• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan APBN

Dalam dokumen buku dasar penyusunan APBN (Halaman 74-79)

Proses pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan UU APBN tersebut di atas sampai dengan adanya penetapan atau penolakan dari DPR, merupakan tahapan penetapan APBN sebagaimana Gambar 2.8).

Sebagai sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara, APBN harus disetujui oleh DPR. Hal ini sesuai dengan pasal 23 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945, Rancangan Undang- Undang tentang APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

DPR juga dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah defisit anggaran penerimaan dalam RUU tentang APBN sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.

Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan atau pemerintah menyelesaikan pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-undang tentang APBN dengan DPR paling lambat akhir bulan Oktober. Apabila DPR tidak menyetujui RUU tersebut, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

Hasil pembahasan dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan pembahasan Rancangan APBN dan RUU tentang APBN yang sifatnya final. Selanjutnya Menteri/Pimpinan Lembaga melakukan penyesuaian RKA-K/L dengan berita acara hasil kesepakatan pembahasan tersebut. Ringkasan proses penetapan APBN sebagaimana Gambar 2.8 sebagai berikut:

1. Presiden menyampaikan RUU APBN beserta Nota Keuangannya.

2. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR terhadap RUU APBN dan Nota Keuangannya, paling lambat 14 hari sebelum diambil persetujuan bersama antar DPR dan Presiden.

4. Tanggapan Pemerintah terhadap pemandangan umum fraksi atas RUU APBN beserta Nota Keuangannya.

5. Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah (Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas) dan Gubernur Bank Indonesia, penyampaian pokok-pokok RUU APBN, serta pembentukan Panja dan Tim Perumus.

6. Rapat kerja Komisi VII dan XI dengan mitra kerjanya, pembahasan asumsi dasar dalam RUU APBN.

7. Rapat kerja Komisi I-XI dengan mitra kerjanya membahas Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (disampaikan secara tertulis kepada Badan Anggaran untuk disinkronisasi).

8. Rapat Panja-Panja.

9. Rapat kerja komisi dengan mitra kerjanya, penyesuaian Rencana Kerja Anggaran K/L sesuai hasil pembahasan Badan Anggaran.

10. Rapat Tim Perumus, perumusan draft RUU APBN.

11. Rapat internal Badan Anggaran, sinkronisasi laporan panja-panja dan Tim perumus Draft RUU APBN dan penyampaian hasil penyesuaian Rencana Kerja Anggaran K/L oleh komisi dengan mitra kerjanya kepada Badan Anggaran dan Menkeu untuk ditetapkan.

12. Rapat kerja Badan Anggaran dengan Menkeu, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Gubernur BI:

- Penyempaian laporan dan pengesahan hasil panja-panja dan Tim perumus draft RUU APBN;

- Pendapat akhir mini fraksi sebagai sikap akhir; - Pendapat Pemerintah;

- Pengambilan keputusan untuk dilanjutkan ke tingkat II 13. Rapat paripurna:

- Penyampaian laporan hasil tingkat I di Badan Anggaran;

- Pernyataan persetujuan/penolakan dari setiap fraksi secara lisan yang diminta oleh Pimpinan rapat paripurna;

- Penyampaian pendapat akhir pemerintah.

Apabila Rancangan APBN disetujui dan ditetapkan oleh DPR menjadi APBN, tugas pemerintah selanjutnya adalah menetapkan alokasi anggaran K/L sebagai batas tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan kepada K/L. Alokasi anggaran K/L ini berpedoman pada hasil pembahasan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR. Alokasi anggaran tersebut ditetapkan dengan

PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD

PROSES PEMBAHASAN RUU TENTANG APBN BESERTA NOTA KEUANGANNYA BERDASARKAN UU 17 TAHUN 2003 , UU NO.27 TAHUN 2009 DAN TATIB DPR RI TAHUN 2009

MINGGU IV AGUSTUS

Rapat Kerja Badan Anggaran DPR dengan Pemerintah Menteri Keuangan) dan Gubernur BI 1. Penyampaiakn pokok-pokok RUU APBN dan Nota

Keuangannya;

2. Pembentukan panja dan tim perumus draft RUU APBN (Pasal 150 & UU no 27/2009; Pasal 65, 66 Tatib DPR RI)

MINGGU I SEPTEMBER Rapat Intern:

Penyampaian hasil rapat kerja/RDP KOmisi dengan Mitra Kerjanya

dalam rangka pembahasan RKA K/L (Pasal 65 & 107 UU no 27/2009; pasal 155 Tatib DPR RI) MINGGU II AGUSTUS

RAPAT PARIPURNA

Presiden menyampaikan RUU APBN beserta Nota Keuangannya dan dokumen pendukung

(Ayat (1) Pasal 15 UU 17/2003; Pasal 156, ayat (1) Pasal 159 UU no 27/2009; Ayat (1) Pasal 153 dan Pasal 214 Tatib DPR RI)

