• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Topograf

Dalam dokumen BAB VIII UPGRADE 1450830 wib dispenda (Halaman 189-197)

2. Agenda Prioritas Lingkungan Hidup dan Bencana

5.8. Kajian Topograf

Maksud kegiatan kajian topografi dalam kegiatan ini adalah melakukan pengamatan topografi baik itu pengamatan situasi maupun elevasi untuk mengetahui elevasi permukaan tanah di daerah studi. Dalam hal ini survey topografi dilaksanakan di beberapa lokasi sungai, yang berada di wilayah Kota Tebing Tinggi, yaitu pada Sungai Padang sebagai induk beserta anak anak sungai lainnya.

Berdasarkan hasil studi, diketahui daerah-daerah yang bertopografi rendah antara lain Kampung Semut (Kurnia) atau Kampung Mandailing. Lokasi ini memiliki harga garis kontur yani lebih rendah dari daerah lain, sehingga konsekwensinya adalah ketika banjir terjadi, aliran air akan mengarah daerah ini. Lokasi yang rendah selanjutnya adalah Kecamatan Bajenis, yaitu di Kelurahan Padang Merbau (Kampung Semut), Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Badak Bejuang dan Kelurahan Tebing Tinggi Lama; Kecamatan Padang Hilir, yaitu di Kelurahan Tambangan Hulu dan Kelurahan Tambangan.

Dari analisa topografi tersebut dan ditambah dengan tidak mendukungnya prasarana penanggulangan banjir yang ada, maka dapat dipastikan daerah-daerah yang bertopografi rendah tersebut merupakan arah aliran sekaligus tempat terakumulasi air limpasan, hal inilah yang menyebabkan potensi terjadinya banjir semakin besar. Seperti dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dengan kurang mendukungnya sistem drainase yang ada, tidak tersedianya pintu air, tidak berfungsinya bendungan yang ada, ditambah perilaku sebahagian masyarakat yang masih suka membuang sampah pada badan sungai dan got, semua hal ini menambah besar terjadinya potensi banjir.

Manajemen bencana ini bertujuan untuk (1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi penderitaan manusia; (3) memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis. Selama ini, di dalam praktek penanggulangan bencana masih ditekankan pada saat serta pasca terjadi bencana. Sementara itu, pada tahap pra bencana masih sangat terbatas pada tahap pencegahan. Kegiatan pada tahap

pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Kegiatan pada tahap sebelum terjadinya bencana, dikenal dengan istilah Mitigasi atau

wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law enfocement) pembangunan. Upaya mitigasi dan tindakan-tindakan antisipasinya adalah syarat mutlak untuk dapat hidup berdampingan dengan bencana yang sering terjadi di Kota Tebing tinggi seperti Bencana Alam (Natural disaster), Bencana Non-Alam (Manmade disaster), dan Wilayah Penyakit Menular. Dengan upaya mitigasi terhadap bencana-bencana tersebut dapat mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Data dan Informasi kejadian bencana di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Bencana Alam

Banjir

Volume kejadian sebanyak 3 kali. Jumlah korban sebanyak 637 jiwa. 2. Bencana Non-Alam

Bencana lain yang kadang terjadi di Kota Tebing Tinggi adalah kebakaran. Data statistik untuk peristiwa kebakaran, baik kebakaran tunggal maupun kebakaran massal di Kota Tebing Tinggi selama periode 2006-2010 di daerah permukiman di pusat kota cukup tinggi. Gambaran umum bencana kebakaran ini dapat dilihat pada tabel 5.15 di bawah ini.

