• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Karakteristik Lingkungan Kolam Sampel

Sebagai perbandingan dampak eksploitasi alam dan pencemaran terhadap kondisi ikan dan lingkungan di Sungai Cikaniki, penelitian ini mengambil objek di kolam budidaya ikan mas yang menggunakan sumber air yang berbeda di tiga desa yang berbeda. Dengan karakteristik lingkungan dan sumber air yang berbeda, didapatkan hasil yang berbeda dari ketiga kolam tersebut dari segi kualitas lingkungan kolam dan dampak terhadap ikan mas yang dibudidayakan.

Kampung Cisangku Desa Malasari sebagai lokasi kolam A, merupakan kawasan pemukiman bagian yang dikelilingi oleh hutan dan terpisah dari pemukiman lainnya dengan jarak sekitar 3-7 km. Kampung ini tidak dilintasi oleh Sungai Cikaniki yang melewati kawasan pertambangan dan pengolahan, dengan sumber airnya berasal dari Sungai Cisangku yang mengalir langsung dari Gunung Halimun yang bebas dari pertambangan. Selain itu kolam A juga dapat dikatakan tidak dipengaruhi oleh limbah rumah tangga. Dengan letaknya yang berada di bagian hulu dari Kecamatan Nanggung, dan berada pada ketinggian sekitar 700 m dpl, maka kolam A dapat diasumsikan sebagai lokasi rujukan (reference site) yang bebas dari pengaruh pertambangan, pengolahan emas dan

dari ikan nila dan mas ini tidak menjadi suatu usaha komersil sehingga belum menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Pola budidayanya pun masih bersifat tradisional, walaupun diberi pakan pelet pabrikan namun tidak intensif dan sebagaimana mestinya. Di samping kolam ikan tersebut terdapat gedung olahraga yang baru dibangun dengan cara diuruk dan ditimbun, sehingga dapat melepaskan logam dalam tanah yang dapat mempengaruhi kualitas perairan kolam A. Pada Tabel 8, dapat dilihat perbedaan karakteristik antar kolam sampel.

Tabel 8 Karakteristik lingkungan kolam ikan mas sampel

Kolam B terletak di Kampung Muhara Desa Cisarua yang merupakan kawasan pemukiman padat penduduk, yang berada pada ketinggian sekitar 600 m dpl. Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra pengolahan emas (gelundungan), karena memiliki akses jalan menuju kawasan pertambangan emas ilegal di Gunung Pongkor. Di sekitar kolam B ini terdapat gelundungan yang hanya berjarak sekitar 1 m, yang dibatasi oleh jalan kecil. Selain itu, kolam ini juga dipengaruhi oleh aktivitas rumah tangga di sekelilingnya. Dengan sumber airnya yang berasal dari aliran air tanah, hujan, dan limpasan rumah di sekitarnya, maka kolam B diasumsikan sebagai lokasi yang terkena dampak limpasan dari gelundungan dan rumah tangga. Pada saat survei awal penelitian, sangat sulit menemukan kolam ikan mas budidaya yang cukup ideal dengan sumber airnya berasal dari buangan gelundungan secara langsung ataupun dari

Karakteristik Kolam A Kolam B Kolam C

Lokasi Kampung Cisangku, Desa Malasari

Kampung Muhara, Desa Cisarua

Kampung Babakan Liud, Desa Kalong Liud

Pemilik H. Enday H. Wawa Bpk. Slamet

Luas (m) 15 x 15 15 x 7 12 x 7

Tinggi Kolam (m) 2 1 1,2

Ketinggian air (cm) 30-40 35-50 40-60 Dasar kolam Tanah liat lempung Lumpur Lumpur Konstruksi kolam Semen Sebagian semen Semen Sumber air Sungai Cisangku Air hujan, buangan

rumah tangga Sungai Cikaniki Jenis ikan Mas dan nila Mas dan nila Mas

Lingkungan sekitar Dikelilingi kebun dan sawah. Di atasnya terdapat hutan

Dikelilingi oleh rumah warga, mesjid, dan gelundungan

Berdampingan dengan sawah dan rumah warga Jarak dengan tambang ± 10 km ± 12 km ± 20 km

Jarak dengan

pengolahan terdekat 200 m dibawah kolam 1 m di depan kolam 2 km di atas Jarak dengan pusat

aliran Sungai Cisarua yang ada di desa ini, selain juga dapat diakses dengan kendaraan roda empat.

Kondisi kolam B ini tergolong kurang baik kondisinya bagi proses budidaya komersil, karena lebih seperti kolam penampungan. Walaupun demikian banyak juga ikan yang hidup di kolam ini baik ikan mas, nila, dan lele. Bahkan ditemukan ikan mas yang berukuran besar hingga mencapai 3 kg per ekornya. Kolam ini pun tidak dirawat khusus, hanya mengandalkan pakan sisa-sisa limbah rumah tangga. Walaupun kolam ini milik pribadi, namun masyarakat dibolehkan mengambil ikan-ikan yang ada di kolam ini.

