E. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
3. Penyusunan Desain Kurikulum Program Studi
Apabila proses deliberasi dalam pemantapan analisis dan pengukuran kebutuhan sudah mencapai titik kesepakatan, maka proses berikutnya adalah
mengembangkan hasil analisis tersebut dalam bentuk program. Dikemukakan oleh Ferguson (2000:1):
"when designing a course or a program using an outcomes-based curriculum framework, the educator/designer begins by envisioning what students need to be able to do on their lives and what part of that is the responsibility of the course or program."
Tentu saja menentukan "what students need to be able to do" tidak hanya sekedar berdasarkan pandangan teoretik atau pengalaman sempit dari balik meja pengembangan Kurikulum. Quillen memberikan pandangannya tentang hal ini:
Like any other curriculum design, the traditional way is a linear process starting with a needs assessment, then goal development, design of objectives, teaching strategies, and finally and evaluation. Unfortunately, many times this linear approach to curriculum development does not work. Wlien resources are limited, some proposed strategies that are resources dependent become difficult.
Penyusunan desain kurikulum merupakan kegiatan merumuskan tujuan, isi atau bahan, proses atau metode, dan media serta evaluasi hasil pendidikan. Meskipun komponen-komponen desain kurikulum model KB1 dan KBK hampir sama tetapi isi dan cara pengembangannya berbeda. Menurut Syaodih (2004:7), terdapat beberapa langkah dalam penyusunan desain KBK, yaitu, meliputi; 1) Merumuskan tujuan Program Pendidikan, 2) Merumuskan Kompetensi, 3) Merumuskan Metode Pembelajaran dan bahan ajar, 4) Menghitung dan menentukan waktu, dan 5) menentukan struktur kurikulum dan sebaran mata kuliah.
Sedangkan menurut Kepmendiknas Nomor 045/U/2002, kurikulum inti suatu program merupakan suatu rancangan program pendidikan yang berisi delapan butir pokok sebagai berikut: 1) Deskripsi Program Studi; berisi nama, visi, misi, tujuan, dan karakteristik program studi; 2) ciri khas Kompetensi utama; Perangkat kompetensi yang harus dicapai oleh semua lulusan program studi tersebut yang
diberlakukan secara nasional. Perangkat kompetensi utama dikelompokkan dalam beberapa rumpun dan dilengkapi matriks untuk memperlihatkan hubungan rumpun-rumpun kompetensi dengan elemen-elemen kompetensi dalam Kepmendiknas Nomor 045/U/2002; 3) Substansi kajian; perangkat bahan kajian (konsep/topik) yang esensial dan strategis untuk mendukung pencapaian kompetensi utama yang telah ditetapkan pada butir b. (disusun dalam bentuk matriks yang menghubungkan setiap bahan kajian dengan kompetensi-kompetensi utama yang didukungnya 4) Proses Pembelajaran; 5) Sistem evaluasi; 6) Persyaratan Akademik Dosen; 7) Fasilitas Utama; 8) Kelompok Pemrakarsa.
Dari kedua pendapat mengenai langkah-langkah penyusunan desain kurikulum di atas, penelitian ini berusaha menggabungkan kedua pendapat itu. Sistematika yang diajukan adalah 1) merumuskan tujuan kurikulum, 2) merumuskan kompetensi, 3) menentukan struktur kurikulum dan sebaran mata kuliah, 4) menghitung dan menentukan waktu; 5) merumuskan metode pembelajaran dan bahan ajar, 6) merumuskan persyaratan akademik dosen, 7) merumuskan sistem evaluasi, dan 8) menentukan fasilitas utama.
a. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum diangkat dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan didasari oleh falsafah Negara Indonesia. Selain acuan Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pengembangan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar dan Kepmendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, kurikulum PT AIN dikembangkan dengan mengacu pula pada dinamika kebutuhan masyarakat dan globalisasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
Dinamika kebutuhan masyarakat. Salah satu aspek relevansi yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan kurikulum adalah keselarasan dengan kebutuhan masyarakat yang tidak bersifat statis, melainkan terus berkembang (dinamis). Merumuskan visi dan misi program studi sebuah perguruan tinggi harus sesuai dengan dinamika kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman, seperti dari krisis ke pasca krisis, dari sentralisasi ke desentralisai, dari masyarakat lokal ke masyarakat dunia, dari kohesi sosial ke partisipasi demokratik, dan dari pertumbuhan ekonomi ke pembangunan manusia (Mulyasa, 2003:4). Kebutuhan masyarakat di sini lebih dikaitkan dengan kebutuhan pemakai. Hal ini pula yang mendorong digariskannya kebijakan pengembangan kurikulum yang melibatkan kerjasama dengan stakeholders, termasuk pihak pemakaian lulusan (Ibrahim, 2005:3).
