• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanggung Jawab Bambang Utoyo. Ketua Penyunting Tendas Teddy Soesilo. Wakil Ketua Penyunting Jarwoko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penanggung Jawab Bambang Utoyo. Ketua Penyunting Tendas Teddy Soesilo. Wakil Ketua Penyunting Jarwoko"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan adalah jurnal ilmiah,

Diterbitkan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur Terbit dua kali setahun, yakni setiap bulan Juni dan Desember

Penanggung Jawab

Bambang Utoyo

Ketua Penyunting

Tendas Teddy Soesilo

Wakil Ketua Penyunting

Jarwoko

Penyunting Pelaksana

Prof. Dr. Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd., Prof. Dr. Husaeni Usman, M.Pd.,MT., Dr. Edi Rachmad, M.Pd., Dra. Siti Fatmawati, MA, Drs. Ali Sadikin, M.AP, Drs. Masdukizen,

Dra.Pertiwi Tjitrawahjuni, M.Pd.,Dr. Sugeng, M.Pd., Andrianus Hendro Triatmoko, M.T, Dr. Pramudjono, M.S. Sirkulasi Diah Widyastuti Sekretaris Abdul Sokib Z. Tata Usaha

Heru Buana Herman,Sunawan,

Alamat Penerbit/Redaksi : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsii Kalimantan Timur, Jl. Cipto Mangunkusumo Km 2 Samarinda Seberang, PO Box 218

• Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan diterbitkan pertama kali pada Juni 2007 oleh LPMP Kalimantan Timur

• Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah dalam bentuk soft file dan print out di atas kertas HVS A4 spasi ganda lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang

(3)

EDISI KHUSUS, NOMOR 3, OKTOBER 2015 ISSN 1858-3105

Diterbitkan oleh

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rakhmatNya serta hidayah-Nya, Borneo Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP

Kalimantan Timur dapat diterbitkan.

Borneo Edisi Khusus, Nomor 3, Oktober 2015 ini merupakan edisi khusus yang

diterbitkan untuk memenuhi harapan para penulis.

Tujuan utama diterbitkannya jurnal Borneo ini adalah memberi wadah kepada tenaga perididik, khususnya guru di Propinsi Kalirnantan Timur untuk mempublikasikan hasil pemikirannya di bidang pendidikan, baik berupa telaah teoritik, maupun hasil kajian empirik lewat penelitian. Publikasi atas karya mereka diharapkan memberi efek berantai kepada para pembaca untuk melahirkan gagasan-gagasan inovatif untuk memperbaiki mutu pendidikan dan pembelajaran. Perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran ini merupakan titik perhatian utama LPMP Kalimantan Timur sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan.

Pada edisi khusus ini, jurnal Borneo memuat beberapa artikel yang ditulis oleh Widyaiswara LPMP Kalimantan Timur, guru SD, SMP dan SMA. jurnal Borneo edisi khusus ini lebih hanyak memuat tulisan dari luar khususnya yang datang dari guru yang berasal dari kota Balikpapan dengan tujuan untuk memicu semangat guru mengembangkan gagasan-gagasan ilmiahnya. Untuk itu, terima kasih kami sampaikan kepada para penulis artikel sebagai kontributor sehingga jurnal Borneo edisi ini dapat terbit sesuai waktu yang ditentukan.

Ucapan terima kasih dan selamat kami sampaikan kepada pengelola jurnal Borneo yang telah berupaya keras untuk menerbitkan Borneo edisi ini. Apa yang telah mereka sumbangkan untuk menerbitkan jurnal Borneo mudah-mudahan dicatat sebagai amal baik oleh Alloh SWT.

Kami berharap, semoga kehadiran jurnal Borneo ini memberikan nilai tambah, khususnya bagi LPMP Kalimantan Timur sendiri, maupun bagi upaya perbaikan mutu pendidikan pada umumnya.

Redaksi

(5)

DAFTAR ISI

BORNEO, EDISI KHUSUS, NOMOR 3, OKTOBER 2015 ISSN : 1858-3105

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

1 Penggunaan Globe Dan Apron Untuk Mengaktifkan Serta Meningkatkan Perhatian Dan Hasil Belajar Siswa

Adam

1

2 Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Materi Jangkauan Dan Simpangan Data Melalui Penerapan Pendekatan Reciprocal Teaching

Sudarni

13

3 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pecahan Sederhana Alat Peraga

Eflin

27

4 Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Etty Muljani

41

5 Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Snowball Throwing

Iin Ratmayati

53

6 Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Metode Kemampuan Membacakan Teks Berita Melalui Media Surat Kabar

Indah Sutjiati

65

7 Upaya Peningkatkan Kemampuan Menulis Dalam Bahasa Inggris Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning

Kasiyati

(6)

8 Meningkatkan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Ruang Melalui Benda Konkret Sekitar Siswa

Yustinus Marwoto

91

9 Identifikasi Kata Kunci Indikator Kinerja Dan Fakta Kegiatan Pada Penilaian Kinerja Guru Untuk Penyusunan Rubrik Penilaian

Samodro

105

10 Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournament (TGT)

Siti Fatimah

121

11 Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division)

Suhartoyo

133

12 Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Fisika Dengan Metode Eksperimen Pokok Bahasan Bunyi

Suparno

147

13 Menyamakan Persepsi Guru Dari Berbagai Jenjang Pendidikan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 6 Balikpapan

Muhammad Syukri

159

14 Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pkn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achevement Division)

Sarti Diana

169

15 Teknologi Tepat Guna Cara Mengawetkan Buah-Buahan Dan Berbagai Jenis Sayuran

Ramelan

179

16 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Model Tim Ahli)

Najemiah

(7)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 1 PENGGUNAAN GLOBE DAN APRON UNTUK

MENGAKTIFKAN SERTA MENINGKATKAN PERHATIAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Adam

Guru Sekolah Dasar Negeri 009 Balikpapan Barat Abstrak

Penelitian ini dilator belakangi menurunnya hasil belajar siswa karena strategi yang diterapkan guru tidak cocok dengan karateristik pembelajaran IPA. penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penjelasan guru dan keaktifan siswa melalui Apron dan Globe, mendeskripsikan pemberian penguatan yang dilakukan guru, dan menganalisis dampak penggunaan Globe dan Apron terhadap pemahaman siswa. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI A SD Negeri 009 Balikpapan Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan tes tertulis, observasi pada siswa dan guru. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Pada siklus I Variasi guru masih terbatas hanya pada penggunaan alat peraga. Pada Siklus I, sebaran skor berkisar antara skor 50 s.d 80. Diantara 5 sebaran skor tersebut, skor 70 diperoleh oleh paling banyak siswa (10 orang), sedangkan skor 5, 9 dan 10 diperoleh oleh masing-masing satu orang siswa. Pada siklus II, sebaran skor berkisar antar skor 60 s/d 100. Diantara 5 sebaran skor tersebut, skor 80 diperoleh oleh paling banyak siswa (9 orang) siswa, sedangkan skor 90 dan 100 hanya diperoleh oleh 1 orang siswa. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan globe dan apron dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA pada kelas VI A SD Negeri 009 Balikpapan Barat.

