• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Mathein atau

manthenein yang artinya mempelajari, belajar (berpikir), namun di duga

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 29 yang artinya kepandaian ketahuan atau intelegensi (Andi Hakim Nasution, 1980 h.12).

Pengertian Pecahan

Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Akibatnya, guru biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan 1

2, 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut. Pengertian pecahan di mana bilangan 𝑎

𝑏 untuk a dan b bilangan cacah dan b ≠ 0 dinamakan pecahan di mana a adalah pembilang dan b adalah penyebut. Pecahan terdiri dari beberapa jenis, yaitu: pecahan yang ekuivalen, senama,campuran, dan desimal.

Konsep Pecahan

Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bahan bukan matematika yang terkait.Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa banyak siswa Sekolah Dasar mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, dan banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami kesulitan untuk mengajarkan pecahan. Untuk menerangkan konsep pecahan pada siswa SD hendaknya diawali dengan menggunakan benda-benda kongkrit, semi kongkrit, kemudian abstrak. Beberapa alternatif pemilihan benda-benda kongkrit yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep pecahan.

Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar alat peraga mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan komponen-komponen lainnya, karena pada dasarnya media berperan untuk meningkatkan

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 30

kualitas siswa. Menurut Hamalik (Marlina,2004:22) alat, metode dan teknik dapat mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dari pernyataan tersebut, media dapat berbentuk alat, metode ataupun teknik mengajar yang dapat membawa suatu pesan pembelajaran. Fungsi Alat Peraga, terutama untuk membangkitkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. untuk menyajikan materi ke dalam bentuk yang lebih kongrit, siswa pada tingkat yang lebih rendah akan lebih memahami dan mengerti apa yang diajarkan. Siswa akan menyadari adanya hubungan antarapembelajarandengan benda-benda disekitarnya. Penggunaan alat

peragamengkinkan konsep-konsepabstrak yang disajikan dalambentuk

konkrit. Ada beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu Gambar, kertas lipat, karton dan lain lain. Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus diperhatikan oleh guru yakni:tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit melihat dan menjadi ribut.

Penggunaan Alat Peraga

Pecahan pada prinsipnya menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. Seluruh jumlah bagian yang sama tersebut bersama-sama membentuk satuan (unit). Dua macam keadaan yang perlu penekanan adalah konsep keseluruhan sebagai satuan dan konsep sama. Kaitan masing-masing dapat ditunjukan dengan menggunakan benda-benda manipulatif, misalnya: kertas, karton, buku atau pensil. Setiap siswa diminta untuk merasakan dan menghayati sendiri makna pecahan dengan mengerjakan sendiri Mintalah kepada setiap siswa untuk menyediakan lembaran-lembaran kertas. Masing-masing anak diminta untuk mengambil kertasnya satu lembar dan melipatnya sehingga lipatan yang satu dapat menutup lipatan yang lain. Beri kesempatan kepada mereka untuk membuka dan menutup lipatan kertas masing-masing sampai mereka mengetahui bahwa satu lembaran kertas mempunyai dua lipatan yang sama, yaitu lipatan yang satu tepat menutup lipatan yang lain.

Katakan kepada mereka 1 lipatan dari 2 lipatan yang sama

disebut seperdua ditulis dengan lambang pecahan 1

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 31 Gambar 1. Lipatan Kertas 2 Bagian

Kemudian mintalah setiap siswa untuk melipat kembali satu kali kertasnya, setelah dilipat di awal. Lalu mintalah mereka untuk membuka lipatan tersebut, dan siswa mengetahui dari satu lembar kertas yang mempunyai dua lipatan yang sama, kini mempunyai empat lipatan yang sama. Katakan kepada mereka 2 lipatan dari 4 lipatan yang sama

disebut seperempat, ditulis dengan lambang pecahan 1

4 .

Gambar 2. Lipatan Kertas 4 Bagian

Untuk lebih memantapkan pemahaman, sediakan potongan karton dengan berbagai bentuk, misalnya sebagaimana disajikan Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk dari Potongan Karton

Berikan kesempatan kepada semua siswa untuk memilih sendiri bentuk dan karton yang disukainya. Karton yang telah dipilih oleh siswa di kemudian ditempel papan tulis, siswa yang telah memilih karton diminta untuk mengarsir karton yang telah dipilihnya. Misalnya: 1

2 , 1 4 ,1

3 , dan 1

6 . Potongan karton dengan warna yang menarik dan beragam dapat dimanfaatkan untuk membuat alat peraga dalam menjelaskan pecahan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 001 Balikpapan Selatan yang dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. Adapun jumlah subjek penelitian adalah 30 orang siswa yang terdiri atas 15 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. pada penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus.

