• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian ASI dan Status Gizi Balita

Dalam dokumen BAB VIII UPGRADE 1450830 wib dispenda (Halaman 70-77)

Kesehatan anak berumur di bawah lima tahun (Balita) merupakan salah satu indikator yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Balita yang sehat merupakan aset yang besar dalam kelangsungan masa depan bangsa. Tingkat kecerdasan anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang diberikan pada saat anak berusia balita dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sewaktu bayi. Pola dan lama pemberian ASI memberikan pengaruh yang sangat positif pada kondisi kesehatan dan proses tumbuh kembang anak balita secara optimal. ASI mengandung zat yang mempunyai berbagai fungsi yang belum dapat dihasilkan sendiri oleh bayi. Enzim dalam ASI membantu pertumbuhan otak, pembentukan tulang serta mencegah penyakit dan infeksi pada bayi. ASI eksklusif dianjurkan oleh para ahli kesehatan karena dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar baik bagi ibu sebagai suatu bentuk perwujudan kasih sayang maupun bagi bayi untuk kesehatannya kelak. Sejauh mana pemberian ASI pada balita di Kota Tebing Tinggi dapat dilihat dalam tabel berikut :

0 0,00 0,00 11,14 1-5 15,28 1,55 12,82 6-11 19,44 12,40 14,47 12-17 36,11 41,86 30,55 18-23 13,43 22,48 14,06 >23 15,74 21,71 16,93

Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tebing Tinggi 2010 (Susenas 2004, 2006 dan 2009).

4. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup secara umum dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan penduduk,dan sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan.

Kebijaksanaan peningkatan kesehatan antara lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membiasakan diri menuju hidup sehat, diperkirakan sangat membantu memperpanjang harapan hidup penduduk.

Kemudian adanya peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat memungkinkan penduduk untuk memperoleh perawatan kesehatan yang lebih baik sehingga dapat memperpanjang usia.

Sejalan dengan hal Angka Harapan Hidup tersebut, menurut hasil perhitungan tahun 2004 ada sebesar 70,1, sementara tahun 2006 sebesar 70,3 dan tahun 2009 menjadi 71,2 Kecenderungan meningkatnya angka harapan hidup ini adalah karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan semakin meningkatnya pula kondisi sosial ekonomi, yang sangat memungkinkan memberikan jalan bagi perbaikan gizi serta kesehatan dilingkungan masyarakat itu sendiri maka angka harapan hidup naik.

Bila dilihat Angka Harapan Hidup (AHH) tahun 2009 dimasing masing kota di Propinsi Sumatera Utara, dimana Kota Tebing Tinggi menduduki urutan ke-4 (71,2) setelah Kota Binjai.

1. Sibolga 69,0 69,2 70,1 2. Tanjung Balai 68,1 68,9 70,0 3. Pematangsiantar 71,0 71,4 72,0 4. Tebing Tinggi 70,1 70,3 71,2 5. M e d a n 69,9 70,7 71,7 6. B i n j a i 70,1 70,5 71,6 7. Padangsidimpuan 68,1 68,8 69,4

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara.

Tabel 8.13

Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010

No Jenis Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

I Mortalitas

1. Angka Kematian Bayi (AKB) Permil (Per 1000 kelahiran

hidup)

3,73 6,83 3,83 5,70 6/1000

LH 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Permil 14,91 18,96 14,01 15,2 Tdk ada

data 3. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Per 100.000

Kelahiran

Hidup 37,98 151,62 159,24 129,91 119,52 4. Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 70,5 69 70,3

70,9 71,07

II Morbiditas

1. Angka kesembuhan penderita TB paru

atau BTA + % 82,2 83,12 86,16 99,42 94,57

2. Angka kesakitan DBD Per 100.000

penduduk 290,41 127,57 126,25 163,05 381 3. Prevalensi HIV % Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus 0,003 0,007 4. Angka Accut Flaccid Paralysis (AFP)

Polio pada anak <15 tahun.

Per 100.000 anak Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus 2,45 Tidak ditemukan kasus

III Status Gizi

1. Prevalensi Berat badan bayi lahir

rendah. % 4,29 4,03 0,38 0,19

0,12

2. Balita gizi kurang % 3,39 2,95 1,96

1,72 1,62 3. Persentasi kecamatan bebas rawan gizi. %

100 100 100 100

100 4. Prevalensi ibu hamil kurang energy

kronis (KEK).

