukkan the most difficult activity for Indonesian students studying in USA is writing paper or other academic reports. Artinya bahwa para
mahasiswa Indonesia di Amerika merasa sangat kesulitan dalam menulis makalah dan laporan ilmiah lainnya. Peneliti Iain, Fisher (1991: 1) mengatakan Indonesian students were hesitant about writing in English although they were competent in structure. Gosal (1995: 12) mengatakan bahwa:
Research in writing also found that out of 73 students (in which eight of them were Indonesian students of the Applied English Center (An English program for International students at the University of Kansas, USA), only 12 students had progressed after a one- year writing course. Yet, the improvement was not significant enough to reach the minimum passing grade, out of the 12 students who had progressed; one of them was an Indonesian student.
Berdasarkan hasil penelitian itu, sangat jelas bahwa menulis pada prinasipnya adalah keterampiulan yang sangat kompleks dimana dari 73 pelajar dilatih dalam setahun dan yangmengalami kemajuan hanya 12 orang, dan salah satunya terdapat pelajar Indonesia.
Mansyur (2002: 112) melakukan penelitian tentang menulis ini pada mahasiswa program studi sastra Inggris IAIN Sunan Gunung Djati Bandung yang hasilnya menunjukan bahwa mereka mempunyai kesulitan dalam hampir semua hal:
pengetahuan, organisasi tulisan, grammatika, penggunaan kosa kata, penggunaan mekanika (penggunaan: tanda baca, kapitalisasi, pemaragrafan dan ejaan). Bahkan kesulitan yang paling kentara adalah dalam hal pengetahuan, disusul dengan bagaimana mengekspresikan idenya secara runtut, penggunaan tatabahasa, pembendaharaan dan penggunaan kosakata, serta penggunaan mekanika tulisan seperti penggunaan tanda baca, penggunaan hurup besar, dan ejaan. Dalam menulis, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan agar tidak tertinggal satupun karena semuanya itu terintegrasi. Artinya orang yang menulis dengan meninggalkan salah
satu dari aspek menulis ini bisa dikatakan belum bisa dianggap penulis yang baik.
Jacobs et al. (1981:30) mengatakan bahwa terdapat 5 aspek dalam menulis, yaitu:
1. Content: knowledge, substantive, thorough development of thesis and relevant to topic.
2. Organization: fluent expression, well organized, logical sequencing and cohesive.
3. Vocabulary: effective word/idiom choice and usage, word form mastery.
4. Language use: effective complex constructions, understanding to tens agreement, prepositions, articles, pronouns and the like.
5. Mechanics: spelling, punctuation, and capitalization.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, aspek-aspek menulis terbagi atas: pengetahuan, organisasi, penggunaan aturan bahasa atau grammatika, penggunaan kosa kata yang tepat makna, dan penggunaan mekanik yang tepat yakni tanda baca, ejaan, pemaragrapan, dan penggunaan hurup besar. Ke lima aspek tersebut tidak bisa terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan setiap tulisan harus menyangkut semua aspek tersebut.
Dalam menulis tentu saja diperlukan suatu proses agar tulisan itu sesuai dengan apa yang dikehendaki. Proses menulis menurut Graves (1986) yang dikutif oleh Carlo (1995:164) adalah .... the process begins when the writer consciously starts a topic and is finished when the written piece is published. Dari pernyataan di atas menggambarkan bahwa proses menulis dimulai dari penentuan topik sampai dengan tulisannya itu dipublikasikan.
Menurut Daniels dan Zemelman yang dikutip oleh Carlo (1995:164) bahwa the writing process model centers on pre-writing, writing, and revising. Proett dan Gill yang dikutif De Carlo (1995:164) ... carry on the above notion a step further by identifying three productive stages where the teachers should directly involve students in the writing process - before they write, when they are writing, and after
they write. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada 3 tahapan pros*
yaitu: pre-writing, drafting, dan revising,
Berdasarkan hal di atas, maka proses menulis itu pada umumnya terdiri atas pre-writing atau planning dimana si penulis harus menentukan topik apa yang akan ditulis, kemudian dilanjutkan kepada membuat draft tulisan berdasarkan outline yang dibuat pada tahapan pre-writing, kemudian merevisi tulisannya sampai kepada tingkatan yang lebih baik (improvement), bahkan sampai kepada tulisannya itu dipublikasikan.