Pergantian air di kolam B ini sangat rendah, karena air yang masuk dan keluar pun rendah. Ini disebabkan oleh sumber airnya yang berasal dari limpasan rumah tangga yang lebih bersifat rembesan karena tidak adanya parit, dan dari air hujan. Dengan demikian perputaran oksigen dan bahan organik sangat lamban sehingga air kolam berwarna hijau pekat.

Pada jarak sekitar 1 meter di depan kolam ini terdapat gelundungan skala kecil yang dibatasi oleh jalan semen. Gelundungan ini memiliki tiga kolam penampungan air limbah pengolahan emas, sehingga limbah tersebut tidak dibuang langsung ke kolam ikan. Rembesan limbah yang mengandung merkuri ini dapat terjadi melalui tanah dan luapan ketika hujan. Namun gelundungan ini tidak lagi beroperasi rutin, karena operasionalnya terkendala dengan modal yang dimiliki oleh sang pemilik.

Sebagai pembanding dari kedua kolam di atas, dipilih kolam C yang berada di Kampung Babakan Liud Desa Kalong Liud yang merupakan kolam ikan mas budidaya dengan sumber airnya berasal dari aliran Sungai Cikaniki yang masuk melalui persawahan di sekitarnya. Selain karena letaknya yang berada pada dataran rendah di bagian hilir Kecamatan Nanggung, dengan ketinggian sekitar 400 m dpl. kolam ini juga memiliki pola budi daya yang lebih intensif dan konsumen yang lebih banyak. Kemudian kolam ini juga hanya membudidayakan jenis ikan mas, mulai dari proses pemijahan sampai ukuran konsumsi. Dengan pola budi daya yang berbeda, sumber air yang berbeda, dan ikan yang berasal dari hasil pemijahan sendiri, untuk itu kolam C ini dipilih sebagai pembanding dengan kolam ikan mas yang lain.

dari adanya beberapa petak kolam yang lebih kecil dan rutinnya pengeringan dan pembuangan sedimen kolam setiap siklus produksi ikan. Hasil produksi benih ikan masnya juga dijual dan sebagian dibesarkan di kolamnya tersebut. Kualitas benih ikan masnya pun tergolong bagus sehingga sering kali sudah dipesan oleh pembeli sebelum dipijah. Minimnya para pembudidaya ikan yang menjual benih apalagi hasil pemijahan sendiri di sekitar Kecamatan Nanggung, membuat produksi kolam ini menjadi cukup diminati.

Pada lokasi yang sama juga terdapat kolam pemancingan yang cukup bagus omsetnya. Namun ikan yang dipelihara di kolam-kolam miliknya tidak mencukupi sebagai isi kolam pemancingannya, karena kebutuhan konsumen bisa mencapai 1 ton/minggu. Oleh karena itu ikan-ikan mas tersebut harus didatangkan dari Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang sebagai sentra budidaya ikan tawar yang terdekat.

Lokasi kolam sekaligus rumah ini cukup strategis karena berada di pinggir jalan yang cukup ramai dan dikelilingi oleh persawahan yang sumber airnya berasal dari aliran Sungai Cikaniki. Aliran air yang melewati persawahan tersebut pula yang dimanfaatkan sebagai sumber air utama di kolam-kolamnya, selain juga dari limpasan rumah tangga. Seusai musim panen padi biasanya beberapa petak sawah tersebut disewa untuk pendederan benih ikan mas hasil pemijahan sendiri.

Walaupun jarak kolam C dengan gelundungan terdekat cukup jauh, apalagi dengan kawasan pertambangan emasnya, namun dengan sumber airnya yang berasal dari Sungai Cikaniki maka peluang terkontaminasi logam berat juga lebih besar. Hal ini karena Sungai Cikaniki merupakan tempat pembuangan limbah bagi berbagai aktivitas, baik secara langsung seperti buangan hasil olahan limbah PT. ANTAM maupun sebagian gelundungan, maupun berasal dari aliran sungai-sungai kecil yang bermuara ke Sungai Cikaniki dan limpasan kawasan pertanian di sepanjang daerah aliran sungainya.

Hal lain yang perlu digarisbawahi dalam penelitian skala lapangan ini adalah ukuran dan umur ikan mas sampel yang digunakan tidak seragam, karena sesuai yang ditemukan secara acak di kolam sampel. Dengan demikian, perbedaan ukuran dan umur ikan ini kemungkinan akan menghasilkan dampak yang berbeda pula sehingga kurang ideal untuk dibandingkan antar ikan. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian skala lapangan, tentu saja hasilnya akan berbeda dengan penelitian percobaan skala laboratorium yang

dapat diketahui pasti dan dikontrol perlakuannya. Meskipun demikian, penelitian ini mencoba mendeskripsikan pengaruh perbedaan karakteristik biogeofisika kimiawi dari lingkungan ketiga kolam ikan mas budidaya di Kawasan Pongkor ini terkait dengan dampak merkuri dan selenium terhadap kondisi histopatologi ikan mas yang dibudidayakan.