• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Mutu Biji Jarak Pagar Berdasarkan Kriteria Panen Kriteria panen ditetapkan berdasarkan indeks warna buah yaitu hijau, hijau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Karakteristik Mutu Biji Jarak Pagar Berdasarkan Kriteria Panen Kriteria panen ditetapkan berdasarkan indeks warna buah yaitu hijau, hijau

kekuningan, kuning, kuning kecoklatan dan hitam. Buah hasil panen dikupas sehingga diperoleh biji dan dijemur hingga kadar air mencapai = 7 %. Biji kering selanjutnya di analisis untuk diketahui kadar air, kadar minyak dan jumlah mikrobia (total plate count). Sedangkan untuk mengetahui rendemen minyak, kandungan asam lemak bebas (ALB), dan bilangan iod maka biji kering dipres dengan alat pengepres yang dilengkapi dengan pemanas suhu 90 – 110 oC. Hasil analisis tersebut merupakan tolok ukur mutu biji jarak.

Tabel 6. Karakteristik mutu biji jarak menurut indeks panen

Indeks panen Ka.Biji basah (%, b/b) Ka. Biji kering (% b/b) Berat jenis Kadar Minyk (%) Rendemn (%) ALB (%) Bil. Iod TPC (cfu /gr) 1 59.36 a 7.03 a 0,86 a 24,63 a 14,51 a 0,28 a 69,59 a 3,5 x 104 2 47.51 b 7.03 a 0,91 b 29,62 b 25,46 b 0,17 b 62,46 b 2,8 x 104 3 44.55 c 6.86 a 0,93 b 37,00 c 27,42 c 0,19 b 59,59 bc 1,3 x104 4 44.45 c 6.84 a 0,93 b 36,64 c 27,26 c 0,43 c 58,29 bc 2,6 x104 5 17.11 d 6.81 a 0,92 b 35,79 c 25,41 c 3,33 d 54,87 c 3,5 x 105 KK(%) 1,19 1,51 3,39 7,22 4,71 2,31 5,43

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%, KK ( Koefisien keragaman).

Karakteristik mutu biji jarak hasil pengamatan (Tabel 6) tampak bahwa parameter kadar air, berat jenis, kadar minyak, rendemen, ALB dan bilangan iod terlihat bahwa antar indeks panen memberikan perbedaan yang nyata. Sedangkan parameter kadar air biji kering tidak memberikan perbedaan yang nyata. Jika dibandingkan dengan standar mutu biji jarak (Tabel 4) hanya indeks 5 yang tidak memenuhi standar SNI. Hal tersebut disebabkan nilai asam lemak bebas 3,33%

sementara yang dipersyaratkan maks 1,5 %. Sedangkan indeks 1, 2, 3 dan 4 masih memenuhi standar SNI.

Warna buah

Kriteria buah yang telah ditetapkan pada pemanenan selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap warna dengan menggunakan color reader (Gambar 8). Hasil pengukuran warna dapat terukur dengan nilai Lab. Nilai masing-masing simbol tersebut mencerminkan pada derajat kecerahan, derajat warna hijau dan derajat warna kuning, seperti diperlihatkan pada Tabel 7.

Indeks 1 indeks 2 indeks 3 indeks 4 indeks 5

Gambar 7. Kriteria panen menurut indeks warna buah jarak pagar

Gambar 8 Sample buah dan biji jarak yang diukur dengan color reader

Tabel 7. Nilai warna buah dan biji menurut indeks panen

Indeks Buah Biji

L a b warna L a b warna 1 53,57 a -4,42 a 23,11 a Hj 30,03 a 4,40 a 4,86 a Ch 2 47,34 ab 4,36 b 29,88 a Hjk 26,33 b -0,73 b 2,40 b H 3 40,18 ab 5,68 b 35,16 a K 25,53 bc -0,86 b 2,30 b H 4 30,90 abc 2,03 b 6,02 b Kh 24,10 cd -1,10 b 2,22 b H 5 28,71 c 2,46 b 7,14 b H 23,20 d -1,30 b 1,80 b H KK(%) 22,12 13,99 54,75 3,69 10.05 41,91

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%. KK (Koefisien keragaman), hj (hijau), hjk (hijau kekuningan), k (kuning), kh (kuning kehitaman), h (hitam), ch (coklat kehitaman)

Derajat kecerahan (L)

Nilai L menunjukan kecerahan (lightness) pada buah semakin tinggi nilai L maka buah jarak yang diamati dapat dikatagorikan semakin cerah demikian sebaliknya jika nilai L rendah maka buah jarak dalam katagori semakin gelap. Nilai L pada buah jarak dengan indeks 1, 2, 3, 4 dan 5 memiliki nilai masing- masing 53,57; 47,34; 40,18; 30,90; dan 28,71. Secara visual masing-masing indeks tersebut berwarna hijau, hijau kekuningan, kuning, kuning kecoklatan dan hitam. Jika diamati nilai L dari indeks 1 sampai indeks 5 terdapat kecenderungan penurunan. Dengan demikian dapat dikatakan semakin meningkatnya indeks panen maka ada kecenderungan terjadinya penurunan kecerahan buah jarak. Berdasarkan hasil uji lanjut nilai kecerahan indeks 5 berbeda nyata dengan indeks 1, 2, 3 dan 4 tetapi antar indeks 1, 2, 3 dan 4 tidak memberikan perbedaan yang nyata.