Cara mengevaluasi proses menulis dapat dilakukan dengan melihat kepada aspek-aspek menulis, yakni: isi (content), organisasi (organization), penggunaan tatabahasa (grammar), pembendaharaan kosakata dan penggunaannya (vocabulary), dan penggunaan mekanika menulis (mechanics): penggunaan tanda baca, ejaan, dan hurup besar.
e. Kosakata (Vocabulary)
Dalam Richards dkk. (1992: 400), vocabulary adalah seperangkat lexeme, termasuk kata-kata tunggal, kata-kata gabungan, dan berbagai idiom.
Kosa kata merupakan elemen yang sangat penting karena kosakatalah bahasa itu ada. Artinya bahwa kosakata merupakan inti dari bahasa karena sangat mustahil bahasa itu akan ada apabila tanpa kata. Itulah sebabnya kosakata ini menjadi modal utama untuk menguasai suatu bahasa sehingga da peribahasa yang mengatakan kalau orang sudah menguasai kosa katanya maka ia telah mengasai 7 5 % bahasa itu. Dalam kaitannya dengan kosakata, bukan hanya keya akan jumlah kosakata (vocabulary enrichment), akan tetapi pemahaman akan kosa kata itu yang tak kalah pentingnya
sebab hal ini berhubungan dengan penggunaan kosa kata itu secara tepat makna dalam suatu kalimat. Oleh karenanya, orang tidak cukup dengan kaya akan kosa kata saja, tetapi juga harus mampu menggunakannya secara tepat (diction).
Menurut Brown (1994: 365), pembelajaran vocabulary harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Alokasikan waktu khusus dalam kelas untuk mempelajari vocabulary.
2. Bantulah siswa mempelajari vocabulary dalam konteks tertentu.
3. Manfaatkan peranan kamus dwi-bahasa.
4. Doronglah siswa untuk mengembangkan strategi dalam menentukan makna kata.
/ Aturan Berbahasa (Grammar)
Menurut Richards dkk. (1992: 161), grammar adalah gambaran struktur sebuah bahasa, dan aturan tentang bagaimana unit-unit linguistik seperti kata dan f rasa digabungkan untuk membentuk kalimat dalam bahasa tersebut.
Tatabahasa merupakan aturan berbahasa, artinya bagaimana mengungkapkan ide baik itu secara lisan atau tulisan dengan menggunakan aturan bahasa yang benar.
Harmer (2002: 12) mengatakan bahwa "the grammar of a language is the description of the ways in which words can change their forms and can be combined into sentences in that language." Artinya bahwa gramatika suatu bahasa merupakan gambaran dari cara-cara dimana kata-kata itu bisa berubah bentuknya dan digabungkan ke dalam kalimat-kalimat dalam bahasa itu. Oleh karenanya, gramatika fungsinya adalah menyusun kata-kata menjadi kalimat-kalimat dengan menggunakan aturan bahasa yang benar. Bahkan lebih jauh beliau mengatakan "if grammar rules are too carelessly violated, communication may suffer, although, ... creating a
"good" grammar rule is extremely difficult" (Harmer, 2002: 12). Artinya bahwa tanpa menggunakan aturan bahasa yang benar, maka komunikasi menjadi menderita meskipun menciptakan komunikasi yang beraturan bahasa yang benar itu menyulitkan.
Menurut Brown (1994: 350), ada sejumlah hal penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran grammar, yakni sebagai berikut:
1. Age (usia): fokus pembelajaran grammar mesti disesuaikan dengan tingkat usia siswa.
2. Proficiency level (tingkat profisiensi): fokus pembelajaran grammar tidak boleh dipaksakan terlalu banyak dan mesti dikonsentrasikan pada satu poin khusus yang dipahami semua siswa.
3. Educational background (latar pendidikan): pengajar grammar mesti memperhatikan apakah siswanya berasal dari kalangan kurang berpendidikan, sebab siswa dari kalangan ini akan sangat sulit mencerna kompleksitas istilah-istilah grammar.
4. Language skills (kecakapan berbahasa): karena pentingnya menulis dan tuntutan kesempurnaan gramatika dalam bentuk bahasa tertulis, fokus grammar mesti lebih dititikberatkan pada menulis daripada berbicara, membaca, atau menyimak.
5. Register (register): pengajar grammar mesti membedakan konteks formal dan informal sehingga bisa menyesuaikan isu apa yang akan dibahas.
6. Needs and goals (kebutuhan dan tujuan): jika siswa diorientasikan menjadi para profesional, maka perlu diperhatikan dimana titik berat pembelajaran. Pengajar grammar mesti mengetahui apa kebutuhan dan tujuan pembelajaran grammar yang diberikan kepada siswa.