• Tidak ada hasil yang ditemukan

Postur APBN

Dalam dokumen buku dasar penyusunan APBN (Halaman 30-34)

1.5 Format dan Postur APBN

1.5.2 Postur APBN

Penyusunan postur APBN dimulai dari pemerintah terlebih dahulu menetapkan parameter/ asumsi dasar makro ekonomi, yang terdiri atas enam (6) parameter yaitu : (i) pertumbuhan ekonomi (%); (ii) Tingkat inflasi (% yoy); (iii) Nilai tukar atau kurs US$ terhadap Rupiah (Rp/US$); (iv) Tingkat suku bunga (SPN 3 bulan); (v) Harga minyak dunia/ ICP (US$/barrel); dan (vi) Lifting minyak (ribu barel/ hari). Setelah ditetapkannya asumsi dasar makro ekonomi tersebut, barulah diproyeksikan besaran komponen-komponen lainnya yang merupakan postur APBN, yang terbagi atas tiga (3) kelompok besar : (i) Pendapatan Negara dan Hibah; (ii) Belanja Negara; dan (iii) Pembiayaan. Besaran komponen-komponen tersebut disesuaikan dengan kebijakan umum pemerintah dalam

A. PEN DAPATAN NEGARA DAN HI BAH A. PEN DAPATAN NEGARA DAN HI BAH I . Pene rim a an Da la m N ege ri I . Pene rim a an Da lam N ege ri

1 . Pene rim a an Perpa ja ka n 1 . Pener im aa n Pe rpa ja ka n 2 . Pene rim a an Nega ra Buk an Paj ak 2 . Pener im aa n N ega ra Buka n Pa ja k I I . Pene rim a an Hibah I I . Pene rim a an Hibah

B. BELANJA NEGARA B. BELANJA NEGARA

I . Bela nj a Pe m e rint a h Pusat I . Bela nj a Pe m e rint a h Pusat 1 . Pengeluaran Rut in 1 . Belanj a Pegaw ai

a. Belanj a Pega w a i 2 . Belanj a Bara ng 3 . Belanj a Modal b. Belanj a Bara ng

4 . Pem bay aran Bunga Ut a ng c. Pem baya ran Bunga Ut a ng

5 . Subsidi d. Subsidi

6 . Belanj a Hibah e. Penge lua ran Rut in La innya

7 . Bant uan Sosial 2 . Pengeluaran pe m bangunan

8 . Belanj a lain- lain I I . Bela nj a Unt uk Da erah I I . Bela nj a Unt uk Da erah

1 . Dana Pe rim ba ngan 1 . Da na Perim bangan

2 . Dana Ot onom i Khusus da n Pe nyesuaian 2 . Da na Ot onom i Khusus dan Pe nye sua ian C. Keseim bangan Prim er C. Keseim bangan Prim er

D. Surplus/ Defisit Anggara n D. Surplus/ Defisit Anggar an E. Pe m bia yaa n E. Pe m biayaa n

KON VERSI BELAN JA NEGARA MEN URUT JENI S BELANJA DALAM I - ACCOUNT

pengelolaan APBN, apakah bersifat balanced budget (besaran Pendapatan Negara dan Hibah sama dengan besaran Belanja Negara atau zero deficit) ataukah ekspansif (besaran Belanja Negara lebih besar dari pada besaran Pendapatan Negara dan Hibah atau defisit).

Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang dimaksud dengan (a) Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara, (b) Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara, (c) Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, (d) Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, (e) Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Tiga kelompok besar komponen yang merupakan postur APBN dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Pendapatan Negara dan Hibah

Pendapatan Negara dan Hibah merupakan semua penerimaan negara dalam satu (1) tahun anggaran yang menambah ekuitas dana lancar dan tidak perlu dibayar kembali oleh negara.