MINGGU IV AGUSTUS-MINGGU I SEPTEMBER Rapat Kerja Komisi VII dan XI dg mitra kerjanya: Pembahasan asumsi dasar dalam RUU APBN Rapat Kerja/RDP Komisi-Komisi dgn Mitra Kerjanya:

Pembahasan RKA/KL

(Ayat (2) Pasal 96 UU 27/2009; Ayat (2) Pasal 53 Tatib DPR; Pasal 155 Tatib DPR RI)

MINGGU III AGUSTUS RAPAT PARIPURNA

Pemandangan umum Fraksi-fraksi terhadap RUU APBN beserta Nota Keuangannya

(Ayat (2) Pasal 150 UU 27/2009; Ayat (2) Pasal 153 Tatib DPR RI)

MINGGU IV AGUSTUS RAPAT PARIPURNA

Rapat Paripurna: Jawaban Pemerintah terhadap pemandangan umum Fraksi-fraksi terhadap RUU APBN dan Nota Keuangannya

(Pasal 150 UU 27/2009; Ayat (4) Pasal 153 Tatib DPR RI)

MINGGU 1 OKTOBER Rapat Tim Perumus

Draft RUU APBN

(Pasal 65 & UU no 27/2009; Pasal 155 Tatib DPR RI)

MINGGU I OKTOBER

Rapat Kerja Badan Anggaran DPR dengan Pemerintah (Menkeu & Menteri PPN/Kepala Bappenas &

Gubernur BI

1. Laporan dan pengesahan hasil panja dan tim perumus RUU APBN; 2. Pendapat akhir mini Fraksi sebagai sikap akhir;

3. Pendapat Pemerintah; 4. Pengambilan keputusan untuk dilanjutkan ke Tingkat II (Pasal 159 UU no 27/2009; Ayat (4) Pasal 155 Tatib DPR RI)

MINGGU II OKTOBER

Anggota Badan Anggaran DPR RI dari Komisi menyampaikan hasil pembahasan Badan Anggaran

kepada Komisi yang bersangkutan secara tertulis (ayat (2) Pasal 1555 Tatib DPR RI)

OKTOBER RAPAT PARIPURNA

1. Penyampaian laporan hasil pembahasan tingkat I di Badan Anggaran DPR RI ;

2. Pernyataan persetujuan/penolakan dari setiap Fraksi secara lisan yang diminta oleh Pimpinan Rapat Paripurna;

3. Penyampaian pendapat akhir pemerintah. (Ayat (4) Pasal 15 UU No 17/2003; Pasal 151, pasal 159, Ayat (4)

Pasal 159 UU no 27/2009, Ayat (5) Pasal 155 Tatib DPR RI) Penyampaian hasil penyesuaian oleh komisi-komisi dnegan mitra

kerjanya kepada Badan Anggaran dan Menteri Keuangan (Pasal 96 UU no 27/2009, Ayat (3) & (7) Pasal 155 tatib DPR RI) MINGGU II SEPTEMBER-MINGGU I OKTOBER

Rapat Panja-Panja: Pembahasan RUU APBN beserta NK-nya (Pasal 65 & 107 UU no 27/2009; pasal 155 Tatib DPR RI) Pimpinan DPR memberitahukan rencana pembahasan

RUU APBN kepada Pimpinan DPD Ayat (2) Pasal 154 Tatib DPR RI

DPD menyampaikan pertimbangan ttg RUU APBN kepada DPR paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum diambil persetujuan

bersama antara DPR dan Presiden Ayat (4) Pasal 154 UU 27/2009; (ayat (3) Pasal 154 Tatib DPR RI)

MINGGU II OKTOBER Rapat Kerja/RDP Komisi-Komisi dg mitra kerjanaya: Penyesuaian RKA/KL sesuai hasil pembahasan Badan Anggaran

(selama 7 hari kerja untuk disampaikan kembali ke Badan Anggaran untuk ditetapkan) (ayat (3) dan (7) Pasal 1555 Tatib DPR RI)

Penyesuaian RKA-K/ L DPR RUU APBN K/ L Kemenkeu Keppres Alokasi Anggaran

Dir inci menur ut Klasif ikasi

Anggar an Dir inci m enur ut :

1. Kebutuhan Pemer int ah Pusat;

2. Tr ansf er ke daer ah. 1. Ber ita Acar a Hasil Kesepakat an

Pem bahasan RUU APBN; 2. Penyesuaian Angka Dasar ; 3. Inisiat if Bar u kesempat an ke-3; 4. Pagu Alokasi Anggar an K/ L.

Alokasi Anggaran K/ L

2 3 4

1

BUN

K/ L

Keputusan Presiden paling lambat tanggal 30 November dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang tentang APBN.