Kata Kunci : Globe Dan Apron, Keaktifan, Perhatian Dan Hasil Belajar

(8)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 2

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan kegiatan hasil manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep teroganisir tentang alam sekitarnya yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa membangun pengetahuan berdasarkan pengamatan, pengalaman penyusunan, gagasan melalui suatu percobaan sangatlah penting.

Menurunnya hasil belajar diduga karena strategi yang diterapkan guru tidak cocok dengan karateristik pembelajaran IPA. Karateristik yang dimaksud adalah anak-anak tidak lagi dilibatkan secara nyata dalam pembelajaran, metode dan penggunaan alat peraga yang digunakan guru kurang tepat, bahkan guru tidak menggunakan alat peraga dalam pelajaran. Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA, maka dilaksanakan perbaikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan diharapkan melalui PTK ini pembelajaran lebih baik lagi, sehingga membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 009 Balikpapan Barat.

Dari pembelajaran yang telah penulis laksanakan diketahui bahwa ketika penulis menjelaskan materi pelajaran yaitu Peristiwa Rotasi Bumi dalam pelajaran IPA di kelas VI SDN 009 Balikpapan Barat, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Kemudian ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak ada seorang pun siswa yang menjawab. Keadaan seperti ini telah terjadi berulang-ulang hampir pada setiap pelajaran IPA. Akibatnya pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah dan pada setiap ulangan skor yang diperoleh siswa juga selera rendah.

Berdasarkan hasil analisis penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas VI maka masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah

“Apakah dengan menggunakan Alat Peraga Globe dan Apron, mengaktifkan siswa dan memberi penguatan mampu meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa kelas VI dalam pelajaran IPA?”.

Berdasarkan penelitian yang akan dilaksanakan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penjelasan guru dan keaktifan siswa melalui Apron dan Globe, mendeskripsikan pemberian penguatan yang dilakukan guru dan menganalisis dampak penggunaan Globe dan Apron terhadap pemahaman siswa.

(9)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 3 Penelitian ini berguna untuk membantu peneliti dalam memperbaiki pembelajaran berikutnya, memberikan dorongan yang kuat untuk terus menerus melakukan perbaikan, mengenal kelemahan dan kekuatannya dalam pembelajaran, memberikan rasa percaya diri bagi peneliti. Selain itu juga dapat menggerakan guru lain untuk melakukan perbaikan.

KAJIAN PUSTAKA

Cara Menarik Perhatian Siswa

Menarik perhatian siswa merupakan langkah awal dalam membuka pelajaran. Menarik perhatian dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti berikut :

1) Memvariasikan gaya mengajar guru, misalnya dengan memvariasikan suara dari rendah ketinggi, dengan mengubah posisi guru, (misalnya berpindah dari depan ke tengah) atau dengan gerak dan mimik muka.

2) Menggunakan alat-alat bantu mengajar yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya menggunakan gambar-gambar yang menarik, metode-metode yang relevan. Penggunaan pola interaksi yang bervariasi, misalnya pemberian tugas singkat yang harus dikerjakan secara individual akan dapat menarik perhatian siswa. Cara Mengaktifkan Siswa

Siswa yang tidak banyak bertanya ketika belajar, bukan berarti ia tidak aktif, sebab mungkin saja pendengaran, penglihatan, perasaan, pikiran, dan unsur lainnya aktif belajar. Oleh karena itu, setiap kegiatan harus dirancang untuk meningkatkan kadar aktifitas pembelajaran. Berkenaan dengan belajar aktif, setiap individu harus melakukan sendiri aktivitas belajar karena belajar dapat di wakilkan kepada orang lain. Oleh karena itu, John Dewey mengatakan “belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh dirinya sendiri, maka insiatif belajar harus dari dirinya”. Dengan demikian, kesadaran untuk melakukan kegiatan belajar harus datang dari setiap individu, sebab belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain.

Teori Kognitif dari Gagne dan Berliner berkenaan dengan prinsip aktivitas belajar mengemukakan bahwa belajar menunjukkan kondisi jiwa yang aktif, dimana jiwa tidak sekedar menerima informasi / materi, akan tetap mengolah dan melakukan transformasi. Berpijak dari teori ini

(10)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 4

maka seorang guru harus mengupayakan dengan berbagai cara agar subjek belajar (siswa) dapat memiliki sejumlah aktivitas belajar seperti mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan melakukan transformasi belajar (transfer of learning) ke dalam kehidupan lain yang lebih luas. Upaya untuk mengaktifkan siswa perlu selalu dilakukan mengingat setiap individu memiliki potensi seperti rasa ingin tahu, kemampuan menganalisis, memecahkan masalah, melakukan sintesis, dan aspek-aspek aktivitas lainnya.

Media Pembelajaran

Tosti dan Ball juga menyusun pengelompokan media menjadi enam kelompok media penyaji, yaitu: (a) kelompok kesatu : grafis, bahan cetak, dan gambar diam, (b) kelompok kedua : media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga : media audio, (d) kelompok keempat : media gambar hidup, film, (e) kelompok kelima : media telivisi, dan (f) kelompok keenam : multimedia. Dalam pembelajaran, media memiliki banyak fungsi / kegunaan, antara lain :

o Untuk mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi, kegunaan media dalam mengatasi hambatan proses komunikasi antara lain untuk mengatasi verbalisme (ketergantungan untuk menggunakan kata-kata lisan dalam memberikan penjelasan)

o Berkaitan dengan keterbatasan fisik kelas, Media memiliki kegunaan untuk memperkecil objek yang terlalu besar, memperbesar objek yang terlalu kecil, menyederhanakan yang selalu rumit.

o Dalam mengatasi sikap pasif siswa kegunaan media pembelajaran adalah untuk menimbulkan kegairahan belajar, memfokuskan, menarik perhatian, memungkinkan mendekatkan interaksi langsung dengan lingkungan nyata, memberi perangsang yang sama untuk mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuang terulangnya atau meningkatnya perilaku / perbuatan yang dianggap baik. Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk : o Meningkatkan perhatian siswa.

(11)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 5 o Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa.

o Memudahkan siswa belajar.

o Mengontrol dan memodivikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif.

o Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa. o Memelihara iklim kelas yang kondusif.

Penguatan dapat diberikan dalam dua jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal merupakan penguatan yang paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat diberikan dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan non verbal dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sebagai berikut : Mimik dan gerakan seperti: senyuman, anggukan, tepuk tangan, atau ancungan ibu jari. Gerak mendekati dapat ditunjukkan dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri disamping siswa atau kelompok siswa bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Sentuhan seperti menepuk bahu atau pudak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang jika dilakukan dengan tepat. Kegiatan yang menyenangkan. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi kegemarannya. Pemberian simbol atau benda berupa tanda cek, komentar tertulis pada buku siswa, berbagai tanda tangan warna tertentu. Penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban / respon siswa yang hanya sebagian benar, sedangkan yang lainnya masih perlu diperbaiki.