Tabel : 8.39

Rekapitulasi Laporan Kebakaran di Kota Tebing Tinggi

Tahun 2006-2010

Tahun /

Bulan Banyaknya Banyaknya Kebakaran Perkiraan Kerugian

Victim of Fire Material (Rp.000.-)

Year/Month Kebakaran Meninggal Luka-luka Suffer a Material Loss

Fire Death Injury

(1) (2) (3) (4) (5) 2006 6 - - 475.000.000 2007 6 - 1 651.000.000 2008 6 - 1 563.000.000 2009 5 1 - 692.000.000 2010 11 - 1 1.761.500.000

Sumber : Badan Kesbang dan Linmas

Disamping potensi mitigasi bencana alam yang telah dijelaskan diatas, juga kejadian bencana luar biasa lainnya yang bisa ditimbulkan oleh sumber penular lainnya, yang berasal dari hewan seperti nyamuk Aides Agepty, lalat . Penyakit menular ini dapat terjadi akibat kepadatan dan kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik akibat kurang kesadaran dan budaya bersih yang belum melekat pada masyarakat sehingga menimbulkan berbagai penyakit, seperti demam berdarah dan diare, dan lain lain.

a. Demam Berdarah dan Diare

Adapun data kasus demam berdarah dan diare yang telah terjadi di wilayah Kota Tebing Tinggi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel : 8.40

Data Kasus Penderita Demam Berdarah Di Kota Tebing Tinggi Tahun 2008-2011

No. Jenis penyakit

Menular TAHUN Ket. 2008 2009 2010 2011 1. Demam Berdarah Denque 149 230 381 176 2 Diare 1758 2720 2025 1550 3 Malaria 0 0 0 0 4 Chikungunya 0 228 0 0 5 dll - - - -

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011

b. Penyakit Zoonosis (Flu

Burung)

Selain wabah penyakit demam berdarah dan chikungunya, ada juga penyakit yang ditimbulkan melalui hewan unggas, yaitu penyakit hewan zoonosis. Hal ini perlu mendapat perhatian. Mengingat penyakit zoonosis pada hewan dapat menular pada manusia bahkan dapat menyebabkan kematian, sehingga apabila telah terjadi sering dikatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), Penyakit Zoonosis tersebut antara lain adalah penyakit Flu Burung, Penyakit Flu Burung (Avian Influenza) mulai masuk ke Indonesia termasuk ke Tebing Tinggi pada tahun 2003, sedangkan di Kota Tebing Tinggi, virus ini mulai menjangkiti unggas pada tahun 2005. Tipe virus yang ditemukan di Indonesia adalah H5N1 yang bersifat ganas. Virus tersebut pada umumnya menyerang unggas namun dapat juga menyerang manusia dan hingga saat ini belum ada obatnya. Apabila terjadi kontak langsung antara manusia dengan unggas yang terjangkit virus flu burung akan mengakibatkan

infrastruktur, sarana dan prasarana dan penanggulangan banjir adalah sebagai berikut : 1. Kapasitas Tampung Sungai yang tidak sesuai dengan volume air;

2. Saluran Drainase masih belum terpelihara dengan baik, hal ini ditandai masih ada saluran drainase yang sama sekali tidak berfungsi, sehingga dapat berdampak kepada tingkat kualitas jalan, dimana air tergenang yang dapat merusak kondisi fisik jalan, akibatnya kegiatan transportasi tidak berjalan dengan lancar apalagi pada saat terjadi musim penghujan.

3. Tingginya tingkat sedimentasi sungai/Pendangkalan sungai Padang, penyempitan pada hilir (muara) sungai Padang sementara sungai Padang merupakan sungai penampungan dari 4 (empat) sungai yang ada di Kota Tebing Tinggi, karena apabila debit hujan di hulu (sungai Kelembah) Serdang Bedagai dan kota Tebing Tinggi cukup tinggi, maka air di sungai Padang akan meluap dan menggenangi sebagian besar wilayah Kota Tebing Tinggi;

4. Masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat didalam merawat fasilitas umum yang diberikan oleh pemerintah seperti fasilitas jalan, fasilitas jembatan, fasilitas MCK, fasilitas depot air siap minum, dan lain-lain.