%

9,87 17,22 12,64

17,82 3,94 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, 2010

melahirkan serta semakin menurunnya prevalensi ibu hamil kurang energy kronis (KEK) karena tingkat kesadaran ibu melahirkan semakin meningkat dan telah rutin memeriksakan kehamilannya pada bidan atau dokter yang ada di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, dan rumah sakit. Dan angka kematian balita pada tahun 2010 tidak ada, hal ini juga menunjukkan semakin baiknya tingkat kesehatan masyarakat. Sedangkan Angka Harapan Hidup (AHH) pada tahun 2010 adalah 71,3 Tahun, hal ini menunjukkan semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Begitu juga dengan kondisi penduduk yang menderita TB. Paru mulai menurun, hal ini menunjukkan semakin tingginya tingkat derajat kesehatan masyarakat dan perilaku hidup bersih. Ditinjau dari status gizi masyarakat sudah sangat membaik, dan pada tahun 2010 tidak ditemukannya status kerawanan gizi, dan semakin menurunnya balita gizi kurang dan prevalensi Berat badan bayi lahir rendah yaitu pada tahun 2010 hanya 0,12 persen.

Indikator-indikator di atas menunjukkan adanya perbaikan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. indikator kesehatan tersebut di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : pelayanan kesehatan, kondisi kesehatan, prilaku masyarakat, lingkungan, perumahan, pendidikan, penghasilan, dan keturunan.

Pada hakekatnya keberhasilan pemerintah kota dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut tidak terlepas dari dukung masyarakat dan dunia usaha melalui 3 (tiga) upaya pokok, yaitu :

1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat melalui upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Sasaran utama upaya ini adalah seluruh masyarakat di 35 Kelurahan agar berperilaku hidup bersih dan sehat, serta seluruh keluarga agar sadar gizi. 2) Meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran utamanya adalah

: setiap penduduk miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, setiap bayi, anak, ibu dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit, di setiap Kelurahan tersedia SDM kesehatan yang kompeten, di setiap Kelurahan tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan dasar, setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu.

3) Meningkatkan manajemen dan pembiayaan kesehatan. Sasaran utama dari upaya ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah kota, anggaran kesehatan diutamakan untuk pencegahan dan promosi kesehatan, dan terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi penduduk miskin.

Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, kewajiban pokok Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam penyelenggaraan urusan wajib kesehatan adalah memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, terutama bagi ibu dan anak, serta penduduk miskin. Di samping itu, dari sisi anggaran, Pemerintah Kota juga wajib mengalokasikan anggaran kesehatan yang memadai minimal 10 % dari APBD setiap tahunnya guna

ditunjukkan semakin tingginya tingkat respon dan kepedulian Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui upaya pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin melalui pemberian Kartu Jamkesmas dan Jamkesda, yang direncanakan pada tahun 2012 akan menampung peserta Jamkesda sebanyak 15.000 orang dan diharapkan sampai dengan tahun 2016 lebih meningkat lagi diatas 15.000 sehingga semakin terjaganya tingkat kesehatan masyarakat Kota Tebing Tinggi. Pembangunan kesehatan di Kota Tebing Tinggi ke depan harus dirancang dengan berwawasan kepada “Pembangunan Kesehatan Berbasis Prilaku”. Wawasan pembangunan kesehatan tersebut mengandung arti bahwa pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Disamping itu, untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs pada tahun 2015 dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat secara keseluruhan seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

Secara umum sasaran pokok penyelenggaraan kesehatan di Kota Tebing Tinggi yaitu : Meningkatkan kualitas hidup masyarakat mulai dari bayi-balita sampai dewasa serta terselenggaranya pelayanan kesehatan yang mudah, murah, berkualitas dan dimilikinya kualitas lingkungan hidup yang nyaman dan terjaga;

Peningkatan kesadaran masyarakat untuk untuk hidup bersih dan sehat melalui upaya promotif dan preventif didukung oleh komitmen Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui peningkatan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, seperti peningkatan status Rumah Sakit Umum Dr. H. kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dari status B menjadi status pelayanannya Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Serta meningkatnya jumlah pelayanan kesehatan yang ditandai dengan jumlah puskesmas ada sebanyak 9 unit dan peningkatan status puskesmas yang mempunyai pelayanan kesehatan unggulan 9 unit, puskesmas pembantu ada sebanyak 14 unit, puskesmas keliling 5 unit, apotik 14 .unit, toko obat sehat 13 unit yang tersebar di wilayah pemerintah kota Tebing Tinggi, serta perbaikan kualitas sarana dan prasarana Puskesmas/Pustu, dan dibentuknya Kelurahan siaga di 35 Kelurahan.

Di samping peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat terkait dengan akses, mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Akses, mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan menjadi sangat penting karena berhubungan langsung dengan kualitas kesehatan masyarakat. Ada 4 (empat) indikator yang menunjukkan bahwa akses, mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan telah diimplementasikan di masyarakat, yaitu : (1) pemanfaatan masyarakat terhadap layanan Puskesmas dan jaringannya, (2) pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit, (3) perbandingan antara Rumah Sakit dengan laboratorium kesehatan, dan (4) kemampuan Rumah Sakit memberikan 4 jenis pelayanan dokter spesialis dasar, serta tersedianya obat generik dan non generik.

