• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model-Model Pengembangan Kurikulum

Dalam upaya mengembangkan kurikulum dikenal beberapa model pengembangan yang dikembangkan oleh para ahli kurikulum. Sukmadinata (2002) menyebutkan beberapa model pengembangan kurikulum yang dikenal luas di kalangan ahli kurikulum dan masyarakat, yaitu 1). The Administrative Model; 2) The Grass Roots Model; 3) Beauchamp's system, 4) The démonstration model, 5) Taba's Inverted model, 6) Roger's Interpersonal Relations Model, 7) The Systematic Action-Research Model, dan 8) Emerging Technical Models.

a. The Administrative Model

Sukmadinata (1988) menyebutkan bahwa The Administratif Model atau model Top Down merupakan model yang paling lama dan banyak dikenal, juga disebut dengan line staff, karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datangnya dari administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan membentuk suatu komisi/tim pengarah pengembangan kurikulum yang beranggotakan para pejabat pendidikan, para ahli pendidikan kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja

atau perusahaan. Komisi pengembangan kurikulum bertugas merumuskan konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal yang mendasar itu dirumuskan, selanjutnya administrator membentuk tim kerja pengembangan kurikulum yang terdiri dari para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan guru bidang studi. Tim kerja pengembangan kurikulum bertugas menyusun kurikulum yang lebih operasional, dengan menjabarkan konsep-konsep dasar yang telah dirumuskan oleh komisi pengembangan kurikulum. Tim kerja pengembangan kurikulum merumuskan tujuan yang operasional, menyusun sekuens bahan ajar, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum. Hasil kerja dari tim kerja pengembangan kurikulum tersebut, dikaji ulang oleh tim pengarah, para ahli dan atau pejabat yang berwenang. Setelah mendapat penyempurnaan dan dinilai telah sesuai dengan konsep, landasan, kebijakan, serta strategi uatama yang telah ditetapkan, maka kurikulum tersebut diberlakukan.

b. The Grass Roots Model

Model pengembangan kurikulum The Grass Roots Model merupakan kebalikan dari model pertama, yakni inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum datangnya dari guru-guru atau sekolah. Model grass roots ini berkembang dalam sistem pendidikan desentralisasi, ketika sekolah memiliki kewenangan untuk mengembangkan kurikulum. Dalam model ini, seorang guru, sekelompok guru, atau seluruh guru mengadakan upaya pengembangan kurikulum, baik berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau pun seluruh bidang studi atau seluruh komponen kurikulum. Pengembangan kurikulum model grass

roots akan lebih baik, bila kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya I n f e # ^ p ^ p m a ^ y' kepusiakaan telah memadai dimiliki oleh sekolah. Guru yang paling k^n%^SSim^k /•

menyusun kurikulum, sebab guru lah yang paling mengetahui kebutuhan peserta didiknya, hal ini sesuai dengan prinsip pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Smith, Stanley, dan Shore dalam Sukmadinata (2000;);

1. The curriculum will improve only as the professional competence of teachers improves.

2. The competence of teachers will be improved only as the teachers become involved personally in the problems of curriculum revision.

3. If (he teachers share in shaping the goals to be attained, in selecting, defining, and solving the problems to be encountered, and in judging and evaluating the result, their involvement will be most nearly assured.

4. As people meet in face groups, they will be able to understand one another and to reach a concensus on basic principles, goals, and plans.

Pengembangan kurkulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dalam sistem pendidikan yang pada gilirannya akan menghasilkan manusia lebih mandiri, kreatif, dan siap berkompetisi.

c. Beauchamp 's system

Model pengembangan Beauchamp's system ini memiliki lima langkah pengembangan.

1) menetapkan lingkup wilayah pengembangan, apakah suatu sekolah, daerah kecamatan, kabupaten, propinsi, atau seluruh wilayah negara. Penetapan lingkup wilayah ini oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dan oleh tujuan pengembangan kurikulum.