Globalisasi ipteks. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni menuntut dinamika pengembangan kurikulum. Dengan ditandainya abad ke-21 oleh fenomena globalisasi, perkembangan ipteks yang dijadikan acuan tidak hanya terbatas pada lingkup nasional melainkan sampai pada lingkup internasional.
Tujuan pendidikan dapat dikategorikan berdasarkan cakupan dan waktu. Dari segi cakupan tujuan pendidikan dibagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, sedangkan dari segi waktu, tujuan pendidikan meliputi tiga tujuan, yaitu tujuan jangka panjang, menengah, dan jangka pendek. Tujuan pendidikan nasional Indonesia merupakan tujuan umum pendidikan. Tujuan institusional merupakan sasaran pendidikan suatu lembaga pendidikan, yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan institusional ini berbeda-beda tergantung pada jenis dan jenjang pendidikan. Tujuan kurikuler merupakan sasaran suatu bidang studi atau mata kuliah, dan tujuan instruksional merupakan target yang harus dicapai suatu
pokok bahasan. Tujuan instruksional ini berjangkan pendek, dan dirinci menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus atau obyektif.
b. Merumuskan Kompetensi
Kompetensi secara singkat dapat diartikan sebagai "kemampuan yang harus dikuasai seorang mahasiswa." Kupper dan Palthe mengingatkan hal ini dengan mengatakan bahwa dalam penentuan kompetensi suatu lembaga pendidikan haruslah
"has regular contacts with industry and business regarding the qualifications expected from our graduates". Kompetensi bersifat dinamis dan berkembang terus sesuai dengan perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan yang berkaitan dengan kompetensi tertentu.
Berdasarkan pada pasal 2 ayat 1, Kepmendiknas 045/U/2002, kompetensi terdiri atas a) kompetensi utama, b) kompetensi pendukung, dan c) kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama suatu program studi dan ditetapkan oleh institusi penyelenggara program studi. Disebutkan pula dalam pasal 2 ayat 2 Kepmendiknas 045/U/2002 bahwa elemen-elemen kompetensi terdiri atas a) landas an kepribadian, b) penguasaan ilmu dan keterampilan, c) kemampuan berkarya, d) sikap dan perilaku berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
Sukmadinata (2002) menyebutkan bahwa secara umum kompetensi dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu 1) kompetensi dasar, yang meliputi kecakapan memelihara diri, memenuhi kebutuhan hidup, dan mengembangkan diri; 2) kompetensi umum, yang meliputi kecakapan menjalin kehidupan, kerjasama, dan
hidup bermasyarakat; 3) kompetensi operasional dan teknis, yang meliputi kecakapan mengaplikasikan teori-teori, dan melaksanakan tugas-tugas vokasional, dan 4) kompetensi professional, yang meliputi kecakapan melaksanakan tugas, memecahkan masalah, dan mengembangkan bidang professional.
Susilana (2002:9) lebih detail memberikan gambaran mengenai kompetensi dasar, yakni terdiri dari:
1) kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara independen;
2) kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mamapu beradaptasi terhadap dunia kerja;
3) kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat yang pluralistik;
4) kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan jaman.
Kompetensi-kompetensi umum yang dituntut dikuasai dalam suatu job, diuraikan menjadi kompetensi khusus atau sub kompetensi dan bahkan menjadi sub-sub kompetensi atau performasi.
c. Menentukan Substansi Kajian, Nama, dan Sebaran mata kuliah
Penentuan standar kompetensi merupakan dasar pijakan dalam merumuskan susbtansi kajian, nama dan sebaran mata kuliah, beserta bobot kredit yang diperlukan. Struktur kurikulum merupakan kesatuan pengetahuan yang terpilih dan bermakna, baik makna dalam pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya. Sukmadinata (1988:141) mengemukakan "Isi kurikulum atau pengajaran, bukan saja didasarkan atas perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga disesuaikan dengan kakateristik perkembangan anak dan konsep-konsep modem
tentang hakikat pengalaman belajar." Perkembangan peserta didik harus dijadikan dasar agar materi pelajaran sesuai dengan potensi, minat, bakat, dan perkembangan anak. Konsep hakikat pengalaman belajar memberi acuan agar isi kurikulum atau pengajaran, dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien. Selain hal tersebut, karakteristik dari jenis pendidikan juga mempengaruhi penetapan substansi kajian.