Nilai kecerahan (L) pada biji biji jarak pada indeks 1, 2, 3 , 4 dan 5 memiliki nilai nilai masing-masing 30,03; 26,33; 25,53 ; 24,10 dan 23,20. Secara visual indeks 1 berwarna coklat kehitaman sedangkan indeks 2, 3, 4 dan 5 berwarna hitam. Tingginya nilai kecerahan pada Indeks 1 diduga berhubungan dengan belum sempurnanya sintesis kandungan senyawa yang terdapat dalam biji. Sedangkan peningkatan kecerahan pada indeks 4 dan 5 diduga disebabkan oleh permukaan biji pada indeks 5 yang mulai ditumbuhi oleh kapang. Hasil Uji Lanjut Duncan tingkat kecerahan indeks 5 memberikan perbedaan yang nyata terhadap indeks 1, 2, 3 dan 4. Sedangkan antar indeks 1, 2, 3 dan 4 memiliki nilai tingkat kecerahan yang hampir sama (tidak memberikan perbedaan).

Derajat warna hijau (a*)

Hasil pengukuran derajat warna hijau indeks 1, 2, 3, 4 dan 5 masing- masing adalah - 4,42; 4,36; 5,68; 2,03 dan 2,46. Hasil pengamatan nilai warna hijau (a*) pada berbagai indeks buah jarak pagar tampak bahwa indeks 1 diperoleh nilai negatif (-) sedangkan indeks lain mempunyai nilai positip (+). Sesuai dengan notasi warna Munsel (Gambar 4) jika nilai a negatif menunjukan warna hijau sedangkan jika nilai a positif menunjukan warna kuning. Indeks 1 dengan nilai - 4,42 mencerminkan warna pada indeks tersebut berwarna hijau.

Sedagkan indeks 2, 3, 4 dan 5 termasuk dalam katagori warna kuning. Hasil uji lanjut Duncan indeks 1 memberikan perbedaan yang nyata dengan indeks 2, 3, 4 , dan 5. Sedangkan antar 2, 3, 4 dan 5 masing-masing tidak memberikan perbedaan yang nyata.

Hasil pengamatan indeks warna pada biji tampak bahwa indeks 1 memiliki nilai positif (4,40) sedangkan indeks 2, 3, 4 dan 5 memiliki nilai negatif masing-masing -0,73 ; -0,86; -1,10 dan -1,30. Dengan demikian tampak bahwa indeks 1 memiliki warna biji cenderung kuning sedangkan indeks 2, 3, 4, dan 5 menujukan warna hijau atau hitam. Hasil uji lanjut Duncan indeks 1 memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan indeks 2,3,4 dan 5. Sedangkan antar indeks 2, 3, 4 dan 5 masing-masing tidak memberikan perbedaan yang nyata.

Perbedaan warna buah antar indeks dapat mencerminkan tingkat kematangan buah. Warna kuning biasanya dijadikan sebagai tolok ukur buah telah mengalami kematangan. Sedangkan warna hitam biasanya diasumsikan buah telah lewat masak (over ripe). Tahap perkembangan buah meliputi pembelahan sel, pemasakan (maturation), pematangan (repening), penuaan (senescence) dan kemunduran / pembusukan (deterioration) Kader (1992). Tanda kematangan pertama pada buah adalah hilangnya wrarna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laun berkurang, pada umumnya sejumlah zat warna hijau tetap terdapat dalam buah terutama dalam jaringan bagian-bagian dalam buah. Selama proses pematangan buah akan terjadi degradasi klorofil sehingga kandungan klorofil menjadi rendah dan muncul warna dari pigmen-pigmen lainnya sehingga buah berubah warnanya menjadi kuning, ungu atau merah, coklat dan hitam.

