• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasitas Fiskal

Dalam dokumen buku dasar penyusunan APBN (Halaman 55-64)

Dalam hal kapasitas fiskal yang disampaikan Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Anggaran kepada Bappenas dalam tahap perencanaan, keberadaannya tidak muncul tiba-tiba. Kapasital fiskal ini bagian awal dari rangkaian gerbong dalam proses penyusunan APBN pada tahun yang direncanakan dan merupakan bagian dari tahap penganggaran. Penjelasan singkat mengenai kapasitas fiskal sebagaimana Boks. 2.2.

Boks 2.2

Kapasitas Fiskal, Kebutuhan Fiskal, dan Fiscal Gap

Ada beberapa istilah atau pengertian seperti kapasitas fiskal, kebutuhan fiskal, dan celah fiskal (fiscal gap) yang biasa digunakan untuk menjelaskan mekanisme pembentukan postur APBN. Ketiga pengertian ini saling terkait satu sama lain.

Kapasitas fiskal adalah kemampuan keuangan negara yang dihimpun dari pendapatan negara untuk mendanai anggaran belanja negara. Kemampuan keuangan negara ini telah memperhitungkan pembiayaan (nonutang) apabila terdapat celah fiskal. Kebutuhan mendanai anggaran belanja negara itu disebut kebutuhan fiskal. Sedangkan selisih antara kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal adalah celah fiskal.

Gambaran mengenai kondisi kapasitas, kebutuhan, dan celah fiskal untuk beberapa tahun dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini. Dari data tersebut dapat dilihat, kebutuhan fiskal pemerintah tahun 2007-2013 lebih besar dari pada kapasitas fiskal yang ada. Untuk mengakomodasi kebutuhan yang lebih besar dari kapasitasnya tersebut, pemerintah menempuh kebijakan defisit anggaran. Yaitu kondisi besaran belanja negara lebih besar dibandingkan dengan pendapatan negara. Untuk menutup defisit tersebut, pemerintah memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari utang atau nonutang.

Fiscal Gap 2007-2013 (triliun rupiah

Kapasitas fiskal : pendapatan pajak + pendapatan negara bukan pajak + hibah Kebutuhan fiskal : belanja negara + pengeluaran pembiayaan + cicilan pokok utang

Rasio Fiscal Gap terhadap PDB (%)

Penyusunan kapasitas fiskal sendiri pun melalui suatu rangkaian mekanisme koordinasi dan harmonisasi yang melibatkan para pemangku kepentingan, baik di dalam maupun di luar Kementerian Keuangan. Pemangku kepentingan dari luar Kementerian Keuangan meliputi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Kementerian Perencanaan/Bappenas, dan K/L terkait. Sedangkan pemangku kepentingan di dalam Kementerian Keuangan meliputi Ditjen Anggaran (Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat PNBP, Direktorat Sistem Penganggaran, Direktorat Anggaran I, Direktorat Anggaran II, dan Direktorat Anggaran III), Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Kekayaan Negara.

Dari sisi waktu, penyusunan kapasitas fiskal untuk tahun yang direncanakan bahkan dimulai jauh sebelum tahun anggaran yang direncanakan akan dilaksanakan. Misalnya, proses penyusunan kapasitas fiskal untuk tahun tahun anggaran 2014 dimulai sejak bulan Desember 2012.

Dari sisi materi, penyusunan kapasitas fiskal pada dasarnya melakukan penyusunan postur APBN (I-account) secara utuh tetapi masih dalam tahap awal. Ada kemungkinan terdapat penyesuaian atau perubahan sesuai dinamika internal pemerintahan maupun perubahan lingkungan eksternal

- 200,0 400,0 600,0 800,0 1.000,0 1.200,0 1.400,0 1.600,0 1.800,0 2.000,0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kapasitas f iskal kebutuhan fiskal tr il iu n ru p ia h Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kapasit as Fiskal 18,0 19,8 15,2 15,5 16,4 16,0 16,5

Kebut uhan Fiskal 20,8 21,4 18,3 17,4 18,4 19,1 19,1

sepanjang proses penyusunan menuju Rancangan APBN. Meskipun demikian, penyesuaian/perubahan kapasitas fiskal ini tidak mengubah seluruh bangunan postur APBN karena tiang bangunan postur mempunyai batasan tersendiri. Tiang bangunan ini meliputi: pertumbuhan ekonomi, defisit APBN, keseimbangan primer, dan target pendapatan.