Hasil Belajar

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata pelajaran / bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran / bidang studi berbeda dari mata pelajaran / bidang studi lainnya. Hasil belajar evaluasi adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan. Ditinjau dari sudut siswa, ada dua sumber kriteria yang dapat digunakan, yaitu kriteria yang dikembangkan sendiri oleh siswa dan kriteria yang diberikan oleh guru. Bloom membagi hasil belajar evaluasi atas pertimbangan yang didasarkan bukti-bukti dari dalam dan berdasarkan kriteria dari luar.

(12)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 6

Hasil belajar yang didasarkan pada pertimbangan dengan kriteria dari luar menuntut kemampuan siswa untuk menyeleksi atau mengingat kriteria.

Rotasi Bumi

Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada porosnya. Pada waktu bumi berotasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut :

o Kala rotasi bumi 24 jam (tepatnya 23 jam 56 menit) o Arah rotasi bumi dari barat ke timur

o Arah rotasi bumi tidak dapat disaksikan, yang tampak hanya gerak matahari dan benda-benda langit dari timur ke barat. Gerak ini disebut gerak semu harian.

o Sekali berotasi tempat-tempat di permukaan bumi telah mengalami perputaran 360 derajat busur setiap 24 jam, maka untuk satu derajat bujur ditempuh dalam waktu 15 x 4 menit = 1 jam.

Arah rotasi bumi sama dengan arah revolusinya, yaitu arah barat menuju arah ke timur. Akibat rotasi bumi adalah sebagai berikut :

o Terjadinya Siang dan Malam; Selalu berputar pada porosnya (berotasi) bumi juga bergerak Matahari. Selama berputar dan mengitari Matahari, ada permukaan Bumi yang menghadap ke Matahari dan ada yang membelakangi Matahari. Bagian permukaan yang menghadap ke Matahari dan disinari cahayanya, sehingga menjadi terang disebut siang. Bagian permukaan Bumi yang membelakangi Matahari dan tidak disinaricahaya Matahari sehingga menjadi gelap disebut malam. Pada daerah khatulistiwa, lamanya siang hari sama dengan lamanya malam hari yaitu 12 jam.

o Terjadinya perbedaan waktu dan pembagian waktu; Sekali berotasi Bumi mengalami perputaran 360 derajat bujur. Bumi kita dibagi menjadi 360 derajat bujur dan dinyatakan dengan garis bujur. Setiap derajat bujur bumi ditempuh dalam waktu 4 menit. Bumi kita dibagi menjadi 24 daerah waktu dengan setiap daerah waktu meliputi wilayah sebesar 15 derajat bujur.

o Matahari terlihat terbit dari sebelah timur dan tenggelam kearah barat; Setiap hari matahari terlihat melakuakn aktivasi terbit dan tenggelam. Terbit dan tenggelamnya matahari disebut gerak semu harian matahari. Pada waktu pagi hari nampak matahari terbit di ufuk timur, seiring waktu berjalan matahari semakin naik, tepat pada tengah hari nampak matahari tepat berada di atas kepala kita.

(13)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 7 Semakin sore matahari mulai condong ke barat dan terlihat matahari mulai munuruni langit yang akhirnya pada waktu petang, matahari seolah-olah tenggelam disebelah barat tertelan bumi.

METODE PENELITIAN

Kerangka Penelitian

Penulis mengadakan penelitian di sekolah SDN 009 Balikpapan Barat Kelas VI ditempat penulis mengajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan-tahapan : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan (Observasi), dan Refleksi.

Perencanaan

Dalam menjelaskan materi pelajaran, guru akan menggunakan pendekatan konstekstual yaitu mengaitkan pelajaran dengan lingkungan anak menggunakan alat peraga, mengaktifkan siswa. Dari alternatif tindakan penelitian diatas maka langkah-langkah perbaikan yang dilakukan adalah membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran, menyusun RPP dan mensimulasikan rencana perbaikan.

Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan menjelang pelaksanaan tindakan perbaikan antara lain memeriksa kembali rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun, memeriksa apakah semua alat peraga dan sarana lain yang akan digunakan sudah tersedia, memeriksa skenario pembelajaran yang akan dilakukan mulai dari kegiatan awal sampai dengan akhir pelajaran, memeriksa ketersediaan alat pengumpul data yang sudah disepakati dengan teman sejawat, meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan membantu sudah siap dikelas ketika pembelajaran dimulai. Setelah seluruh perencanaan disiapkan, proses pembelajaran dilaksanakan pada Kelas VI SDN 009 Balikpapan Barat sesuai jadwal.

Guru menyajikan program pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I yang telah disusun, diawali dengan kegiatan apersepsi yaitu dengan mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan perhatian siswa. Dari jawaban siswa, guru menyampaikan tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti guru menjelaskan peristiwa rotasi bumi dengan menggunakan globe. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dua

(14)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 8

orang siswa diberi kesmpatan untuk mengadakan peragaan didepan kelas. Siswa lain mengamati peragaan-peragaan yang dilakukan temannya. Setelah siswa mengamati peragaan tersebut, guru membimbing diskusi akibat dari rotasi bumi. Kegiatan diakhiri dengan merangkum materi yang telah dibahas, refleksi tentang kegiatan belajar hari itu dan tindk lanjut dengan menugaskan siswa untuk menghafal nama-nama planet.

Pengamatan

Dalam tahap pengamatan, pengamat melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan aktifitas guru saat pembelajaran berlangsung. Apakah siswa masih ada asik bercerita dengan siswa lain. Siswa menunjukkan kurang memperhatikan penjelasan guru. Apakah sebagian siswa berada dalam tidak aktif. Apakah guru memeriksa pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan. Apakah guru menggunakan kartu nama-nama planet (Apron). Hal ini dapat dilihat pada catatan pengamat tentang penjelasan guru dan keaktifan siswa. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar siswa dianalisis adanya kekurangan-kekurangan yang telah di alami selama kegiatan belajar mengajar berlagsung. Adanya kemauan guru untuk memperbaiki pengelolaan KBM pertemuan demi pertemuan. Hasil analisis digunakan untuk menetapkan perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

Pada siklus I Variasi guru masih terbatas hanya pada penggunaan alat peraga. Dalam peragaan pada siklus I hanya 2 orang siswa yang dilibatkan untuk memeragakan didepan kelas. Terdapat 4 kali pertanyaan yang diajukan oleh guru,2 dijawab oleh siswa dan 1 jawaban siswa logis. Guru memberkan 4 kali kesempatan untuk bertanya hanya 2 kali siswa mengajukan pertanyaan, 2 kali ditanggapi oleh guru dan siswa lainnya tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun oleh temannya. Berdasarkan pengamatan tentang penjelasan guru dan keaktifan siswa pada sikus II, sangat jelas terlihat dari 20 orang siswa

(15)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 9 semuanya mendapat kesempatan untuk melakukan peragaan dari 6 pertanyaan, 5 dijawab oleh siswa dan 4 jawaban siswa sudah memenuhi harapan. Sedangkan pada siklus II, mengalami peningkatan yang signifikan dari 6 kesempatan bertanya, 5 pertanyaan tersebut ditanggapi oleh siswa lain. Hasil Observasi penguatan yang diberikan oleh guru disajikan pada Tabel 1

Tabel 1. Catatan Pengamat Tentang Penguatan Guru Dan Keaktifan Siswa Pada Siklus I

NO Jenis Penguatan Frekuensi Komentar

1. Baik Mengajukan pertanyaan

2. Tepat sekali / Tepat sasaran, Siswa tampak senang

3. Luar biasa / Kurang tepat, siswa tampak malu karena jawabannya kurang tepat.

4. Tepuk tangan / Tepat, suasana kelas menjadi ceria.

5. Acungan Jempol / Tidak tepat, Guru masih ragu-ragu menggunakannya.

Dari segi pemberian penguatan, tampaknya sudah ada variasi meskipun masih terbatas. Penguatan Verbal sudah dilakukan dengan kata-kata yang bervariasi, meski masih ada yang salah sasaran dan kurang tepat, sedangkan Penguatan Non Verbal dilakukan dengan dua Variasi, namun guru masih tampak ragu-ragu menggunakannya.