Khusus sarana kesehatan Pemerintah Kota Tebing tinggi untuk pelayanan dasar di Kota Tebing Tinggi memiliki 9 puskesmas dengan rasio terhadap penduduk tahun 2010

27.882 sedangkan rasio tempat tidur terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 346. Sarana Kesehatan selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel : 8.14

Sarana/Prasarana dan Tenaga Kesehatan Tahun 2010

No Sarana dan SDM Kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit Umum Pemerintah 1

2. Rumah Sakit BUMN 1

3. Rumah Sakit ABRI 1

4. Rumah Sakit Khusus 0

5. Rumah Sakit Swasta 2

6. Puskesmas 9

7. Puskesmas Pembantu 14

8. Balai Pengobatan Pemerintah 1

9. Gudang Farmasi Kota 1

10. Praktel Dokter 45

11. Praktek Bidan 52

12. Laboratorium Klinik Pemerintah 1 13. Laboratorium Klinik Swasta 3 14 Laboratorium Kualitas Air Pemerintah 1

15. BKIA Swasta 0

16. Rumah Bersalin Swasta 6

17. Optical 6

18. Apotik 14

19. Toko Obat Berizin 13

20. Pos Kesehatan Kelurahan 25

21. Posyandu 125

22. Pengobatan Tradisional 8

22. Posyandu Lansia 35

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi

Dari tabel diatas terlihat bahwa disamping sarana kesehatan pemerintah dan swasta, terdapat sarana kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu, pos lansia, dan pos kelurahan siaga yang difasilitasi oleh pemerintah sebagaimana dijelaskan diatas.

Sedangkan kebutuhan Tenaga Kesehatan, ditinjau dari sumberdaya kesehatan, bahwa sampai dengan akhir tahun 2010, hampir semua tenaga kesehatan belum memadai menurut Stándar Kesehatan Rasio per 100.000 Penduduk, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

5. Bidan 8

6. Perawat 31

7. Ahli Gizi 7

8. Ahli Sanitasi 42

9. Ahli Kesehatan Masyarakat 40

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi

Dari tabel 8.15 di atas terlihat bahwa sarana/prasarana dan tenaga kesehatan di Kota Tebing Tinggi jumlahnya sudah cukup memadai, hanya saja kebutuhan dokter spesialis masih sangat terbatas. Dan upaya pemerintah dalam meningkatkan sumberdaya melalui pengiriman tenaga dokter umum untuk mengambil dokter spesialis. Namun yang menjadi permasalahan adalah masih terbatasnya tenaga medis dan paramedis yang mampu mengoperasikan sarana dan prasarana kesehatan yang disediakan misalnya salah satunya pembacaan status foto rontgen bagian radiologi.

Proporsi tenaga kesehatan menurut unit pelayanan kesehatan tahun 2010 di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa dari 670 pegawai, rinciannya terdiri dari 277 pegawai (41.34 %) diantaranya bertugas di Puskesmas, 324 Pegawai (48,35 %) ditempatkan di Rumah Sakit Umum, 69 Pegawai (14.32 %) di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, khusus tenaga di lingkungan Dinas Kesehatan.

Dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan kesehatan di Kota Tebing Tinggi, pemerintah kota harus mempunyai komitmen yang kuat dalam pengelolaan manajemen dan pembiayaan kesehatan dan harus mendukung Undang-Undang pembiayaan kesehatan yang baru, yang mensyaratkan Kab/Kota menyediakan anggaran kesehatan 10 % dari APBD dan 5 % dari APBN. Salah satu langkah awal yang harus dilakukan pemerintah kota adalah pembenahan dan penguatan manajemen dan pembiayaan kesehatan. Penguatan manajemen dan pembiayaan kesehatan tersebut diharapkan dapat mengarahkan pembangunan kesehatan menjadi salah satu prioritas penganggaran dari pemerintah kota, dimana anggaran kesehatan tersebut diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan, serta untuk menciptakan sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi kesehatan ibu dan anak serta warga miskin.

Tabel : 8.16

Alokasi Anggaran Kesehatan Dalam APBD Kota Tebing Tinggi Tahun 2007-2011

No

Belanja

langsung/ BTL 2007 (000) 2008 (000) 2009 (000) 2010 (000) 2011 (000)

1. Belanja Tidak Langsung 9.907.149.000 17.782.073.000 19.445.349.000 22.034.876.306 27.922.993.117

2. Belanja Langsung 17.733.697.450 23.397.842.240 31.455.216.500 18.576.914.300 36.541.886.700

memberiklan pelayanan KB kepada masyarakat. Secara khusus adalah menjadi tugas pokok dan fungsi Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Tebing Tinggi, dimana pelayanan yang diberikan didalam Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera adalah :

1) Akses dan Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana terutama bagi Keluarga

Dalam dokumen BAB VIII UPGRADE 1450830 wib dispenda (Halaman 70-77)