BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2. Kajian Teoritis Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang barudalam psikologi pendidikan. Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah pengetahuan secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak. Kemudian,seiring dengan berkembangnya penelitian pendidikan sains, terungkaplah bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan terakhir inilah yang dianut di dunia pendidikan.
Belajar menurut pandangan konstruktivistik artinya membangun yaitu siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktifitas aktif dalam pembelajaran.28Menurut pandangan konstruktivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita (Slavin, 1994: 225).29Seseorang dikatakan mengasimilasikan informasi ketika ia sudah menggabungkan informasi baru yang didapatkan ke dalam pengetahuannya yang sudah ada. Sedangkan mengakomodasikan infornasi
27
Adi, W. Gunawan., op. cit. 177 28
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1., h. 119
29
adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru atau melakukan modifikasi pengetahuan yang ada untuk mencocokkannya denga informasi yang baru.
Guru semata-mata bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus mampu membangun pengetahuan dalam benaknya. Peranan guru pada pendekatan konstruktivisme adalah sebagai fasilitator. Tugas guru sebagai fasilitator yaitu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab, memberikan tugas yang dapat merangsang siswa berpikir aktif dengan membangun pengetahuannya dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya serta memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan atau tidak.30
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang menekankan proses pembentukan pengetahuan terjadi di dalam diri peserta didik bukan dari seorang pendidik ke peserta didiknya.
b. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Winataputra dalam Putrayasa mengemukakan beberapa karakteristik yang juga merupakan prinsip dasar konstruktivisme dalam pembelajaran. Prinsip tersebut antara lain mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi, dimungkinkannya perspektif jamak dalam proses belajar, student center, penggunaan scaffolding, peran guru sebagai fasilitator, mementingkan kegiatan belajar dan evaluasi belajar yang otentik.31 Berikut penjelasan lebih rinci dari setiap butir prinsip yang telah disebutkan.
30
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.41
31
Ida Bagus Putrayasa, Buku Ajar Landasan Pembelajaran, 2013, (Singaraja: Undiksha Press, 2013), Cet ke 1, h. 88-89
Tujuan dari prinsip pertama yaitu siswa perlu dibiasakan untuk dapat mengakses informasi dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, koran, pengamatan, wawancara, dan dengan menggunakan internet. Sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa, mereka perlu belajar bagaimana memproses informasi seperti menganalisis informasi, sejauh mana kebenarannya, asumsi yang melandasi informasi tersebut, bagaimana mengklasifikasikan informasi tersebut, dan menyederhanakan informasi yang banyak.
Maksud dari prinsip kedua yaitu selama kegiatan belajar mengajar akan muncul pendapat, pandangan, dan pengalaman yang beragam. Dalam menjelaskan suatu fenomena, di antara siswa pun akan terjadi perbedaan pendapat yang dipengaruhi oleh pengalaman, budaya dan struktur berpikir yang dimiliki.
Student center artinya siswa aktif dalam kegiatan belajar bersama supaya ia paham dengan pengetahuan yang didapatnya. Siswa perlu terlatih untuk mendengarkan dan mencerna dengan baik pendapat siswa lain dan guru. Sesuai dengan tahap perkembangan emosi dan berpikirnya, dia perlu dapat menganalisis pendapat tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Scaffolding adalah proses memberikan bimbingan kepada siswa untuk mencapai apa yang harus dipahami dari apa yang sekarang sudah diketahui siswa. Siswa dilatih secara perlahan dengan intensitas bimbingan yang semakin berkurang. Dengan cara ini, kemampuan berpikir siswa akan semakin berkembang.
Peranan pendidik/guru lebih sebagai tutor, fasilitator, dan mentor untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa. Halini menandai telah terjadi perubahan paradigmdari pembelajaran berorientasi gurumenjadi pembelajaran berorientasi siswa. Siswa diharapkan mampu secara sadar dan aktif mengelola belajarnya sendiri.
Kegiatan belajar yang otentik yaitu seberapa dekat kegiatan belajar yang dilakukan dengan kehidupan dan permasalahan nyata yang terjadi dalam
masyarakat yang dihadapi siswa ketika berusaha menerapkan pengetahuan tertentu.
c. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme
Menurut Driver dan Oldham dalam Siregar dan Nara, ada lima ciri-ciri pembelajaran berbasis konstruktivis. Lima ciri tersebut antara lain orientasi, elisitasi, restrukturisasi ide, penggunaan ide dalam berbagai situasi, dan review.32
Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi ketika mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi. Motivasi penting untuk dibentuk supaya siswa tidak bosa denga pembelajaran. Kegiatan observasi bertujuan supaya siswa aktif menggunaka seluruh panca inderanya dalam kegiatan pembelajaran.
Elisitasi, yaitu siswa mengembangkan idenya dengan kegiatan diskusi, menulis, membuat poster dan lain-lain. Semakin sering ia mengembangkan idenya maka semakin banyak pengalaman yang ia dapat.
Restrukturisasi ide, yaitu setiap siswa saling mengklarifikasi, membangun, dan mengevaluasi ide baru. Tujuannya supaya siswa dapat saling bertukar pikiran dan membangun rasa toleransi.
Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada berbagai macam situasi. Maksudnya supaya siswa dapat berpikir kreatif.
Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, ide yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah. Kegiatan review membentuk siswa menjadi seorang yang mempunyai sifat berpikir fleksibel.
Ada beberapa model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme diantaranya pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis proyek. Dari segi pedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori konstruktivis dengan ciri pemahaman yang diperoleh berasal dari interaksi antara skenario permasalahan dengan lingkungan belajar; pergulatan masalah dan proses inquiry masalah
32
menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar; pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.33 Pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada teori konstruktivis karena dipandang sebagai salah satu model yang dapat mendorong anak membangun pengetahuan dan keterampilan secara personal. Mereka akan memahami bahan kajian untuk membuat proyek memnggunakan bahasa mereka sendriri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan, dan alami.
3. Kajian Teoritis Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based