Kapasitas fiskal disampaikan kepada Kementerian Perencanaan/Bappenas untuk mengisi anggaran program pembangunan yang akan direncanakan (APBN t+1). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, kapasitas fiskal ini disampaikan kepada Bappenas pertengahan Pebruari.

Kapasitas fiskal adalah kemampuan keuangan negara untuk membiayai anggaran belanja negara, dan dihimpun dari pendapatan negara. Penyusunan kapasitas fiskal tersebut, tidak hanya masuk tahun yang direncanakan tetapi termasuk kapasitas fiskal untuk jangka menengah (Medium Term Budget Framework); misal ketika menyusun kapasitas fiskal RAPBN 2013 juga disusun kapasitas fiskal untuk 2014 – 2016. Konteks penyusunan ini adalah dalam kerangka membuat perkiraan mengenai kapasitas fiskal yang ada pada tahun yang direncanakan dan proyeksi untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dari tahun yang direncanakan. Mekanisme penyusunan ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembentukan postur APBN. dan dengan gambaran utuh postur APBN inilah kapasitas fiskal dapat diketahui beserta potensi sumber-sumber pendanaannya.

Pembentukan postur APBN dapat dianalogikan seperti membentuk kepingan puzzle menjadi gambar utuh. Tapi puzzle kali ini adalah komponen-komponen postur APBN. Yakni pendapatan, belanja, keseimbangan umum (defisit/surplus), dan pembiayaan dengan memperhatikan keseimbangan primer sebagai indicator sustainabilitas APBN.

Pembentukan postur APBN dalam rangka penyusunan kapasitas fiskal mencakup tiga langkah utama, yaitu (i) menyusun asumsi dasar ekonomi makro berdasarkan prospek perekonomian global dan domestik; (2) mengidentifikasi kebutuhan belanja untuk kebutuhan penyelenggaraan negara; (3) merumuskan proyeksi besaran beserta usulan berbagai kebijakan APBN, baik di sisi pendapatan, belanja, keseimbangan primer, keseimbangan umum, dan pembiayaan ( penerimaan dan pengeluaran) memperkirakan prospek perekonomian global dan domestik. Wujud perkiraan prospek ekonomi ini adalah asumsi dasar ekonomi makro. Yakni pertumbuhan ekonomi, inflasi, kurs mata uang rupiah terhadap dollar Amerika, ICP, lifting minyak, dan SPN 3 bulan.

Masing-masing besaran komponen postur APBN ini ditentukan atau dipengaruhi oleh asumsi dasar ekonomi makro. Komponen pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, inflasi, kurs, ICP, dan lifting minyak. Komponen belanja dipengaruhi oleh inflasi, kurs, SPN 3 bulan, ICP, dan lifting minyak. Komponen defisit (surplus belum pernah terjadi dalam pembentukan postur

APBN selama ini, jadi tidak dijelaskan) tidak dipengaruhi langsung oleh asumsi dasar ekonomi makro tetapi oleh kondisi tarik-menarik antara belanja-pendapatan. Sedangkan komponen pembiayaan dipengaruhi langsung oleh kurs. Kebijakan investasi pemerintah juga berpengaruh terhadap komponen pembiayaan tetapi secara tidak langsung. Dampak perubahan asumsi dasar ekonomi makro terhadap postur APBN dijelaskan lebih lanjut pada Bab 3.