Tabel 1. Catatan Pengamat Tentang Penguatan Guru Dan Keaktifan Siswa Pada Siklus II

NO Jenis Penguatan Frekuensi Komentar

1. Baik /// Satu kurang tepat, 2 tepat sasaran

2. Tepat sekali // Tepat, siswa senang

3. Betul // Tepat

4. Ya //// Satu kurang tepat (siswa

meringis), tiga tepat sasaran 5. Tepuk Tangan // Tepat diberikan suasana ceria 6. Acungan Jempol // Tepat, anak-anak senang 7. Jabat tangan / Siswa tampak senang

(16)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 10

Penguatan yang diberikan guru pada siklus II semakin bervariasi. Penguatan Verbal dilakukan dengan 4 jenis penguatan yang dilakukan dengan tepat sasaran. Sedangkan penguatan Non Verbal pada siklus 2 dilakukan dengan 3 jenis penguatan dan ketiganya dilakukan dengan tidak ragu-ragu sehingga penguatan yang diberikan berjalan dengan lancar dan tepat sasaran. Dari data hasil skor latihan siswa pada siklus I dan II diatas dikelompokkan sebagaimana Tabel 3. Grafik distribusi hasil latihan siswa pada siklus I dan siklus II disajikan Gambar 1.

Tabel 3. Distribusi Hasil latihan siswa

NO SIKLUS I SIKLUS II Skor F S x F % Skor F S x F 1. 2. 3. 4. 5. 6. 100 90 80 70 60 50 - - 4 10 3 3 - - 320 700 180 150 - - 20% 50% 15% 155 100 90 80 70 60 50 1 1 9 6 3 - 100 90 720 420 180 - 5% 5% 45% 300% 15% - Jumlah 20 1350 100% Jumlah 20 1510 100% Keterangan: S x F = Skor X Frekuensi

(17)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 11 Pada Siklus I, sebaran skor berkisar antara skor 50 s.d 80. Diantara 5 sebaran skor tersebut, skor 70 diperoleh oleh paling banyak siswa (10 orang), sedangkan skor 5, 9 dan 10 diperoleh oleh masing-masing satu orang siswa. Pada siklus II, sangat jelas terlihat bahwa sebaran skor berkisar antar skor 60 s/d 100. Diantara 5 sebaran skor tersebut, skor 80 diperoleh oleh paling banyak siswa (9 orang) siswa, sedangkan skor 90 dan 100 hanya diperoleh oleh 1 orang siswa.

Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat, ditemukan bahwa setelah menggunakan Globe dan Apron, siswa dilibatkan dalam peragaan ternyata siswa mau menjawab pertanyaan, memberi komentar atas jawaban temannya. Suasana kelas menjadi ceria karena perhatian siswa terfokus pada Globe dan Apron serta peragaan yang mereka lakukan. Media membantu siswa menikmati pelajaran. Hal ini sesuai dengan fungsi media pembelajaran khususnya dalam mengatasi sikap siswa (Asep Henry Hernawan, 2008).

Dalam perbaikan IPA kelas VI, pada siklus pertama penguatan yang diberikan guru hanya 5 jenis penguatan. Penguatan Verbal dilakukan sebanyak 3 kali dan penguatan non verbal dilakukan sebanyak 2 kali. Sedangkan pada siklus kedua penguatan yang diberikan oleh guru semakin bervariasi menjadi 7 jenis penguatan. Penguatan Verbal dilakukan 4 kali dan penguatan Nonverbal diberikan 3 kali. Hal ini terjadi karena guru selalu memperhatikan masukan dari pengamat dan siswa. Sehingga selalu berusaha memberikan pujian atau respons positif terhadap perilaku perbuatan siswa yang positif. Hal ini akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan (Sri Antah W, dkk <2007>). Sebagaimana yang terungkap dari data yang dikumpulkan oleh pengamat, Penguatan guru sudah bervariasi dan dilakukan dengan lancar dan tepat sasaran

Dampak penggunaan alat peraga hasil belajar siswa ditunjukkan dari skor hasil latihan siswa.Perbaikan pembelajaran siklus I dengan materi peristiwa Rotasi bumi, digunakan Globe dan Apron sebagai alat peraga. Hasil belajar siswa masih sedang-sedang saja, baru mencapai rata-rata kelas 67,50 masih ada 6 orang (30%) yang mendapat skor dibawah 70 sedangkan yang mendapat skor diatas 70 berjumlah 4 orang (20%). Data nilai siswa menunjukkan bahwa upaya itu kurang berhasil. Penyebabnya adalah tidak memberikan kesempatan bertanta dan hanya sebagian anak yang mendapat kesempatan untuk memeragakan sehingga tidak semua anak dapat mengamati dengan jelas peragaan yang berlangsung.

(18)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 12

Sedangkan penelitian pada siklus II, berdasarkan hasil observasi, diskusi dengan teman sejawat dan hasil latihan siswa ditemukan bahwa dengan menggunakan alat peraga, melibatkan siswa dalam peragaaan ternyata siswa mau mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan memberi komentar atas jawaban temannya. Hal ini berpengaruh besar pada pemahaman siswa ditunjukkan dari skor rata-rata kelas 75,50 dengan nilai terendah dan tertinggi 100.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. (2008). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Anggoro, M. Toha, dkk (2007). Metode Penelitian. Jakarta : Pusa Penerbitan Universitas Terbuka

Anitah, W.S. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Hermawan, A.H (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Mikarsa, H.L, Taufik. A, dan Prianto, P.L. (2007). Pendidikan anak di

SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Nana Sutanto, P, danb Sarjan. (2007), Ilmu Pengetahuan Alam 6 Untuk

Kelas 6 SD. Jakarta : Sahabat

Suciati, Dr. (2003). Belajar dan Pembelajaran. Modul 3. Motivasi dalam

Pembelajaran. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka

Wardani, I.G.A.K. dkk (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wardani, I.G.A.K. dkk (2007). Teknik Menulis Karya Ilmiah.. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin.S (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

(19)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 13 MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA

MATERI JANGKAUAN DAN SIMPANGAN DATA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