Substansi kajian terdiri dari pokok-pokok kajian yang terkandung untuk pencapaian setiap sub kompetensi. Pokok-pokok kajian membangun mata kuliah, dalam artian bahwa satu atau beberapa pokok kajian yang memiliki foku yang sama dapat dihimpun dalam satu matakuliah. Hasil keseluruhan penetapan nama matakuliah merupakan struktur program studi pada suatu program studi, sedangkan pengelompokan matakuliah merupakan kesepakatan yang diambil di lingkungan perguruan tinggi yang bersangkutan.
Berdasarkan kepada PP Nomor 232 tahun 2000 dan pasal 2 ayat (2) Kepmendiknas 045/U/2002 disebutkan bahwa pengelompokan mata kuliah di Perguruan Tinggi terdiri dari beberapa kelompok mata kuliah yang memiliki aspek kompetensi sebagai berikut:
Tabel 2.6
Pengelompokan Aspek-Aspek Kompetensi
Kelompok Mata Kuliah Aspek Sub Aspek
MPK: Penghayatan nilai dan kerpibadian (teaming to be morally)
1. Nilai
1 1 . Nilai Agama 1.2. Nilai Sosial 1.3. Nilai ilmu MPK: Penghayatan nilai dan
kerpibadian
(teaming to be morally) 2. Minat 2.1. Minat Pribadi
2.2. Minal pendidikan dan vokasional MPK: Penghayatan nilai dan
kerpibadian (teaming to be morally)
3. Apresiasi 3.1. Seni, Seni, Musik 3.2. Prestasi Sosial dan ilmiah
MKK: Keilmuan Keterampilan (Learning to Know)
1. Pengetahuan
1.1.Fakta-Fakta 1.2. Istilah
1.3. Konsep dan prinsip 1.4. Metode dan prosedur MKK: Keilmuan Keterampilan
(Learning to Know)
2. Pemahaman
2.1. Konsep dan Prinsip 2.2. Metode dan Prosedur 2.3. Bahan tertulis, grafik, angka 2.4. Situasi bermasalah
MKB; Keahlian Berkarya
(Learning to do) 1. Keterampiian umum
1.1. Keterampilan labratoris 1.2. Konsep dan prinsip 1.3. Metode dan prosedur 1.4. Keterampilan memecahkan masalah
MPB: Perilaku Berkarya (Learning to be)
2. Keterampilan Berpikir 2.1. Berpikir kritis 2.2. Berpikir ilmiah
live together) 2. Penyesuaian diri 2.1. Penyesuaian sosial 2.2. Penyesuaian emosional (Sumber, Sukmadinata, 2004:15)
Menurut Ibrahim (2005:4), setiap program studi mengandung dua komponen pokok. Pertama, komponen kurikulum inti yang diberlakukan secara nasional; dan kedua, komponen yang dikembangkan oleh masing-masing institusi (komponen isntitusional). Kedua komponen tersebut secara bersama-sama membentuk kurikulum utuh program studi yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, pengembangan kurikulum setiap program studi mencakup dua tahapan pokok, yaitu
1) pengembangan kurikulum inti, dan 2) pengembangan kurikulum program studi
(kurikulum utuh). Kurikulum (utuh) program studi dapat dihasilkan setelah dilakukan pengembangan komponen institusional untuk setiap program studi.
Menurut Kepmendiknas Nomor 45/U/2002 pasal 3 ayat 1, kurikulum inti merupakan penciri dari kompetensi utama yang harus dicapai oleh setiap masing-masing program studi, yang membedakannya dari program studi yang lain. Dalam ayat 2 pasal 3 Kepmendiknas tersebut dinyatakan bahwa kurikulum inti suatu program studi bersifat; a) dasar untuk mencapai kompetensi lulusan, b) acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi, c) berlaku secara nasional dan internasional, d) lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa datang, dan e) kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan.
Kompetensi utama merupakan perangkat kompetensi yang mutlak diperlukan untuk melaksanakan dengan tepat tugas-tugas profesionalnya sebagai tenaga kependididikan yang bersangkutan. Kompetensi utama inilah yang mencerminkan tujuan pokok program studi yang harus dicapai oleh semua luluasan program studi tersebut. Kurikulum inti yang dirancang untuk mencapai kompetensi utama dalam setiap program studi dikembangkan melalui kerja sama antar program studi sejenis, untuk memungkinkan diberlakukannya kurikulum inti tersebut secara nasional.