Berdasarkan pengaruh asumsi dasar ekonomi makro ini masing-masing komponen postur APBN diperkirakan besaran angkanya. Penghitungan masing-masing komponen postur APBN dilakukan secara paralel atau bersamaan. Baru kemudian masing-masing komponen ini diharmonisasikan menjadi postur APBN utuh dan ideal. Acuan harmonisasi postur APBN antara lain besaran defisit, kualitas belanja, antisipasi gejolak ekonomi dunia, atau risiko dan antisipasi bencana alam.

Penghitungan komponen postur APBN juga memperhatikan karakteristik yang dimiliki tiap komponen. Pendapatan dapat dipastikan merupakan perkiraan maksimal yang dapat ditarik pemerintah dari pajak, PNBP, dan hibah. Untuk belanja, harus mempertimbangkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai kebutuhan penyelenggaraan operasional dan pengeluran wajib yang diperkirakan sekitar 80% dari total belanja negara, termasuk cadangan untuk darurat/mendesak dan risiko fiskal. Sedangkan untuk defisit harus mempertimbangkan batasan yang diperbolehkan (amanat Undang-Undang nomor 17 tahun 2003) maksimal 3,0% dari PDB secara kumulatif APBN + APBN-P untuk APBN. Dalam hal pembiayaan, ini merupakan perkiraan maksimal yang dapat diperoleh pemerintah melalui utang dan sumber pembiayaan lainnya.

Gambar 2.5 merupakan penjelasan singkat mekanisme penyusunan kapasitas fiskal dan/atau postur APBN, ini merupakan hasil akhir dari postur APBN pada saat penyusunan kapasitas fiskal sekitar bulan Pebruari-Maret. Kapasitas fiskal yang disampaikan kepada Bappenas tersebut berupa informasi mengenai alokasi belanja yang nantinya dapat digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan yang merupakan prioritas nasional. Dalam informasi tersebut terinci berapa kapasitas fiskal yang tersedia untuk belanja K/L, berapa yang merupakan angka dasar, dan berapa yang merupakan potensi untuk dialokasikan sebagai inisiatif baru.

Gambar 2.5 Mekanisme Penyusunan Postur APBN

Dalam proses penghitungan tiap komponen, komponen belanja telah memperhitungkan biaya operasional, pengeluaran wajib (non discretionary spending), belanja antisipasi untuk berbagai keperluan dan cadangan sebagai angka dasar. Jika masih ada alokasi anggaran belanja yang belum digunakan, alokasi ini digunakan untuk menambah pendanaan inisiatif baru.

Dari contoh pembentukan postur APBN yang telah diharmonisasikan tersebut dapat diketahui kapasitas fiskal belanja K/L untuk tahun yang direncanakan sebesarRp595 triliun dengan rincian: sebesar Rp566 triliun merupakan angka dasar dan sebesar Rp29 triliun merupakan alokasi inisiatif baru. Pada angka dasar masih dapat dirinci menjadi belanja operasional sebesar Rp198 triliun dan non-operasional sebesar Rp368 triliun.