Sudarni

Guru Matematika SMKN 4 Balikpapan Abstrak

Pembelajaran Matematika di kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan semester 2 tahun pelajaran 2014-2015 pada materi jangkauan dan simpangan data belum dapat dikatakan berhasil. Pembelajaran berrsifat monoton dan kurang menarik, sehingga siswa pasif dan kurang menunjukkan aktivitas dalam pembelajaran. Akibatnya, hasil belajar yang dicapai siswa sangat rendah. Nilai rata-rata kelas yang didapat siswa hanya sebesar 64.38 dengan prosentase keberhasilan 50% siswa). Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan semester 2 tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dirancang sesuai model Kemmis dan Taggart selama 2 (dua) siklus. Data dalam penelitian ini diolah secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penerapan pendekatan reciprocal teaching terbukti mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa yang juga sekaligus hasil belajar siswa. Prosentase ketuntasan belajar siklus I sebesar 75% dan pada siklus II menjadi 93.75% atau meningkat sebesar 18.75%. Prosentase skor kinerja siswa siklus I sebesar 68.75% dan pada siklus II mencapai 88.02% atau meningkat 19.27%. Hasil tindakan dan observasi siklus II telah mampu memenuhi indikator keberhasilan penelitian dari segi ketuntasan belajar dan skor kinerja siswa. Peneliti menyarankan strategi pembelajaran ini diterapkan oleh guru lain untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Kata Kunci: Kemandirian Belajar Matematika, Pendekatan Reciprocal Teaching

(20)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 14

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan manusia memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Hal ini berimbas pada dunia pendidikan di mana peserta didik perlu dibekali kemampuan untuk memperoleh, memilah, memilih, dan mengelola informasi dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan mandiri. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar Matematika karena Matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan peserta didik terampil berpikir rasional.

Setiap peserta didik perlu memiliki penguasaan Matematika pada tingkat tertentu yang merupakan penguasaan kecakapan Matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan Matematika yang ditumbuhkan pada peserta didik merupakan sumbangan mata pelajaran Matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai. Penguasaan peserta didik terhadap suatu materi dapat dilihat dari kecakapan yang dimiliki peserta didik yang salah satunya adalah kemampuan dalam memecahkan masalah secara mandiri. Matematika yang bersifat deduktif aksiomatik dan berangkat dari hal-hal abstrak, cenderung sulit diterima dan dipahami oleh peserta didik.

Jika peserta didik dihadapkan pada suatu materi tertentu sedangkan dia belum siap untuk memahaminya, maka dia tidak saja akan gagal dalam belajar tetapi belajar menakuti, membenci, dan menghindari pelajaran yang berkenaan dengan materi tersebut. Kenyataan yang sering ditemui dalam pembelajaran Matematika adalah sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan atau dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena penggunaan sistem pembelajaran yang tradisional yaitu peserta didik hanya diberi pengetahuan secara lisan (ceramah) sehingga peserta didik menerima pengetahuan secara abstrak (hanya membayangkan) tanpa mengalami atau melihat sendiri.

Pembelajaran masih bersifat monoton dan kurang menarik, sehingga siswa menjadi pasif dan kurang menunjukkan aktivitas dalam pembelajaran. Akibatnya, hasil belajar yang dicapai siswa sangat rendah.

(21)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 15 Nilai rata-rata kelas yang didapat siswa hanya sebesar 64.38 dengan prosentase keberhasilan 50% siswa (16 siswa). KKM mata pelajaran Matematika di SMK Negeri 4 Balikpapan ditetapkan ≥75. Hasil ini mengindikasikan perlunya perbaikan pembelajaran, karena masih ada 50% siswa (16 siswa) yang belum tuntas belajar.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Kemandirian Belajar

Cara belajar secara aktif harus ditempuh untuk mendidik siswa agar berpikir mandiri. Kualitas kemandirian adalah ciri yang sangat dibutuhkan manusia dimasa depan. Pengajar berusaha mengembangkan belajar dengan caranya sendiri dan mereka berusaha menemukannya sendiri. Sikap seorang pengajar dalam pembelajaran yang membuka peluang untuk pelajar memperoleh gerak atau ruang kerja seluas-luasnya dalam waktu kerja dan caranya, ditandai dengan tidak menonjolkan peranan mengajar dalam kelas.

Jika dilihat dari aspek kognitif, maka dengan belajar secara mandiri akan didapat pemahaman konsep pengetahuan yang awet sehingga akan mempengaruhi pada pencapaian akademik murid. Kondisi tersebut karena murid sudah terbiasa menyelesaikan tugas yang didapat dengan usaha sendiri serta mencari sumber-sumber belajar telah tersedia. Pendekatan Reciprocal Teaching

Suyatno (2009: 64) menyatakan bahwa reciprocal teaching merupakan strategi pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan dimana keterampilan-keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru. Reciprocal

teaching adalah pendekatan konstruktivis berdasarkan prinsip-prinsip

pembuatan/pengajuan pertanyaan (Trianto, 2007: 96).

Pembelajaran menggunakan reciprocal teaching harus memperhatikan tiga hal, yaitu mengingat, berfikir, dan memotivasi diri. Dalam reciprocal teaching, guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat (Brown dalam Trianto, 2007 : 96).

Untuk memahami isi materi, siswa harus membaca. Membaca identik dengan belajar. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh

(22)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 16

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku (Gagne dalam Slameto, 1995:13). Sehingga dengan keterampilan yang dimilikinya siswa mampu memahami materi dan mampu mengatasi kesulitannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami isi materi adalah model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching). Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terbalik (reciprocal teacing) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memberikan manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai dan memberikan keterampilan pada siswa dalam memahami apa yang dibaca didasarkan pada pengajuan pertanyaan.

Hakikat Mata Pelajaran Matematika

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari siswa sejak SD sampai SLTA bahkan di peguruan tinggi. Menurut Kolb (dalam Wulandari, 2007:12-13) pembelajaran Matematika adalah suatu proses di mana pengetahuan yang berupa hasil belajar siswa diciptakan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman siswa sendiri. Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah.

Menurut Bruner (dalam Aisyah, 2007:21.5) pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan struktur Matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu: dapat memberikan bekal kepada peserta didik untuk berpikir logis, analitis, kritis dan mengembangkan kreatifitas, meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah yang menantang.

Fungsi Pembelajaran Matematika

Cornelius (dalam Abdurahman, 2003: 38) mengemukakan 5 alasan penting belajar Matematika, karena Matematika merupakan sarana untuk : (1) berfikir logis, (2) memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) mengembangkan kreativitas, (5) meningkatkan

(23)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 17 kesadaran terhadap perkembangan budaya. Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia, serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam dunia pendidikan, Matematika berfungsi sebagai alat pemecah masalah melalui pola pikir model Matematika, dan merupakan alat komunikasi melalui simbol, grafik atau diagram serta model Matematika. Menurut Murniati (2007:6), Matematika berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemudian.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Balikpapan yang terletak di Jl. Belibis III RSS Damai III Telp. 873890 Fax. 0542-876143 Kel. Gn. Bahagia Kota Balikpapan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan sebanyak 32 siswa. Subyek penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan rendahnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi jangkauan dan simpangan data yang sebelumnya telah dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah, memberikan catatan berupa sejumlah konsep dalam buku teks, dan latihan soal.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun 2015. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Rincian kegiatan penelitian tindakan kelas ini diuraikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan penerapan pendekatan reciprocal

teaching.