5. Beberapa lokasi Daerah Aliran Sungai (DAS) sudah menjadi milik masyarakat dibuktikan dengan adanya sertifikat hak milik tanah;

6. Sebagian Daerah Aliran Sungai (DAS) dimanfaatkan masyarakat bercocok tanam palawija, sayuran, ubi kayu, padi, pohon karet dan kelapa sawit;

7. Terdapat bangunan perumahan penduduk, gudang pengolahan kayu, kantor, tempat ibadah dengan posisi sampai ke tepi sungai dan bahkan dinding rumahnya berbatasan langsung dengan bibir sungai;

8. Masih terdapatnya masyarakat, pedagang, industri pengolahan yang masih membuang limbahnya langsung ke sungai yang akan berdampak kepada pencemaran sungai, sementara beberapa kelompok masyarakat masih memanfaatkan air sungai untuk mencuci, mandi, dan lain-lain;

9. Kurangnya sumur-sumur resapan yang tersedia

10. Pola atau sistem bendungan yang ada belum terencana dengan baik

11. Kurangnya infrastruktur pada daerah aliran sungai (bronjong, pintu air, tanggul dan lain sebagainya)

12. Berkurangnya lokasi-lokasi alamiah yang dapat mereduksi banjir (lembah, cekungan dan rawa-rawa).

13. Kota Tebing Tinggi merupakan daerah rawan bencana baik yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia meliputi : gempa bumi, epidemik dan wabah penyakit, kebakaran gedung dan permukiman, angin putting beliung, dan banjir bandang 14. Jaringan prasarana dan sarana transportasi dan lalu lintas yang terintegrasi

15. Penyebaran fungsi dan pusat-pusat yang belum merata, belum adanya integrasi antara sistem transportasi dan tata guna lahan sehingga pusat-pusat kegiatan tidak

18. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas prasarana jalan, jembatan.

19. Kondisi jalan saat ini sebenarnya relatif baik terutama di inti kota. Sedangkan pada daerah pinggiran kota, peningkatan jaringan jalan dan jembatan telah dilakukan secara bertahap, yang disesuaikan dengan kemampuan alokasi anggaran.

20. Kurangnya koordinasi dan kerjasama dalam pembangunan dan pemeliharaan prasarana jalan, jembatan antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota sekitar Kota Tebing Tinggi.

21. Kewenangan pengelolaan jalan arteri masih menjadi tanggung jawab pemerintah atasan. Sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan serta pemeliharaan jalan dan jembatan dengan pemerintah atasan, pemerintah daerah kabupaten yang berbatasan dengan Kota Tebing Tinggi dan instansi yang memanfaatkan jaringan jalan dan jembatan juga belum optimal.

22. Rendahnya partisipasi masyarakat untuk membangun serta menjaga dan memelihara prasarana jalan dan jembatan. Kerusakan jalan sering disebabkan aktivitas-aktivitas masyarakat yang melakukan pengangkutan material bahan bangunan seperti tanah yang melebihi kapasitas daya dukung konstruksi jalan, timbunan bahan bangunan di badan atau di pinggir jalan yang menyebabkan terhalangnya aliran air ke drainase saat hujan, dan lain-lain.

23. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas data-base prasarana jalan, jembatan, drainase serta energi dan sumber daya mineral.Pembuatan data base jalan yang telah dilakukan belum mampu mencakup keseluruhan kondisi ruas jalan yang ada di Kota Tebing Tinggi. Keberadaan data base dan sistem informasi jaringan jalan dan jembatan sangat diperlukan untuk efektifitas dan efesiensi perencanaan pembangunan maupun pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan. Data base berguna untuk memilih skala prioritas di antara banyaknya kebutuhan peningkatan jaringan jalan dan jembatan. Data yang benar dan lengkap dapat memudahkan estimasi pembiayaan pembangunan dan juga manajemen waktu pelaksanaan pembangunan / peningkatan / pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan.

24. Masih rendahnya penyediaan rumah yang layak huni terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

25. Masih terdapatnya kawasan permukiman yang belum tertata secara baik. 26. Masalah penyediaan kebutuhan sarana prasarana permukiman.

27. Rendahnya prasarana dan sarana lingkungan perumahan 28. Prasarana permukiman juga masih kurang secara kualitas.

29. Permasalahan utama lainnya dalam penyelenggaraan urusan perumahan dan permukiman dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah terkait dengan peningkatan prasarana permukiman terkait dengan masih kurangnya penyediaan sarana air bersih.