Adapun rincian kegiatan penyusunan kapasitas fiskal, termasuk koordinasi dan harmonisasi dengan pemangku kepentingan terkait dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel tersebut menggambarkan kronologi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan untuk penyusunan kapasitas fiskal 2014. Ko m p o n e n Pe n g a ru h AD EM K a r a kt e r ist i k Pe n d a p a t a n p e r t u m b u h a n e k o n o m i, i n fl a si, k u r s, I CP, d a n l if t in g m i n ya k p e r ki r aa n m a k si ma l Be la n j a i n f la si , k u r s, SPN 3 b u la n , I CP, d a n l if t in g m i n ya k B ia ya o p e r as io n a l d i p e r k ir a ka n m e n c a p a i 8 0 % d a r i t o ta l b e la n j a p e m e r i n t a h p u sa t De f is it ( d i p e n g ar u h i o l e h p e n d ap at a n - b e l a n ja ) m a k si ma l 2 , 5 % d a r i PD B Pe mb ia ya a n Ku r s p e r ki r aa n m a k si ma l Ko m po n e n Jum la h ( t ri li u n Rup ia h ) Pe n d a p a t a n 1 .3 0 0 B e la n j aK / L …… ……… ………An g ka Da sa r ……… o Op e r a sio n al … o No n – o p s………  In isi a ti f Ba r u ……….N o n - K/ L …… ……… 1 . 4 9 1 6 3 6 5 6 6 1 9 8 3 6 8 7 0 8 5 5 D e f i sit 1 9 1 Pe m b ia y a a n 1 5 0 Pe nga r uh As um si D as ar Ek on o m i M ak r o (A DEM ) da n Kar a k t er ist i k Ko m p on en Pen gh it u nga n t ia p Ko m p o ne n d i h a rm o n i sa si ka n d a l am Po stu r A PBN u tu h d an i d ea l A n g k a d e f isi t d e n g a n p e mb i a ya a n h a r u s s a m a . Ko m p o n e n Ju m la h ( t ril iu n Rup i a h ) Pe n d a pa t a n 1 .3 0 0 B e la n j aK/ L ……… ……… ……A ng k a Da sa r ……… o Op e r asi o n al … o No n – o ps ………  I n isia t if Ba r u……….N o n -K / L …… ……… 1 . 45 0 59 5 56 6 19 8 36 8 2 9 85 5 D e f is it 1 5 0 Pe m b i a y a a n 1 5 0 U n t u k m e n ca p a i a n g ka d e fi sit 1 5 0 ( s am a d g ke m a m p u a n p e m b i ay a a n ) , b e la n j a d ip a n g k a s se b e s a r 4 1 p a d a b a g ia n i n isi a t if b a r u . An g k a k a p a sit a s f isk a l ya n g d i sa m p a ik a n k e Ba p p e n a s a d a la h 3 6 8 + 2 9 = 3 9 7

Tabel 2.1 Proses Penyusunan Kapasitas Fiskal dan Postur APBN

N o. U r a i a n Pem angku

Kepentingan Output Keter angan

1. Penyusunan Konsep Arah Kebijakan Presiden untuk RAPBN 2014

a. I nventarisasi bahan arahan presiden dan risalah sidang kabinet/ rapat terbatas/ retreat/ acara rapim lainnya b. Klasifikasi arahan presiden menurut

tema/ bidang

c. Formulasi konsep usulan arah kebijakan

Ditjen Anggaran Konsep arah kebijakan Presiden RAPBN 2014 sebagai bahan acuan untuk Kebijakan umum RAPBN 2014 Disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden melalui Menko Perekonomian dan Wakil Presiden Dipersiapkan sejak akhir November 2012

2. Pertemuan awal (Pr e Kick off Meeting) asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2014 a. Evaluasi realisasi asumsi dasar

ekonomi makro APBN-P 2012

b. Review asumsi dasar ekonomi makro APBN 2013

c. Proyeksi asumsi dasar ekonomi makro tahun 2014

Ditjen Anggaran, Biro Pusat Statistik, Bank I ndonesia, Bappenas, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian ESDM

Konsep awal asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2014

3. Permintaan asumsi dasar ekonomi makro 2014-2017 dari Direktorat Penyusunan APBN ke pemangku kepentingan

Ditjen Anggaran, Biro Pusat Statistik, Bank I ndonesia, Bappenas, Badan Kebijakan Fiskal Asumsi Dasar Ekonomi makro 2014-2017 Minggu ke-1 Desember 2012

4. Permintaan Proyeksi RAPBN 2014 dan Kerangka Anggaran Jangka Menengah (MTBF) 2015-2017

a. Pendapatan negara, subsidi energi, dan bagi hasil

b. Pengelolaan utang dan belanja bunga utang

c. Transfer ke daerah d. Belanja Hibah

e. Pembiayaan non-utang

f. Under lying dan proyeksi pinjaman luar negeri

g. Belanja Pemerintah Pusat Non K/ L

Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan dan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Kekayaan Negara, Kementerian terkait a. Proyeksi besaran pendapatan negara, subsidi energi, dan bagi hasil

b. Proyeksi

pengelolan utang dan belanja bunga utang c. Proyeksi transfer ke daerah d. Proyeksi belanja hibah e. Proyeksi Pembiayaan non- utang f. Proyeksi