Prosedur Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindak Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas (disingkat PTK) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut Joni (dalam Soedarsono, 2001: 2) PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat

(24)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 18

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannyaitu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Sedangkan menuru Suyanto,

Classroom Action Research atau PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memeperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara professional.

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah, serta menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuain seperlunya dalam kegiatan pembelajaran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran (Soedarsono, 2001: 5). PTK termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif, walaupun data yang

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian berfungsi sebagai tolok ukur tingkat ketercapaian tujuan penelitian. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Penelitian

No Indikator % Pengukuran

1 Nilai rata-rata kelas

≥75 Dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar dari hasil tes. 2 Prosentase

ketuntasan belajar siswa

≥85% Dihitung dari persentase jumlah siswa yang mendapatkan skor tes ≥75 pada tiap siklus.

3 Prosentase skor kinerja siswa

≥75% Dihitung berdasarkan hasil penyekoran instrumen observasi aktivitas siswa pada tiap siklus Berdasarkan tabel di atas, ditetapkan 3 (tiga) indikator keberhasilan penelitian dalam penelitian ini, yaitu: (1) nilai rata-rata kelas ≥75; (2) prosentase ketuntasan belajar 85%; dan (3) prosentase skor kinerja siswa 75%. Ketiga indikator tersebut harus dapat dicapai

(25)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 19 secara kumulatif. Jika belum, penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Prosedur Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindak Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas (disingkat PTK) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut Joni (dalam Soedarsono, 2001: 2) PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannyaitu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Sedangkan menuru Suyanto,

Classroom Action Research atau PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memeperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara professional.

Metode Pengumpulan Data

Observasi

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamatan yang dilakukan observer kepada siswa untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis. Jadi dalam pengamatan, peneliti menggunakan pedoman observasi yang telah dipersiapkan agar observasi berjalan dengan lancar (Arikunto, 2006:157). Data observasi digunakan sebagai skor yang dicapai siswa dalam ranah afektif dan psikomotor. Selain itu, juga dilakukan observasi terhadap kinerja guru.

Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan memeriksa dan mencatat dokumen-dokumen yang menjadi sasaran penelitian. Dokumentasi adalah cara mencari data berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen dan agenda Arikunto (2006: 231). Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data berupa daftar nama yang didapat dari

(26)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 20

daftar absensi siswa dan daftar nilai ulangan harian mata pelajaran Matematika materi jangkauan dan simpangan data.

Wawancara

Menurut Arikunto (2006 :155), wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara bebas untuk memperoleh informasi secara langsung sebagai penguat data dokumentasi yang ada.

Tes

Arikunto (2006:150) mengatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan atau pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan guru. Bentuk tes yang digunakan adalah tes esay.

Analisa Data

Analisa data merupakan upaya menemukan dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, skor, dan sebagainya. Data kuantitatif berupa angka-angka yang telah diperoleh dalam penelitian ini, dianalisa secara deskriptif dan dipersentasekan. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diamati dan diberikan skala penilaian dengan rentang skor 1 sampai 5 dengan rincian :

− Skor 5 jika dilaksanakan dengan sangat baik − Skor 4 jika dilaksanakan dengan baik

− Skor 3 jika dilaksanakan dengan cukup baik − Skor 2 jika dilaksanakan dengan kurang baik − Skor 1 jika dilaksanakan dengan sangat kurang baik

Prosentase skor hasil pengamatan kinerja siswa dan kinerja guru sebagai peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini diklasifikasikan ke dalam lima kategori sebagai berikut.

80% < x ≤ 100% = Sangat Baik 60% < x ≤ 80% = Baik

40% < x ≤ 60% = Cukup 20% < x ≤ 40% = Kurang

(27)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 21 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Awal Setting Penelitian

SMK Negeri 4 Balikpapan terletak di Jl. Belibis III RSS Damai III Telp. 0542-873890 Fax. 0542-876143 Kel. Gn. Bahagia Kota Balikpapan. SMK Negeri 4 Balikpapan selalu mengupayakan terwujudnya layanan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat. Ketersediaan tenaga pendidik dengan tingkat pendidikan dan pengalaman yang cukup memadai di SMK Negeri 4 Balikpapan, diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Selain ketersediaan tenaga pendidik dengan kualitas yang memadai, sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan SMK Negeri 4 Balikpapan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran dapat dikatakan telah memenuhi.

Terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, selalu diupayakan dalam setiap mata pelajaran. Hal ini telah menjadi komitmen bersama bagi seluruh komponen pendidikan di SMK Negeri 4 Balikpapan. Setiap kelemahan dalam proses pembelajaran, akan segera ditindaklanjuti melalui upaya perbaikan dan penguatan agar kualitas output berupa lulusan yang berkualitas dapat selalu ditingkatkan.

Kelemahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan proses pendidikan, adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu. Berdasarkan komitmen bersama yang dibuat oleh guru di SMK Negeri 4 Balikpapan, hal ini harus segera ditindaklanjuti melalui upaya perbaikan. Salah satunya, melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Sehubungan dengan rendahnya kemandirian belajar siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan dalam pembelajaran Matematika materi jangkauan dan simpangan data, kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran.

Proses mengidentifikasi masalah dilakukan melalui studi pendahuluan pada tanggal 9 Februari 2015. Adapun hasil identifikasi masalah pada proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar dan pembelajaran masih terpusat pada Guru. Hal ini menyebabkan siswa kurang dapat memahami materi pelajaran dengan baik dan terkadang siswa merasa jenuh/bosan, karena sifatnya yang terpusat pada guru. Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang inovatif.

(28)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 22

Siklus I Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan materi jangkauan, simpangan rata-rata, simpangan baku, dan kuartil berdasarkan pendekatan reciprocal teaching, soal tes beserta instrumen penyekorannya, instrumen observasi siswa dan guru siklus I, dan merencanakan pembagian siswa ke dalam 8 (delapan) kelompok beranggotakan 4 (empat) siswa berdasarkan tingkat kepandaian.

Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, yaitu hari Rabu, 11 Februari 2015 dan hari Kamis, 12 Februari 2015. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selama kegiatan berlangsung, pengamat melakukan partisipatif dengan ikut serta mendampingi siswa dalam belajar kelompok, membantu peneliti dalam membagikan soal kuis, mengamati aktivitas siswa tanpa mengganggu kegiatan siswa, mencatat data-data atau temuan-temuan yang ada, dan memberikan catatan-catatan mengenai kegiatan pembelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.

Observasi

Kemandirian belajar siswa selama siklus I berlangsung direkam melalui rubrik penilaian berupa alat observasi kemandirian belajar siswa. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung tersebut dapat diamati melalui Tabel 2.

