• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya-Upaya Pengendalian Banjir Kota Tebing Tingg

Dalam dokumen BAB VIII UPGRADE 1450830 wib dispenda (Halaman 183-186)

2. Agenda Prioritas Lingkungan Hidup dan Bencana

5.3. Upaya-Upaya Pengendalian Banjir Kota Tebing Tingg

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan pembuatan masterplan sistem pengendalian banjir Kota Tebing Tinggi diperlukan pengetahuan terhadap daerah cakupan permasalahan banjir. Pemahaman detail tentang ini akan memberikan pengetahuan terhadap kebutuhan tenaga ahli atau tim dalam melakukan kajian yang menyeluruh sehingga didapatkan solusi permasalahan. Salah satu aspek penting dalam studi pengembangan pengendalian banjir harus mempertimbangkan kondisi daerah yang ada dan kemungkinan perkembangan daerah tersebut pada masa yang akan datang. Kondisi sistem yang ada saat ini merupakan sebuah bahan kajian untuk melakukan kajian pengembangan sistem selanjutnya. Selain itu dengan mengetahui sistem pengendalian banjir yang telah ada akan didapat gambaran rift permasalahan atau kendala dan tingkat manfaat dari sistem yang ada (kekurangan dan kelebihan sistem), sehingga akan dapat dilakukan kajian solusi pemecahan masalah dengan tujuan permasalahan tersebut tidak akan muncul lagi dimasa yang akan datang.

5.4.1. Pengendalian Dengan Struktural

Yang dimaksud pengendalian banjir dengan cara struktural adalah dengan melakukan pembangunan struktur, misalnya dengan mengembangkan waduk, normalisasi sungai, perkuatan tebing, pembuatan cek dam, pembuatan pintu air dan pompa drainase dan juga pembenahan sistem drainase di daerah rawan banjir. Di daerah aliran Sungai Padang seperti pada umumnya DAS lainnya di

Tinggi sangat dimungkinkan, namun mencermati potensi alam dan tingkat ancaman bahaya banjir yang terjadi saat ini belum begitu tinggi, maka sedapat mungkin pengembangan bangunan pengendali banjir secara struktural dapat diminimalkan. Kalaupun harus dilakukan pengembangan bangunan pengendali banjir sedapat mungkin diusahakan dapat menyatu dengan lingkungan, dengan kata lain bangunan pengendali banjir yang dibangun sebaiknya bersifat tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, dengan demikian pertimbangan akan keseimbangan lingkungan, tidak akan mengurangi upaya untuk dapat mengendalikan banjir yang mengancam daerah Kota Tebing Tinggi. Dari persoalan di atas, maka diperkirakan ada beberapa model bangunan pengendali banjir secara struktural, antara lain :

1. Kegiatan normalisasi Sungai Padang, yaitu dengan menambah kapasitas alir sungai sehingga limpasan permukaan yang ada segera dapat tertampung dalam badan sungai. Normalisasi sungai ini dapat dilakukan dengan pelebaran alur sungai.

Alasan yang mendasari kegiatan ini adalah melihat fenomena limpasan permukaan yang terjadi akhir-akhir ini semakin lama semakin besar serta waktu datangnya banjir yang lebih cepat. Selain itu juga, meningkatnya nilai parameter banjir seperti luas genangan yang semakin besar, kedalaman genangan yang bertambah dalam, waktu genangan yang semakin lama. Dengan besarnya limpasan yang datang tentunya debit yang datang akan lebih besar juga, oleh karenanya sungai yang menampung aliran air tersebut perlu kapasitas lebih dari yang ada saat ini. Dengan semakin pendeknya waktu tiba banjir berarti konsentrasi banjir yang datang juga semakin besar. Parameter-parameter banjir seperti : lamanya waktu genangan, luasan genangan yang bertambah serta tinggi genangan yang semakin dalam, hal ini menandakan kalau volume banjir yang ada semakin besar. Volume banjir ini tentu harus segera dipatuskan sehingga dampak banjir dapat diminimalkan.