Under lying dan pinjaman luar negeri Minggu ke-4 Desember 2012 s.d Minggu ke-2 Januari 2013

5. Penyusunan Usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan (exer cise) Belanja Pemerintah Pusat

a. Monitoring dan Evaluasi capaian kinerja 2012 dan prognosis 2013 b. Koordinasi/ rapat/ surat dengan

pemangku kepentingan terkait untuk merumuskan usulan Kebijakan Belanja dan Parameternya

c. Menyusun proyeksi penghitungan besaran Belanja Pemerintah Pusat

Ditjen Anggaran Menko Perekonomian, Kementerian PU, Mensos, TNP2K, Kementan, Kemenhub, Kominfo, Kemenpan, Badan Kepegawaian Negara, Ditjen Perbendaharaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Kebijakan Fiskal Konsep usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan besaran Belanja Negara Minggu ke 1-3 Januari

6. Penyusunan Usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan Pembiayaan Anggaran RAPBN 2014

a. Monitoring dan Evaluasi capaian kinerja 2012 dan prognosis 2013 b. Koordinasi/ rapat/ surat dengan

pemangku kepentingan terkait untuk merumuskan usulan Kebijakan Pembiayaan Anggaran dan Parameternya

c. Menyusun proyeksi penghitungan besaran Pembiayaan Anggaran

Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Kekayaan Negara, dan unit terkait lainnya Konsep usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan Pembiayaan Anggaran RAPBN 2014 Minggu ke-4 Januari s.d. Minggu ke-2 Februari

7. DJA mengkoordinasikan penyusunan postur RAPBN 2014 dalam rangka penyusunan kapasitas fiskal dan kerangka anggaran jangka menengah (MTBF) 2015- 2017 dengan instansi terkait

Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Kekayaan Negara, Biro Pusat Statistik

postur RAPBN 2014

a. Penyusunan proyeksi penghitungan Postur RAPBN dalam rangka penyusunan Kapasitas fiskal (dengan Eselon I I )

 Konfirmasi mengenai besar defisit dan kebijakan- kebijakannya

 Konfirmasi mengenai asumsi dasar ekonomi makro dan kebijakan-kebijakannya

 Konfirmasi mengenai pendapatan dan kebijakan- kebijakannya

 Konfirmasi mengenai belanja negara dan kebijakan- kebijakannya

 Konfirmasi mengenai pembiayaan dan kebijakan- kebijakannya Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Kekayaan Negara, Biro Pusat Statistik

Minggu ke-4 Januari s.d. Minggu ke-1 Februari

b. Penyampaian Postur ke Dirjen Anggaran

Ditjen Anggaran Minggu ke-4

Januari

c. Pembahasan proyeksi penghitungan Postur RAPBN dalam rangka penyusunan Kapasitas fiskal (dengan Eselon I )

 Konfirmasi mengenai defisit

 Konfirmasi mengenai asumsi dasar ekonomi makro

 Konfirmasi mengenai pendapatan

 Konfirmasi mengenai belanja negara  Konfirmasi mengenai pembiayaan Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Kekayaan Negara, Biro Pusat Statistik

Minggu ke-4 Januari

8. DJA menyampaikan kepada Menteri Keuangan:

a. kapasitas fiskal untuk pagu indikatif RAPBN 2014 dan MTBF 2015-2017 b. konsep surat Menteri Keuangan