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 32

Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian ini instrumen pembelajaran yang dirancang dan digunakan terdiri atas Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP), silabus pembelajaran, dan LKS. Sedangkan instrumen pengumpulan data terdiri atas instrumen berbentuk tes dan non tes. Instrumen tes terdiri atas tes formatif dan tes subsumatif. Tes formatif tes dilaksanakan setelah silkus akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan atau daya serap siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Sedangkan tes subsumatif berbentuk esai atau uraian yang diberikan setelah dua siklus dilaksanakan dan merupakan gabungan dari dua pokok bahasan. Instrumen non tes terdiri dari: 1). Observasi Semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan terencana maupun akibat sampingannya. Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi terfokus. Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya, yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, dampak penguatan bagi siswa, atau jenis pertanyaan yang diajukan guru. Data yang diperoleh melalui lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui proses selama pembelajaran berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. Data tersebut kemudian disusun, diringkas, dan diinterprestasikan. 2). Catatan Harian, Wawancara, Disamping data yangdikumpulkan dengan observasi, masih banyak data yang dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik lain. Seperti catatan harian guru, wawancara dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.

Prosedur Penelitian

Desain Intervesi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian ini diantaranya : Perencanaan Tindakan (Planning) meliputi : 1). Perencanaan waktu penelitian, 2). Penentuan metode dan alat peraga yang digunakan, 3). Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, 4). Pembuatan instrumen penelitian. Sedangkan perencanaan khusus merupakan perencanaan yang dibuat untuk masing-masing pertemuan pada setiap siklus yang dilakukan. Pelaksanaan Tindakan (Acting), Tahap ini merupakan realisasi dari tahap perencanaan yang telah disusun dan disepakati

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 33 dengan kolaborator. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 2 siklus, setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan, hanya pada siklus tiga dilakukan satu kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).

Dalam proses pengamatan, pengamat atau observer mempunyai tugas yaitu mengamati proses tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru apakah sudah sesuai dengan perencanaan tindakan yang dibuat atau belum. Sedangkan untuk mengetahui respons siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga digunakan angket siswa, pada setiap pembelajaran. Dan melakukan wawancara terhadap beberapa siswa. Refleksi Tindakan (Reflection) Setelah tindakan perbaikan selesai dilakukan, maka kegiatan selanjutnya adalah refleksi tindakan. Refleksi tindakan (reflection) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat atau kolaborator dalam rangka mengulas secara kritis dengan cara mendiskusikan perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan perbaikan. Kegiatan yang dilakukan dalam refleksi tindakan ini yaitu analisis data dan interpretasi data yang diperoleh dalam penelitian tindakan.

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan situasi yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan, yaitu dengan tes, observasi, dan wawancara. Data yang akan dianalisis dan direfleksi terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Data dalam penelitian ini memberikan gambaran tentang aktivitas dan ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga terhadap hasil belajar matematika siswa. Menganalisis Data Hasil Tes. Menganalisis data berupa tes hasil belajar siswa dari setiap siklus untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator keberhasilan penelitian yang telah dilakukan daya serap klasikal. Suatu kelas telah belajar tuntas bila di kelas tersebut sudah tercapai 85% siswa mencapai daya serap paling sedikit 60. Untuk menghitung prosesntase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

Persentase tingkat penguasaan = Jumlah skor total subjek X100% Jumlah skor Total Maksimal

Selain dilakukan analisis terhadap Indikator Daya Serap Klasikal (DSK) dengan perhitungan persentase sebagai berikut:

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 34

Persentase DSK = siswa tingkatan penguasaan ≥ 60 X100% Jumlah siswa

Untuk kepentingan mengklarifikasi kualitas tingkat penguasan dikelompokan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan jelek dengan menggunakan skala lima (dalam Suherman dan Kusumah, 1990:272) yaitu sebagai berikut : 91 5 < A <100 % Sangat baik , 76 % < B < 90 % Baik , 56 % < C < 75 % Cukup, 41 % < B < 55 % Kurang, C < 40 % Jelek.

Menganalisis Data Lembar Observasi

Data yang diperoleh melalui lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui proses selama pembelajaran berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. Data dianalisis secara deskriptif dengan mengelompokkan berdasarkan kelompok, yaitu kelompok bawah, sedang, dan tinggi. Dengan demikian kita dapat mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga.

HASIL DAN PEMBAHASAN