34. Belum optimalnya sistem tanggap darurat bencana kebakaran, yang terdiri dari :

a. Frekwensi dan skala

kebakaran di Kota Tebing Tinggi

b. Adanya hambatan akses

pencapaian lokasi kebakaran

c. Wilayah Manajemen

Kebakaran sebagai bahagian dari perencanaan Kota belum sesuai Kepmeneg PU No.11/KPTS/2000.

35. Adanya keterbatasan dalam peningkatan kualitas pelayanan pemadam kebakaran yang terdiri dari :

a. Terbatasnya kualitas dan

kuantitas SDM aparatur pencegahan dan pemadaman kebakaran.

b. Minimnya sarana dan

prasarana pendukung pencegahan dan pemadaman kebakaran

c. Terbatasnya dana

operasional dan pemeliharaan

Terbatasnya dana kesejahteraan dan jaminan keselamatan kerja bagi petugas

36. Belum optimalnya peran serta masyarakat dan pencegahan bencana kebakaran, yang terdiri dari :

a. bangunan gedung dan

lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan 37. Standar pelayanan kota

38. Penyediaan sarana dan prasarana publik belum didasari atas sistem rencana penyediaan fasilitas berbasis kebutuhan masyarakat (demand responsive approach).

39. Rendahnya peran serta masyarakat dalam memelihara sarana dan prasarana kota yang telah terbangun, menyebabkan seringkali fasilitas yang ada rusak bahkan hilang.

40. Pemanfaatan sarana – sarana publik untuk kepentingan pribadi mengakibatkan terganggunya kepentingan publik.

41. Ketersediaan dan kualitas fasilitas sosial dan fasilitas umum kota

42. Belum meratanya fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah Kota Medan dan penempatan fasilitas sosial dan umum yang belum terintegrasi dengan sarana angkutan umum.

43. Prasarana dan sarana listrik dan telekomunikasi

44. Terkait dengan krisis energi listrik, untuk itu selain perlu penambahan pembangkit tenaga listrik juga perlu direncanakan kota yang hemat energi dengan menumpukan moda pergerakan menggunakan transportasi massal dan pejalan kaki serta bangunan hemat energi.

45. Belum adanya pemanfaatan energi listrik alternatif selain dari PLTA, PLTG, dan PLTU seperti pemanfaatan sampah, batu bara menjadi listrik.

46. Keberadaan tower telekomunikasi di Kota Tebing Tinggi saat ini masih belum tertata dengan baik.

diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Dengan kekuatan SKPD dan anggaran yang ada, maka upaya yang direncanakan oleh pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan sebagai wujud implementasi pelaksanaaan visi dan misi pemerintah Kota Tebing Tinggi sebagaimana yang tertuang didalam salah satu misi Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi didalam RPJMD Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 (misi kelima) yaitu : Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana secara terkoordinasi dengan titik berat pada penanggulangan banjir.

Adapun upaya/solusi yang direncanakan adalah :

1. Da

lam menanggulangi banjir di Kota Tebing Tinggi maka salah satu kegiatan prioritas yang direncanakan adalah membangun tanggul, dinding penahan, pembuatan kanal/sodetan dan normalisasi sungai Padang, sungai Bahilang, sungai Kelembah, sungai Sigiling dan sungai Sibarau, maka sebelum kegiatan dilaksanakan maka harus dilakukan survey/investigasi lapangan untuk mendapatkan data-data akurat dalam rangka pembuatan desain kegiatan dan permasalahan yang akan diselesaikan di lapangan, dan jika kegiatan yang direncanakan siap untuk dilaksanakan di lapangan maka perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar pelaksanaan . kegiatan tersebut mendapat dukungan penuh dari masyarakat (swadaya masyarakat), sehingga pelaksanaannya tidak terdapat kendala maupun hambatan di lapangan. Kemudian harus melibatkan Dinas/Instansi terkait Pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan antara lain : Bappeda, Camat, Lurah, BPN, Dinas Pertanian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Kesbang dan Linmas, dan lain-lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ini. Dan juga perlu adanya jalinan kerja sama dengan pihak Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pengairan Pemprovsu, penanganan DAM IRIGASI BAJAYU (Batak, Jawa. Melayu) di sungai Padang yang mengairi areal persawahan desa Paya Lombang Kabupaten Serdang Bedagai. Serta kerja sama dengan pihak Perkebunan Paya Pinang dimana pembangunan Kanal/Sodetan, dan normalisasi sungai yang direncanakan akan melintasi kawasan perkebunan tersebut. Disamping itu didalam pelaksanaannya dibutuhkan juga sarana dan prasarana pendukung seperti dukungan alat berat dan sepeda motor pada Dinas pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi untuk operasional pelaksanaan kegiatan nantinya.