2) menetapkan personalia, yang dilibatkan dalam pengembangan kurikulum yang diambil dari kelompok: a) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurkikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar, b) para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau guru-guru terpilih dari sekolah; c) para professional di bidang pendidikan, c) professional, dan d) tokoh masyarakat. Penetapan personalia disesuaikan dengan wilayah pengembangan kurikulum yang akan dikembangkan, peran yang akan dilakukan, alat, dan cara yang paling efektif untuk melaksanakan peran itu.

3) Menetapkan organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum yakni berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Prosedur pengembangan kurikulum dalam model ini meliputi : 1) membentuk tim pengembang kurikulum, 2) mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang sedang digunakan, 3) studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum bara, 4) merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, dan 5) penysunan dan penulisan kurikulum baru.

4) Implementasi kurikulum yakni melaksanakan kurikulum yang membutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial.

5) Dalam langkah terakhir ini adalah evaluasi kurikulum, yang mencakup 4 (empat) aspek, yaiti a) evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru, b) evaluasi desain kurikulum, c) evaluasi hasil belajar siswa, dan d) eavaluasi dari keseluruhan sistemkurikulum. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi itu digunakan untuk menyempurnakan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip dasar untuk melaksanakannya.

d. The Demonstration Model

Model pengembangan kurikulum The demonstration model ini merupakan pengembangan kurikulum yang diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan para ahli, dengan maksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini pada dasarnya bersifat grass roots, dating dari bawah. Model ini pada umunya berskala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.

Menurut Smith, Stanley, dan shores ada dua variasi dari model demonstrasi ini. 1) sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Tujuan proyek ini adalah mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah satu atau beberapa aspek kurikulum, yang hasilnya dapat dipergunakan bagi lingkungan yang lebih luas, dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang berwenang. 2) kurang bersifat formal, dengan cara beberapa orang guru yang merasa kurang puas dengan

kurikulum yang ada, mencoba melakukan penelitian dan pengembangan senin, dengan maksud menemukan kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik, untuk kemudian digunakan dalam daerah yang lebih luas.

e. Taba 's Inverted model

Model pengembangan kurikulum Taba 's inverted ini menitikberatkan inovasi dan kreatifitas guru-guru yang bersifat induktif dengan lima langkah pengembangan.

1) Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru untuk melihat secara seksama tentang hubungan antara teori dan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen did alam kelas menghasilkan data yang menguji landasan teori yang digunakan. Terdapat delapan langkah dalam kegiatan eksperimen, yaitu a) mendiagnosis kebutuhan, b) merumuskan tujuan-tujuan khusus, c) memilih isi, d) mengorganisasikan isi, e) memilih pengalaman belajar, f) mengorganisasikan pengalaman belajar, g) mengevaluasi, dan h) melihat sekuens dan keseimbangan.

2) Menguji unit eksperimen. Stelah unit eksperimen telah diuji dalam kelas eksperimen, diuji kebali di tempat lain untuk mengetahui validitas dan kepraktisan, dan menghimpun data bagi penyempurnaan.

3) Mengadakan revisi dan konsolidasi. Mengadakan perbaikan dan penyempurnaan berdasarkan data/temuan pada langkah kedua, juga dilakukan kegiatan konsolidasi yaitu menarik kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

4) Pengembangan k erangkan keseluruhan kurikulum, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teoritis yang dipakai sudah masuk dan sesuai dengan kagiatan ini dilakukan dengan kajian oleh para ahli kurikulum dan para professional kurikulum yang lain.

5) Implementasi dan diseminasi, yaitu menerapkan kurikulum baru pada sekolah-sekolah yang lebih luas.

/ Roger 's Interpersonal Relations Model

Model pengembangan kurikulum dari Rogers, berbeda dengan model-model lainnya, tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Rogers sebagai seorang eksistensialis humanis, tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis dan data, tetapi lebih mementingkan

aktivitas dan interaksi. Melalui bentuk aktifitas dalam interaksi ini individu akan berubah. Metode pendidikan yang diutamakan adalah sensitivity training, encounter group training group.

Model pengembangan kurikulum Roger's interpersonal relations ini mempunyai empat langkah, yakni.

1) Pemilihan target dari sistem pendidikan. Di dalam penentuan target ini,