Proporsi kompetensi utama yang harus dicapai melalui kurikulum inti setiap program studi, termasuk BSI, ditetapkan 40-75 % dari keseluruhan kompetensi yang harus dicapai melalui kurikulum untuh program studi yang bersangkutan. Proporsi kompetensi utama dapat bervariasi di antara berbagai program studi yang ada, tergantung tujuan dan karakteristik masing-masing program studi.
Kurikulum utuh setiap program studi merupakan perpaduan antara kurikulum inti dan komponen institusional yang dikembangkan oleh masing-masing lembaga (institusi). Komponen institusional dikembangkan untuk mencapai 1) kompetensi pendukung, dan 2) kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama. Kompetensi pendukung merupakan kompetensi yang berfungsi meningkatkaan pelaksanaan profesinya. Kompetensi tersebut untuk lebih mengukuhkan kompetensi utama. Kompetensi lain merupakan kompetensi tambahan yang dapat melengkapi kompetensi utamanya. Proporsi kompetensi pendukung setiap program studi berkisar 20-40 % dari keseluruhan kompetensi, sedangkan kompetensi lain antara 0-30%. Dengan kata lain, kurikulum utuh suatu program studi mungkin saja mencakup kompetensi utama dan kompetensi pendukung saja, tanpa kompetensi lainnya.
Kurikulum utuh sebuah prodi meliputi struktur kurikulum dan silabus mata kuliah. Dalam struktur kurikulum terkandung rumusan visi, misi, dan tujuan program studi, kompetensi yang ingin dicapai, daftar mata kuliah/sks beserta deskripsinya, sebaran matakuliah dari semester oertama sampai semester terakhir, serta sumber daya (dosen dan fasilitas) yang diperlukan. Silabus mata kuliah berisi paparan tentang tujuan dan kompetensi, prasyarat, deskripsi mata kuliah (diambil dari struktur kurikulum), cakupan materi yang dibahas, kegiatan pembelajaran, alat/media dan evaluasi, rujukan/referensi, serta hal-hal lain yang dianggap penting.
Bertitik tolak dari kurikulum inti yang telah disusun, pengembangan kurikulum utuh suatu program studi yang mencakup struktur kurikulum dan silabus matakuliah dilakukan melalui langkah-langkah 1) pengembanagn komponen institusional; dan 2) pengemasan substansi kajian ke dalam berbagai matakuliah.
Rambu-rambu tentang pengembangan komponen isntitusional serta pengemasan seluruh substansi kajian ke dalam berbagai matakuliah pada kurikulum program studi adalah sebagai berikut.
Pengembangan Komponen Institusional. Komponen institusional satu program studi dikembangkan untuk mencapai kompetensi pendukung dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama. Secara umum, kompetensi pendukung dimaksudkan untuk menunjang/memeprkuat pencapaian kompetensi utama yang telah ditetapkan, sedangkan kompetensi lain berfungsi untuk memperkaya kompetensi utama, yang bersumber dari dalam dan atau dari luar bidang studi yang bersangkutan. Pengembangan komponen institusional mencakup perumusan kompetensi, substansi kajian, dosen dan fasilitas yang diperlukan, serta hal-hal lain yang dianggap penting. Materi yang dikembangkan dalam komponen kurikulum inti mamupun kurikulum institusional berupa substansi kajian (konsep/topik), belum benbentu mata-mata kuliah.
Pengemasan Substansi Kajian ke dalam Mata Kuliah. Penempatan sejumlah substansi kajian ke dalam suatu mata kuliah dilakukan dengan mempertimbangkan faktor 1) homogenitas yang memungkinkan berbagai substansi tersebut dinilai sejenis dan saling berkaitan; dan 2) faktor kelaikan/keterlaksanaan, yang mencakup isi suatu matakuliah tidak terlalu banyak sehingga melampaui bobot maksimum SKS yang berlaku. Ibrahim (2005:11) menyebutkan bahwa terdapat beberapa alternatif yang dapat ditempuh dalam proses pengemasan substansi kajian dari kurikulum inti dan komponen institusional ke dalam mata kuliah.