Berdasarkan tabel di atas, skor rata-rata seluruh aspek penilaian proses siswa mencapai 68.75% dalam kategori baik. Hasil ini menunjukkan mulai membaiknya tingkat kemandirian belajar siswa. Pembelajaran Matematika di kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan semester 2 tahun pelajaran 2014-2015 pada materi jangkauan dan simpangan data bersifat monoton dan kurang menarik. Pembelajaran masih terpusat pada Guru yang menjelaskan materi melalui ceramah, memberikan catatan, dan mengerjakan soal-soal latihan. Hal ini menyebabkan siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan kurang tertarik dan bersikap pasif, bahkan sebagian besar melakukan kegiatan

(29)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 23 lain diluar pembelajaran. Akibatnya, daya serap siswa terhadap materi rendah dan berakibat pada rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa.

Tabel 2. Data Hasil Observasi Siswa Siklus I No Indikator Pengamatan Aktivitas Jumlah

Siswa % 1 Belajar dengan penuh ketekunan dan

kedisiplinan

20 62.5 2 Mampu berfikir secara kritis dan kreatif 20 62.5 3 Berupaya memecahkan permasalahan sendiri 25 78.13 4 Mampu mengambil keputusan dengan rasa

percaya diri

21 65.63 5 Mampu mempertanggungjawabkan keputusan

yang diambil secara ilmiah

21 65.63 6 Mampu mengemukakan ide yang bersifat

inovatif

25 78.13

Jumlah 412.5

Rata-rata 68.75

Nilai rata-rata kelas hanya mencapai 64.38 dengan ketuntasan belajar 50% siswa (16 siswa). Dengan demikian, masih ada 50% siswa (16 siswa) yang belum belum memenuhi KKM yang ditetapkan sebesar ≥75. dan memerlukan upaya perbaikan. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif antara dua unsur, yaitu siswa yang belajar dengan guru yang mengajar, dan berlangsung dalam suatu ikatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini harus berjalan secara selaras dan seimbang, agar tidak terjadi dominasi pembelajaran dari salah satu pihak.

Pendekatan reciprocal teaching yang diterapkan dalam penelitian ini terbukti mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa berdasarkan peningkatan prosentase skor kinerja siswa dari tahap pra penelitian ke siklus I dan siklus II. Siswa terfokus dalam pembelajaran, tumbuh rasa tanggung jawab dan percaya dirinya, terbiasa berdiskusi dengan teman-teman pasangannya, mengungkapkan rasa ingin tahu, berpendapat, dan memberikan saran.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Paulina Panen (2001) yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran reciprocal teaching ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri,

(30)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 24

siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, dan guru cukup berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manajer dari proses pembelajaran. Reciprocal teaching juga melatih siswa untuk menjelaskan kembali kepada pihak lain. Dengan demikian, penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka.

KESIMPULAN

1. Langkah-langkah penerapan pendekatan reciprocal teaching untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut: Guru memberikan apersepsi, motivasi, tujuan dan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan penerapan pendekatan reciprocal teaching kepada siswa. Guru membagi siswa ke dalam 8 (delapan) kelompok beranggotakan 4 (empat siswa) berdasarkan heterogenitas tingkat kepandaian. Guru memodelkan strategi reciprocal teaching, mulai dari menjelaskan, memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, serta meminta siswa memberikan tanggapan sebagai model presentasi untuk siswa. Siswa merangkum secara berkelompok untuk menemukan konsep-konsep penting atau memahami materi dalam buku paket. Siswa membuat pertanyaan dan jawaban dari rangkuman tersebut untuk melatih siswa dalam mengevaluasi belajar sendiri dan bertanggung jawab atas kebenaran soal dan jawabannya. Siswa mempresentasikan materi yang telah dipelajari, menjelaskan soal beserta penyelesaiannya yang telah dibuat untuk mengkomunikasikan id-ide mereka kepada siswa lain. Siswa dari kelompok lain menanggapi presentasi tersebut. Guru memberikan penekanan konsep yang dijelaskan siswa, atau membetulkan penjelasan siswa yang kurang tepat. Guru bersama siswa menyimpulkan materi. Pelaksanaan tes.

2. Penerapan pendekatan reciprocal teaching terbukti mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa hingga memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus II. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68.79 dan pada siklus II sebesar 77.42 atau meningkat 8.63 poin. Prosentase ketuntasan belajar siklus I sebesar 75% dan pada siklus II menjadi 93.75% atau meningkat sebesar

(31)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 25 18.75%. Prosentase skor kinerja siswa siklus I sebesar 68.75% dan pada siklus II mencapai 88.02% atau meningkat 19.27%.

SARAN

Peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai rekomendasi hasil penelitian:

1. Pendekatan reciprocal teaching ini dapat diterapkan sebagai variasi dalam proses belajar mengajar di kelas agar pembelajaran yang dilaksanakan lebih bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.

2. Dalam penerapan pendekatan reciprocal teaching yang dilaksanakan dalam penelitian ini, masih ada siswa yang belum tuntas belajar secara individu, karena itu, diharapkan kepada peneliti lain yang melaksanakan kegiatan penelitian serupa agar lebih meningkatkan hasil tersebut menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan

Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aisyah, Nyimas dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika

SD. Jakarta: Dirjen Dikti.

Alverman and Phelps. 1998. Why Reciprocal Teaching?

www.education.vic.gov.au/studentlearning/teaching resources /english/ literacy/dept.of education. Diakses: 12 Maret 2008. Arends, Ricard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New

York: MC Graw Hill.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aziz, Abdul. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Alfabeta. Bandung.

Haryono, Anung. 2005. Belajar Mandiri: Konsep dan Penerapannya

Dalam System Pendidikan dan Pelatihan Tebuka/Jarak Jauh.

Jakarta: Seamolec.

Ibrahim, Muslimin. 2008. Reciprocal Teaching Sebagai Strategi. http: //kpicenter.org/index.php?option=comcontent&task=view&id=3 6&itemid=41. Diakses tanggal 8 Februari 2008.

(32)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 26

Mudjiman, Haris. 2007. Belajar Mandiri. Solo: UNS Press.

Muhtamadji. 2002. Pendidikan Keselamatan Konsep dan Penerapan. Jakarta: Depdiknas.

Murniati, Endyah. 2007. Kesiapan Belajar Matematika di Sekolah

Dasar. Surabaya: Surabaya Intelectual Club.

Nurjanah, Siti. 2002. Hubungan Antara Androginitas Dengan

Kemandirian dan Kemampuan Pemecahan Masalah. Surakarta:

Fakultas Psikologi UMS.

Palincsar A.S dan Brown A. 1984. Reciprocal Teaching Of

Comprehension Fostering And Comprehension Mentoring Activities. Cognition And Instruction.1(2): 117-175. Diakses

tanggal 8 Maret 2008.

Paulina, Panen. 2000. Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal

Teaching). www .file://localhost /Literacy%20-%20 Reciprocal

%20 Teaching.htm. Diakses tanggal 9 Maret 2008.

Rosyid, Ibrahim. 2008. Reciprocal Teaching.

http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/17/reciproca l-teaching/. Diakses tanggal 9 Oktober 2014.

Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Mas

Media Buana.

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Wulandari, Febrianti. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Contexstual

Teaching and Learning-CTL dalam Pemecahan Masalah Matematika Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Surakarta: UMS.

(33)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 27 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

PECAHAN SEDERHANA ALAT PERAGA

Eflin

Guru Kelas 3 SDN 001 Balikpapan Selatan Abstrak

Nilai rata-rata siswa Kelas 3 SDN 001 Balikpapan Selatan dalam tiga tahun terakhir ≤ 65 untuk pelajaran matematika khususnya pada materi pecahan. Oleh karena itu muncul gagasan bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga kertas lipat, roti tawar dan karton. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti jalannya pelajaran dan untuk mengurangi kesalah pahaman siswa terhadap materi pelajaran khususnya pada materi pecahan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 001 Balikpapan Selatan yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan dan tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data meliputi hasil tes dan pengamatan dan wawancara. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa secara individual mengerjakan soal tes mendapat nilai ≥ 65. Hasil perolehan pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 66,4 %. Hasil perolehan dari sikus II menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 93,33 %. Hasil ini sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka penelitian ini sudah dikatakan berhasil. Sehingga dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 001 Balikpapan Selatan.

(34)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 28

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui model pengajaran yang efektif dan efisien serta mengikuti perkembangan zaman. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran berlangsung secara efektif adalah sebagai berikut : Pada proses pembelajaran, guru harus memberikan peluang kepada siswa agar secara langsung dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memupuk kemandirian dan kerjasama dalam belajar. Pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan kreativitas dan rasa ingin tahu siswa pada saat belajar. Pendidikan tidak hanya teoritis, melainkan harus selalu mengaitkan dengan lingkungan sekitar sehingga siswa mampu menyerap konsep dan prinsip secara mudah dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya alat peraga diharapkan siswa lebih menghayati matematika secara nyata berdasarkan fakta yang jelas yang dilihatnya, diharapkan siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi yang dibahas.

Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang dikemukakan diatas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan bagaimana penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana? Apakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana setelah menggunakan alat peraga mengalami peningkatan? tujuan dalam penelitian ini adalah menjelaskan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana di kelas III SDN 001 Balikpapan Selatan dan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana setelah menggunakan alat peraga.

KAJIAN TEORI

Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Mathein atau

manthenein yang artinya mempelajari, belajar (berpikir), namun di duga

(35)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 29 yang artinya kepandaian ketahuan atau intelegensi (Andi Hakim Nasution, 1980 h.12).

Pengertian Pecahan

Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Akibatnya, guru biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan 1

2, 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut. Pengertian pecahan di mana bilangan 𝑎

𝑏 untuk a dan b bilangan cacah dan b ≠ 0 dinamakan pecahan di mana a adalah pembilang dan b adalah penyebut. Pecahan terdiri dari beberapa jenis, yaitu: pecahan yang ekuivalen, senama,campuran, dan desimal.

Konsep Pecahan

Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bahan bukan matematika yang terkait.Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa banyak siswa Sekolah Dasar mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, dan banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami kesulitan untuk mengajarkan pecahan. Untuk menerangkan konsep pecahan pada siswa SD hendaknya diawali dengan menggunakan benda-benda kongkrit, semi kongkrit, kemudian abstrak. Beberapa alternatif pemilihan benda-benda kongkrit yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep pecahan.

Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar alat peraga mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan komponen-komponen lainnya, karena pada dasarnya media berperan untuk meningkatkan

(36)

(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 30

kualitas siswa. Menurut Hamalik (Marlina,2004:22) alat, metode dan teknik dapat mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dari pernyataan tersebut, media dapat berbentuk alat, metode ataupun teknik mengajar yang dapat membawa suatu pesan pembelajaran. Fungsi Alat Peraga, terutama untuk membangkitkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. untuk menyajikan materi ke dalam bentuk yang lebih kongrit, siswa pada tingkat yang lebih rendah akan lebih memahami dan mengerti apa yang diajarkan. Siswa akan menyadari adanya hubungan antarapembelajarandengan benda-benda disekitarnya. Penggunaan alat

peragamengkinkan konsep-konsepabstrak yang disajikan dalambentuk

konkrit. Ada beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu Gambar, kertas lipat, karton dan lain lain. Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus diperhatikan oleh guru yakni:tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit melihat dan menjadi ribut.

Penggunaan Alat Peraga

Pecahan pada prinsipnya menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. Seluruh jumlah bagian yang sama tersebut bersama-sama membentuk satuan (unit). Dua macam keadaan yang perlu penekanan adalah konsep keseluruhan sebagai satuan dan konsep sama. Kaitan masing-masing dapat ditunjukan dengan menggunakan benda-benda manipulatif, misalnya: kertas, karton, buku atau pensil. Setiap siswa diminta untuk merasakan dan menghayati sendiri makna pecahan dengan mengerjakan sendiri Mintalah kepada setiap siswa untuk menyediakan lembaran-lembaran kertas. Masing-masing anak diminta untuk mengambil kertasnya satu lembar dan melipatnya sehingga lipatan yang satu dapat menutup lipatan yang lain. Beri kesempatan kepada mereka untuk membuka dan menutup lipatan kertas masing-masing sampai mereka mengetahui bahwa satu lembaran kertas mempunyai dua lipatan yang sama, yaitu lipatan yang satu tepat menutup lipatan yang lain.

Katakan kepada mereka 1 lipatan dari 2 lipatan yang sama

disebut seperdua ditulis dengan lambang pecahan 1

Gambar

Tabel 1. Catatan Pengamat Tentang Penguatan Guru Dan  Keaktifan Siswa Pada Siklus I
Gambar 1. Distribusi hasil latihan siswa pada siklus I dan siklus II
Tabel 1. Indikator Keberhasilan Penelitian
Tabel 2. Data Hasil Observasi Siswa Siklus I  No  Indikator Pengamatan Aktivitas  Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas atau classroom action research yakni melalui landasan teoritik, teori

bahwa untuk operasionalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan kualitas produksi dan pelayanan terhadap pelaku usaha kecil menengah sebagaimana

Tanggap Darurat Krisis Kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan segera pada saat kejadian akibat bencana untuk menangani dampak kesehatan yang ditimbulkan,

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan menerapkan Metode Latihan Soal Terbimbing dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas VII-1

Memberikan reward (penghargaan) berupa nilai yang bagus kepada tutor yang bisa membawa kelompoknya menjadi yang terbaik. Reward ini bertujuan agar timbul motivasi untuk

Diharapkan bagi para guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sebaiknya untuk mengajak para siswa untuk melakukan pembelajaran secara kooperatif

Bagaimana profil pasien tumor ganas kulit berdasarkan jenis tumor, jenis kelamin, usia, pekerjaan, distribusi lokasi lesi, dan faktor pencetus di Poliklinik

Berdasarkan data dari Disperindagtamben, Pryangan Bakery merupakan industri roti dengan kapasitas produksinya termasuk yang besar dibandingkan industri roti sejenis di Kota