Sebelum sampai pada Keputusan Presiden tersebut di atas, ada proses yang harus dilalui. Menteri Keuangan menerbitkan surat kepada K/L berdasarkan berita acara hasil kesepakatan pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR. Surat tersebut berisikan alokasi anggaran pada K/L sebagai batas tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan kepada K/L (dulunya disebut pagu definitif).

Berdasarkan alokasi anggaran ini, K/L melakukan penyesuaian RKA-K/L apabila ada perubahan dibandingkan dengan RKA-K/L pada saat pagu anggaran K/L (dahulu disebut pagu sementara). Selanjutnya, K/L menyampaikannya kepada Kementerian Keuangan c.q Ditjen Anggaran untuk dilakukan penelaahan kembali (khusus kepada RKA-K/L yang mengalami perubahan saja).

Proses penelaahan RKA-K/L (perubahan) adalah mencocokkan antara RKA-K/L dengan alokasi anggaran pada K/L hasil kesepakatan dengan DPR sebagaimana surat Menteri Keuangan tentang Alokasi Anggaran. Untuk selanjutnya, Kementerian Keuangan c.q Ditjen Anggaran menghimpun dan menjadikannya sebagai bahan penyusunan Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

Dari sisi besaran, besaran angka antara pagu anggaran K/L dengan alokasi anggaran memungkinkan ada perubahan. Beberapa hal yang menyebabkan perubahan tersebut adalah sebagai hasil pembahasan dengan DPR, seperti adanya optimalisasi dan realokasi, penyesuaian angka dasar, atau inisiatif baru ke-3 (Gambar 2.9).

Apabila digambarkan, perjalanan postur APBN dari mulai penyusunan kapasitas fiskal, pagu indikatif, pagu anggaran K/L, dan pagu alokasi anggaran K/L sebagaimana Gambar 2.10. Perubahan besar kemungkinan terjadi saat pembahasan dengan DPR. Ini menunjukkan kuatnya kedudukan DPR dalam penetapan anggaran negara.

Komponen Jumlah (t r ili un Rupiah) Pendapatan 1.300 BelanjaK/ L ………Angka Dasar………

o Oper asi onal … o Non –ops………

Inisiat if Bar u……….

Non-K/ L ……… 1.450 595 566 198 368 29 855 Defisit 150 Pem biayaan 150 Postur APBN

(Penyusunan Kapasitas Fiskal)

Postur APBN (Pagu Indikat if ) Postur APBN (Pagu Anggaran K/ L) Postur APBN (Pagu Alokasi K/ L) Komponen Jumlah (t r ili un Rupiah) Pendapatan 1.300 BelanjaK/ L ………Angka Dasar………

o Oper asi onal … o Non –ops………

Inisiat if Bar u……….

Non-K/ L ……… 1.450 595 566 198 368 29 855 Defisit 150 Pem biayaan 150 Komponen Jumlah (t r ili un Rupiah) Pendapatan 1.300 BelanjaK/ L ………Angka Dasar………

o Oper asi onal … o Non –ops………

Inisiat if Bar u……….

Non-K/ L ……… 1.450 595 566 198 368 29 855 Defisit 150 Pem biayaan 150 Komponen Jumlah (t r ili un Rupiah) Pendapatan 1.300 BelanjaK/ L ………Angka Dasar………

o Oper asi onal … o Non –ops………

Inisiat if Bar u……….

Non-K/ L ……… 1.450 595 566 198 368 29 855 Defisit 150 Pem biayaan 150Sangat kecil kemu ngkin an perub ahan angka Kom po nen po st u r APBN • Perubahan pada rincian penggunaan alokasi inisiat if baru p ada K/ L. • Alokasi anggaran suat u K/ L dim ungkinkan bert am bah (on top). •Sangat besar

(kem ungkinan ada ) per ubahan angka Kom ponen post ur APBN set elah pem bahasan ant ar a Pem er int ah dengan DPR

•Per ubahan kar ena kebijakan ekonom i m akr o (lif t ing m inyak, def isit , t ax r at io)

•Per ubahan padarincian penggunaan alokasi inisiat ifbar u pada K/ L. •Alokasi anggar an suat u K/ L

dim ungkinkan ber t am bah (on t op).

Jarang sekali

(kemungkinan ada ) perubahan angka Komponen post ur APBN set elah ada pembicaraan pendahuluan Pemerint ah dengan DPR

•Perubahan padarincian penggunaan alokasi inisiatifbaru pada K/ L.

•Alokasi anggaran suat u K/ L dimungkinkan bert am bah (on top).

Gambar 2.10. Komponen Yang Mengalami Perubahan

Dan langkah terakhir sebelum ke tahapan pelaksanaan APBN, Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran dengan menggunakan RKA-K/L dan berpedoman pada Keputusan Presiden tersebut. Menteri Keuangan mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran paling lambat tanggal 31 Desember.

Dalam dokumen buku dasar penyusunan APBN (Halaman 74-79)

Dokumen terkait