2. Me

mbuat, memperbaiki, memelihara saluran drainase kota Tebing Tinggi secara terintegrasi, mulai dari pemukiman penduduk sampai badan air terakhir (Sungai);

3. Pe

mantauan cuaca yang bias secara tiba-tiba dan atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;

darurat bencana dipegang oleh Badan Penanggulangan Bencana selaku Komandan Posko Penanggulangan Bencana.

Letak Kota Tebing Tinggi yang berada di jalur utama jalan lintas Sumatera dan merupakan titik pertemuan dan perpisahan jalur lintas tengah dan lintas timur merupakan suatu implikasi bahwa kota ini merupakan tempat transit orang maupun barang, Adanya rencana pemindahan bandara terbesar di Provinsi Sumatera Utara dari Kota Medan ke Kuala Namu diharapkan mampu menjadi peluang bagi Kota Tebing Tinggi. Hal tersebut didukung dengan adanya rencana Pemerintah untuk membangun jalan tol Kuala Namu - Tebing Tinggi. Rencana pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang terletak tidak jauh dari Kota Tebing Tinggi juga diharapkan mampu meningkatkan perekonomian kota. Terkait dengan pengembangan Bandara Kuala Namu dan Jalan Tol Kuala Namu – Tebing Tinggi paling sedikit memberikan dampak terhadap :

• Konversi guna lahan semakin besar, terutama pada konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman terutama yang terdapat di Kecamatan Rambutan dan Kecamatan Bajenis.

• Peningkatan pendapatan masyarakat yang dapat dilakukan melalui usulan kepada Pemerintah untuk pembangunan cluster rest-area pada gerbang tol di wilayah Kota Tebing Tinggi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti penjualan hasil industri kecil/rumah tangga, sarana SPBU, rumah makan/restaurant, perbengkelan, dan lain-lain.

Secara Umum gambaran arah perkembangan fisik Kota Tebing Tinggi sebagai berikut :

a. Pusat Kegiatan Kota (PKK) Selatan

Kecamatan Padang Hulu berpotensi sebagai daerah pemukiman dengan KDB rendah dan Ruang Terbuka Hijau dan ditunjang oleh sarana wisata.

b. Pusat Kegiatan Kota (PKK) Utara

Kecamatan Rambutan berpotensi sebagai daerah Industri dan sebagai penunjangnya adalah pemukiman serta perdagangan dan fasilitas pelayanan kota. c. Pusat Kegiatan Kota (PKK) Barat

Kecamatan Bajenis berpotensi sebagai daerah permukiman dan pertanian yang ditunjang oleh objek wisata.

d. Pusat Kegiatan Kota (PKK) Timur

Kecamatan Padang Hilir berpotensi sebagai daerah permukiman, Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Industri

e. Pusat Kegiatan Kota (PKK) Tengah

Kecamatan Padang Hilir berpotensi sebagai daerah permukiman, Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Industri.

c. Sasaran

1. Terwujudnya Kota Tebing Tinggi yang bebas banjir dan infrastruktur yang berkualitas, misalnya akses jalan, sarana drainase, pasar dan terminal;

d. Strategi dan Arah Kebijakan

Dalam dokumen BAB VIII UPGRADE 1450830 wib dispenda (Halaman 189-197)