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN

Tax Ratio (% thd PDB) a. Pajak Dalam Negeri

1)

- PPh Non-Migas - PPh Migas 2) Pajak pertambahan nilai 3) Pajak bumi dan bangunan 4) BPHTB

5) Pajak lainnya 6) Cukai

b. Pajak Perdagangan Internasional

1) Bea masuk 2) Bea Keluar

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

a. Penerimaan SDA 1) SDA Migas - Minyak bumi - Gas Bumi 2) Non Migas - Pertambangan umum - Panas Bumi - Kehutanan - Perikanan

b. Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya II. HIBAH

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

Besaran Pendapatan Negara dan Hibah terutama dipengaruhi oleh proyeksi perkembangan ekonomi nasional dan internasional yang terkini pada asumsi dasar ekonomi, serta kebijakan pemerintah di bidang Pendapatan Negara dan hibah. Pendapatan ini terdiri dari Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri merupakan sumber penerimaan negara terbesar, dengan menyumbangkan sekitar 99,7% dari total penerimaan negara. Hal ini terkait kebijakan pemerintah untuk mengoptimalkan penerimaan dalam negeri agar dapat mendukung kebijakan konsolidasi fiskal yang berkelanjutan. Penerimaan perpajakan merupakan sumber utama dengan proporsi sekitar 69-70% dari total penerimaan dalam negeri, dan pemerintah melaksanakan optimalisasi penerimaan perpajakan melalui kebijakan tax policy and administration reform yang meliputi reformasi di bidang administrasi, bidang peraturan dan perundang-undangan, bidang pengawasan dan penggalian potensi.

2. Belanja Negara

Belanja Negara merupakan semua pengeluaran negara dalam satu (1) tahun anggaran yang mengurangi ekuitas dana lancar dan merupakan kewajiban negara, dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh negara. Besaran belanja yang tercantum dalam APBN merupakan batas tertinggi, sehingga tidak dapat dilampaui. Belanja Negara ini memiliki peran yang strategis untuk mendukung percepatan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT

A. Belanja K/L B. Belanja Non K/L 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang

i. Utang Dalam Negeri ii. Utang Luar Negeri

5. Subsidi

a Subsidi Energi b Subsidi Non Energi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-Lain II. TRANSFER KE DAERAH

1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus

0 Dana Alokasi Khusus Murni 0 Tambahan Dana Optimalisasi 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.

a. Dana Otonomi Khusus b. Dana Penyesuaian

dalam mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Belanja Negara terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah. Belanja Pemerintah Pusat memiliki fungsi sebagai stabilisator bagi perekonomian; saat perekonomian dalam kondisi resesi, maka dengan kebijakan Belanja Pemerintah Pusat yang ekspansif dapat memberikan stimulasi pada pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas serta memperkuat fundamental ekonomi makro. Sebaliknya, saat perekonomian dalam kondisi terlalu ekspansif (over heating), kebijakan Belanja Pemerintah Pusat dapat berperan untuk menstabilkan roda perekonomian menuju kondisi yang lebih kondusif.

3. Pembiayaan

Pembiayaan merupakan semua penerimaan negara yang harus dibayar kembali / pengeluaran negara yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya serta penjualan asset dan penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL). Pembiayaan ini muncul apabila besaran alokasi belanja melebihi besaran target pendapatan dan hibah atau terjadi defisit, agar besaran belanja yang sudah ditetapkan dalam APBN dapat dilaksanakan dengan baik. Kebijakan pemerintah untuk pembiayaan ini diutamakan berasal dari non utang dan utang dalam negeri dan juga menjaga net outflow

(jumlah penarikan pinjaman lebih kecil dibandingkan dengan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri dan penerusan pinjaman), dikarenakan memiliki resiko yang lebih rendah (lebih fleksibel dalam mengelola portofolio utang dan resiko utang) dibandingkan pembiayaan lainnya serta memiliki multiplier effect yang positif pada perekonomian nasional.

I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI

1. Perbankan dalam negeri

a.l SAL

2. Non-perbankan dalam negeri

a.l a. Penerimaan Privatisasi b. Hasil Pengelolaan Aset c. Surat Berharga Negara (neto) d. Pinjaman Dalam Negeri

e. Dana Investasi Pemerintah dan PMN a.l. Dana Bergulir

- Dana Bergulir Infrastruktur (Geothermal) Dana Pengembangan Pendidikan Nasional

II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)

a. Pinjaman Program b. Pinjaman Proyek Bruto

2. Penerusan Pinjaman (SLA) 3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN

1.5.3 Surplus / Defisit APBN, SAL (Saldo Anggaran Lebih), Sisa Lebih Pembiayaan

Dalam dokumen buku dasar penyusunan APBN (Halaman 30-34)

Dokumen terkait