kepada Menteri PPN/ Kepala Bappenas

I nternal Ditjen Anggaran

Konsep kapasitas fiskal untuk pagu indikatif RAPBN 2014 dan MTBF 2015-2017

Minggu ke- 1 Februari

Angka-angka yang ada dalam Gambar 2.4 berasal dari proses penyusunan kapasitas fiskal pada langkah 5c (belanja) dan 6c (pembiayaan) Tabel 2.1. Besaran angka pada belanja maupun pembiayaan tersebut mempunyai mekanisme dan model tersendiri dalam penyusunan angka- angkanya. Besaran angka pada belanja dirinci terlebih dahulu dalam unsur-unsur yang membentuknya berupa jenis belanja: pegawai, barang, modal, bantuan sosial, subsidi, belanja lain-lain, bunga utang, dan hibah. Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri dalam penghitungan proyeksi besaran angka yang nantinya dimasukkan dalam postur APBN. Demikian juga halnya dengan pembiayaan.

Sebagai contoh, Tabel 2.2 berisikan penjelasan model dan cara penghitungan salah satu jenis belanja, yaitu belanja pegawai yang merupakan unsur belanja negara dalam postur APBN.

Tabel 2.2. Model dan Penghitungan Belanja Pegawai

1. Belanja Pegawai BPgt = GTt + HVt + KSt BPgt : belanja pegawai

GTt : gaji dan tunjangan

HVt : honorarium, vakasi, lembur, dll

KSt : kontribusi sosial

1.1 Gaji dan Tunjangan GTt = gt + TBt + TLt + UMt + BPLNt + GPBt  gt = [((gt-1 + GPBt-1) / Pt-1)) x (1+Kt) x (1+A)] x Pt  TBt = TBt-1 x (1+It) x (1+A)  TLt = [TLt-1 / Pt-1) x (1+Kt) x (1+A)] x Pt  UMt = UMt-1 x [1+(( Tt -Tt-1)/ Tt-1)] x (1+A)  BPLNt = [(BPLNt-1 / Pt-1) x (1+Kt) x (1+A)] x (NTt / NTt-1) x Pt  GPBt = TPBt x [(SGt-1 x (1+Kt) x IGt] x Pt gt : Gaji/tunjangan TBt : Tunjangan Beras TLt : Tunjangan Lainnya

UMt : Uang Makan dan Uang Lauk Pauk

BPLNt : Belanja Pegawai Luar Negeri

GPBt : Gaji Pegawai Baru

Pt : Periode pembayaran

Kt : Kebijakan

A : Indeks Accres It : inflasi

Tt : tarif uang makan dan uang lauk pauk

NTt : asumsi nilai tukar

SGt-1 : struktur gaji tahun sebelumnya IGt : Indeks gaji CPNS 1.2 Honorarium, Vakasi, Lembur, dll  HVLt = HVLt-1 x (1 + It)  TKt = (TKt-1/Pt-1) x (1 + A) x Pt It : inflasi TKt : Tunjangan Khusus/Kegiatan

1.3 Kontribusi Sosial  Manfaat Pensiun (PT Taspen dan PT Asabri) MPt = MPKt-1 x (1+KG) x (P)

 Asuransi Kesehatan = IWP + subsidi katastrofi

 IWP = Askes PNS + Jamkesmen + Jamkestama + Veteran Non-Tuvet

 Askes PNS = IAt = IAt-1 x (1+KG) x (1+y)  Program Jamkesmen = PJN = P x UC x

Period

 Program Jamkestama = PJA = P x UC x Period

 Program Pemeliharaan Kesehatan Veteran (non tuvet) = Iuran Vet = Ij x Vet x Period

 Subsidi katastrofi = SKt = (Uct-1 x (1+H.Inf )) x CP x (50%)

MP : Manfaat Pensiun MPK : Manfaat Perkapita

KG : Kebijakan kenaikan Pensiun Pokok P : Jumlah Peserta

IA : iuran askes

KG : kebijakan kenaikan gaji y : indeks perkembangan alamiah (kenaikan gaji berkala & jumlah anggota keluarga)

UC : unit cost Ij : iuran per jiwa Vet : jumlah veteran H. Inf : health inflation CP : proyeksi jumlah kasus

Dalam dokumen buku dasar penyusunan APBN (Halaman 55-64)

Dokumen terkait