2. Pembuatan tampungan air sementara di daerah hulu daerah aliran sungai. Kegiatan ini berupa pembuatan waduk/kolam retensi, cek dam maupun sumur-sumur resapan. Kegiatan ini bersifat lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kegiatan normalisasi di atas. Pembuatan tampungan air sementara akan menunda waktu datang banjir ke daerah hilir tampungan, demikian juga dengan puncak banjir akan tereduksi dalam kolam tampungan ini. Selain dapat mereduksi banjir yang datang ke daerah hilir pembuatan tampungan air ini akan dapat memberikan kesempatan lebih lama bagi air untuk meresap kedalam tanah. Dengan semakin banyak air meresap, maka akan berdampak terjaganya aliran air tanah, atau dengan kata lain akan mampu memperbaiki sistem recharge aquifer.

Lokasi yang potensial untuk digunakan sebagai kolam tampungan air sementara di DAS Sungai Padang sebaiknya berada di daerah hulu yaitu di anak Sungai Padang. Kondisi lokasi saat ini berupa perkebunan sawit yang

selain cara pembuatannya yang mudah juga tidak diperlukan biaya yang besar. Selain itu lokasi pembuatannya juga tidak memerlukan tempat- tempat khusus. Pembuatan sumur resapan ini dapat dilakukan hampir di semua tempat, baik itu di sekitar halaman, di ladang, di areal persawahan maupun di lokasi-lokasi lainnya, dengan demikian hal ini akan sangat memungkinkan untuk membantu mereduksi banjir.

4. Pengamanan alur sungai. Kegiatan yang dimaksud disini adalah pengaman alur sungai dari bahaya longsoran baik berupa longsoran tebing sungai sendiri maupun longsoran dari lereng perbukitan. Kegiatan pengaman alur ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang berpotensi untuk pengendalian banjir, karena dari pengalaman bajir besar yang pernah terjadi di Kota Tebing Tinggi beberapa waktu lalu, diketahui banjir terjadi karena berkurangnya kedalaman sungai yang disebabkan tertimbunnya alur Sungai Padang oleh longsoran lereng perbukitan yang ada di sisi kanan sungai. Dengan tertimbunnya alur sungai tersebut, daerah yang ada di hulu sekitar longsoran berubah dalam waktu sekejap menjadi waduk yang menenggelamkan areal tersebut.

5. Pembuatan Cek Dam.

Seperti banyak terjadi di alur sungai yang ada di Sumatera setiap selesai turun hujan kwalitas air di sungai akan menurun. Salah satu masalah yang terjadi adalah air sungai yang keruh karena membawa material hasil erosi lahan. Pada kondisi ini, air sungai akan berwarna coktat kehitaman, hal ini mengindikasikan bahwa konsentrasi sedimen dalam aliran tersebut cukup tinggi. Dampak selanjutnya adalah penumpukan sedimen di muara sungai yang dapat mengakibatkan menurunnya laju aliran masuk sungai utama. Sementara kegiatan pembukaan daerah di DAS bagian hulu sulit untuk di kontrol maka salah satu alternatif mengurangi endapan sedimen di sungai yang dapat mengakibatkan berkurangnya kapasitas alir sungai yaitu dengan membuat cek dam. Dengan membuat cek dam selain berfungsi untuk menampung sebagian air limpasan juga dapat berfungsi sebagai area pengendap sedimen dan diperkirakan mampu memperbaiki kemiringan dasar sungai.

Lokasi potensial untuk membuat cek dam adalah di daerah hulu baik itu pada sungai utama maupun pada anak-anak Sungai Padang. Konstruksi cek dam umumnya berfungsi untuk menangkap sedimen sekaligus sebagai struktur pengatur kemiringn dasar sungai. Apabila kita lebih mencermati kultur agraris dari masyarakat kita ada suatu kearifan lokal yang dapat membantu dalam sistem pengendalian banjir maupun pengendalian sedimen. Kearifan lokal yang dimaksud disini adalah kegiatan masyarakat dalam bercocok tanam baik itu di lahan sawah maupun ladang dengan melakukan penanggulan (guludan). Guludan/angelan ini selain berfungsi sebagai pembatas lahan yang diolah juga akan berfungsi sebagai penahan

Dalam dokumen BAB VIII UPGRADE 1450830 wib dispenda (Halaman 183-186)