Derajat warna kuning (b*)

Hasil pengamatan terhadap derajat warna kuning (b) pada berbagai indeks panen seperti terlihat pada Tabel 7. tampak bahwa indeks 3 memiliki nilai tertinggi (35,16) kemudian diikuti oleh indeks 2, 1, 4 dan 5 masing-masing 29,88; 23,11; 602 dan 7,14. Jika dilihat secara visual Indeks 3 berwarna kuning sedangkan indeks 2 berwarna kuning kehijauan dan indeks 4 berwarna kuning kecoklatan.. Hasil uji lanjut Duncan indeks 1, 2 dan 3 memiliki perbedaan yang

nyata dengan 4 dan 5, sedangkan antar 1, 2 dan 3 masing-masing tidak memberikan perbedaan yang nyata

Berdasarkan pengamatan visual antara indeks 1, 2 dan 3 terdapat kecenderungan terjadinya perubahan warna hijau menjadi kuning. Menurut Pantastico (1989), hilangnya warna hijau pada buah yang sedang masak merupakan proses yang rumit yang belum dapat dipastikan sepenuhnya. Beberapa peneliti menyatakan bahwa proses biokimia dalam penguraian klorofil diduga oleh kegiatan enzim klorofilase. Hal ini terlihat meningkatnya kegiatan klorofilase yang maksimum pada saat buah apel dan pisang pada waktu klimakterik. Pendapat lain menyatakan bahwa kegiatan klorofilase tidak tampak pada buah tomat yang mengalami pematangan sementara itu klorofilnya cepat berkurang. Secara mikroskopis, kloroplasnya mengalami disorganisasi lebih awal sebelum warna hijaunya hilang dari jaringan. Berdasarkan sifat kimiawinya, kegiatan hidrolitik klorofilase, yang memecah klorofil menjadi bagian fitol dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Klorofil, terutama dalam medium asam, seperti terdapat dalam buah tomat yang sedang masak, dapat pula kehilangan Mg++ yang ada di pusat gugus porfirin pada molekul klorofil dapat pula dipecah yang menyebabkan timbulnya rantai tetrapirolat, biliverdin, yang tetap berwarna hijau. Hanya kalau ikatan rangkapnya mengalami oksidasi atau saturasi, barulah warnanya akan hilang. Ditambahkan Muchtadi (1992), selama proses pematangan buah akan terjadi degradasi klorofil sehingga kandungan klorofil menjadi rendah dan muncul warna dari pigmen - pigmen lainnya, hal ini menyebabkan buah berubah warnanya menjadi kuning, orange atau merah.

Pembentukan warna menjadi kuning dalam pematangan (sintesis karotenoid) tersebut tidak terlepas dari adanya enzim ß karoten. Aktifitas enzim tersebut dipengaruhi oleh kandungan karoten, asam mevalonat bebas dan geraniol bebas yang merupakan prekusor terbentuknya karoten (Pantastico, 1986). Jumlah karoten yang terbentuk akan semakin meningkat seiring dengan lama waktu pematangan, sehingga warna kuning atau jingga akan terbentuk pada seluruh bagian buah.

Kadar Air

Pengukuran kadar air biji dilakukan dengan menggunakan moister tester (Gambar 9) dan juga dengan menggunakan oven (grafimetri). Biji jarak dikeringkan dengan cara dijemur pada sinar matahari selama 2–3 hari tergantung cuaca. Penjemuran dimulai dari pukul 9.30–15.30 (±6jam/hari) sampai mencapai kadar air = 7 %. Pada saat cuaca cerah suhu udara berkisar 35 – 45 oC, sedangkan pada cuaca mendung suhu berkisar 30–33 oC. Berdasarkan hasil pengukuran terlihat bahwa kriteria panen (indeks warna) memberikan nilai kadar air biji basah (saat panen) yang berbeda (Gambar 10). Semakin tinggi indeks panen cenderung memiliki kadar air rendah. Indeks 1 (warna buah hijau) cenderung memiliki kadar air tertinggi (59 %), sedangkan indeks 5 (warna hitam) memiliki kadar air rendah.. kadar air indek 1, 2, 3 ,4 dan indek 5 masing-masing adalah 59.36%, 47.51%, 44.55%, 44.45%, 17.11 % (b/b). Rendahnya kadar air indek 5 (buah berwarna hitam) berkaitan erat dengan telah terjadinya penguapan sebagian air dalam biji pada saat buah masih melekat di tanaman. Secara visual tampak kulit buah telah mengering dan semakin tipis dibandingkan dengan indeks panen lainnya. Bahkan sebagian kulit telah pecah dan tampak biji jarak.

0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 K a d a r A ir ( % ,b / b ) Indeks Panen

sebelum dikeringkan set elah kering

Gambar 10. Kadar air biji jarak pagar pada berbagai indeks warna sebelum dan setelah dikeringkan

Kadar air setelah pengeringan pada indeks 1 dan 2 paling tinggi masing- masing 7,03 % sedangkan indek 5 memiliki nilai paling rendah yaitu 6,81 %. Hal tersebut diduga berhubungan dengan kadar air awal bahan dimana indeks 1 memiliki kadar air tertinggi sedangkan indeks 5 memiliki kadar air terendah..