Pertama, setiap mata kuliah mengandung substansi kajian dari kurikulum inti maupun komponen institusional:
Mata Kuliah A Mata Kuliah B
Kedua, substansi kajian dari kuirkulum inti dan komponen institusional dikemas dalam mata-mata kuliah yang terpisah:
Mata Kuliah A Mata Kuliah B Substansi Kajian
Ketiga, kombinasi anlternatif pertama dan kedua, di mana sebagian mata kuliah berisi substansi kajian dari kurikulum inti dan komponen institusional sedangkan sebagian mata kuliah lagi berisi substansi kajian dari kurikulum inti atau komponen institusional:
Langkah selanjurnya adalah upaya menyusun silabus mata kuliah. Brown (1995:5) mendefinisikan silabus sebagai "Ways of organizing the course and materials". Print (1993:7) mendefinisikan silabus sebagai "typically a list of content areas which are to be assessed. Sometimes the list is extended to include a number of objectives and learning activities". Berdasarkan kedua pendapat di atas, silabus
dapat didefinisikan sebagai rancangan program pembelajaran yang menggambarkan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan mata kuliah. Menurut Brown (1995:7) terdapat beberapa cara menyusun silabus yang dapat dikembangkan dalam upaya mengorganisasi mata kuliah bahasa sebagaimana tergambar dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.7
Pengorganisasi Materi Bahasa dalam Silabus
Syllabuses Ways o f Organizing C o u r s e s and Materials
Structural Grammatical and phonological structures are the organizing principles—
sequenced from easy to difficult or frequent to less frequent
Situational Situations (such as at the bank, at the supermarket, at a restaurant, and so forth) form the organizing principle—sequenced by the likelihood student will encounter them (structural sequence may be in background)
Topical Topics or themes (such as health, food, clothing, and so forth) form the organizing principle—sequenced by the likelihood that student will encounter them (structural sequence may be in background)
Functional Functions (such as identifying, reporting, correcting, describing, and so forth) are the organizing principle—sequenced by some sense of chronology or usefulness of each function (structural and situational sequences may be in the background) Notional Conceptual categories called notion (such as duration, quantity, location, and so
forth) are the basis of organization—sequenced by some sense of chronology or usefulness of each notion (structural and situational sequences m a y be in the background)
Skills Skills (such as listening for gist listening for main ideas, listening for inferences, scanning a reading passage for specific information, and so forth) serve as the basis for organization sequenced by some sense of chronology or usefulness for each skill (structural and situational sequences m a y be in the background) Task Task or activity based categories (such as drawing maps, following direction,
following instructions, and so forth) serve as the basis for organizing—sequenced by some sense sense of chronology or usefulness of notions (structural and situational sequences may be in the background}
Secara umum silabus terdiri dari dua bagian, yaitu 1) identitas mata kuliah dan 2) program mata kuliah. Identitas matakuliah merupakan karakteristik dari mata kuliah yang terdiri dari a) kode mata kuliah, b) nama mata kuliah, c) semester, dan d) dosen Pembina. Sedangkan program mata kuliah merupakan substansi yang terkandung dalam mata kuliah, yang terdiri dari a) kompetensi atau sub-kompetensi, b) tujuan mata kuliah, c) pertemuan ke berapa, d) pokok atau sub-pokok bahasan, e)
strategi pembelajaran, f) sarana belajar, g) penilaian, h) tagihan, dan i) rujukan atau buku sumber (Abdulhak, 2004:4).
d. Menghitung dan menentukan waktu
Proses penetapan harga kredit dilakukan melalui analisis terhadap cakupan kajian dari setiap pokok kajian tersebut. Penentuan bobot sks untuk setiap matakuliah dilakukan dengan mempertimbangkan 1) cakupan kompetensi yang harus dicapai; 2) luas dan kedalaman materi yang akan dikaji; dan 3) proses pembelajaran yang diterapkan; dengan mengacu pada ketentuan tentang perhitungan SKS yang berlaku.
e. Metode pembelajaran dan bahan ajar
Proses pembelajaran yang diperlukan dalam KBK adalah peristiwa belajar yang dapat memberikan pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan-kemampuan sesuai dengan kandungan setiap kompetensi. Pembelajaran juga perlu mempertimbangkan kebutuhan peserta didik atau dengan kata lain setiap pendidik perlu mengetahui "apa" yang perlu dipelajari oleh siswa/mahasiswa. Berkaitan dengan hal ini, khususnya dalam pembelajaran bahasa, Brown (1995:5) menekankan perlunya pendekatan-pendekatan yang tepat {approaches). Approaches dimaknainya (1995:5) sebagai "ways of defining what the students need to learn". Secara singkat, Brown menggambarkan pergeseran dalam pendekatan pembelajaran bahasa sebagaimana terlihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.8
Pergeseran Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Approaches Ways of Defining what the students need to learn
Classical approach Humanism: Students need to read the classics Grammar-translation
approach
Students need to learn with economy of time and effort
Direct approach Student need to learn communication so they should use only second language in class
Communicative approach
Student must be able to express their intention, that is, they must learn the meanings that are important to them
Menurut Abdulhak (2004:6), proses pembelajaran yang diselenggarakan perlu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan komponen