Berat jenis

Biji jarak pagar yang terdapat dalam buah (kapsul) dengan umumnya berjumlah jumlah 3 biji. Sedangkan berat per biji indeks 1, 2, 3, 4 dan 5 masing- masing adalah 0,43; 0,65; 0,75 ; 0,74; dan 0, 69 gr . Dengan demikian pada indeks 1 paling ringan kemudian disusul indek 2 dan 5. Diduga biji indeks 1 memiliki kandungan padatan ( lemak, karbohidrat dan protein) paling rendah dibandingkan dengan indeks lainnya. Pembentukan padatan (lemak, karbohidrat dan protein) dihasilkan dari proses fotosintesis diduga belum maksimal karena saat panen baru berumur 40 hari setelah anthesis sedangkan indeks lain ketika dipetik memiliki umur lebih dari 40 hari setelah anthesis..

0.82 0.84 0.86 0.88 0.90 0.92 0.94 1 2 3 4 5 b e ra t je n is Indek panen

Gambar 11 Berat jenis biji jarak pagar pada berbagai indeks warna

Berat jenis bahan diperoleh dari pengukuran berat dan volume. Jika biji jarak setelah ditimbang memiliki nilai yang rendah sementara volume diasumsikan tetap maka berat jenis bahan tersebut masuk dalam katagori rendah. Berdasarkan pengukuran berat jenis (Gambar 11) tampak bahwa berat jenis indeks 1 memiliki nilai paling rendah, kemudian disusul indeks 2 dan 5 masing-masing 0,86 ; 0,91 dan 0,92. sedangkan indek 3 dan 4 memiliki nilai sama yaitu 0,93. Pada indeks 1 dan 2 kemasakan buah belum penuh sehingga ketika diamati bijinya tampak berwarna putih, banyak terkandung serat dan pati. Pati tersebut diduga merupakan produk antara sebelum terbentuknya minyak / lemak melalui proses biokimia.

Rendemen dan Kadar Minyak Jarak

Minyak jarak pagar diperoleh melalui pengepresan dengan alat press yang didesain dengan dilengkapi pemanas (Gambar 12 a) dengan suhu berkisar 90 – 110 oC dengan waktu selama 20 menit. Rendemen hasil pengepresan untuk berbagai indeks panen disajikan pada Gambar 12b.

(a) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 M in y a k ( % ) Indeks Panen

Rendem en Kadar minyak

(b)

Gambar 12. Pengpresan minyak jarak; (a) alat pengepres minyak jarak, dan (b) rendemen hasil pengepresan

Berdasarkan hasil pengepresan terlihat bahwa indeks panen 1 menghasilkan rendemen paling rendah (14,51 %) kemudian disusul indeks 2 (25,46%), indeks 3 (27,42 %), indeks 4 (27,26 %), dan indeks 5 (25,41%). Selanjutnya kadar minyak yang diperoleh dari ekstraksi secara kimia (soxhlet) memiliki trend yang hampir sama dinama indeks 1 memiliki nilai kandungan minyak yang paling rendah (24,63%) kemudian disusul oleh indeks 2 (29,62 %) dan 3 (37 %). Kandungan minyak mulai mengalami penurunan pada indek 4 (36,64 %) dan indek 5 (35,79%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Bambang

(2008) yang menyatakan bahwa kadar minyak akan mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan tingkat kemasakan, namun akan menurun pada tingkat sensen (over ripe). Rendahnya rendemen dan kandungan minyak pada indeks 1 (hijau) dibandingkan indeks lainnya diduga berkaitan erat dengan proses fisiologis dimana pada indeks tersebut pembentukan lemak belum optimal. Lemak atau minyak diperoleh dari hasil fotosintesis yang terjadi pada buah. Minyak jarak dihasilkan dari sintesis Asetil Coenzim A (Vechery dan Vechery, 1981). Asetil Coenzim A dibentuk dari Glukosa-6 Phospat yang sebelumnya berasal dari Fruktosa-6 phospat hasil dari fotosintesis.

Yeyen dan Joko (2007) melaporkan kandungan minyak buah jarak buah berwarna hijau 10,93 %, warna buah hijau kekuningan 26,98 %, buah kuning 29,38 %, kuning kehitaman 22,83 % dan buah hitam 23,68 %. Dari data tersebut tampak kadar minyak hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan yang di laporkan Yeyen dan Joko (2007). Perbedaan kandungan minyak tersebut diduga karena faktor aksesi / varietas. Hasnam (2007) menyatakan kadar minyak / rendemen aksesi IP-2M (31 – 32%), IP-2P (32 – 34%) dan IP-2A (31-32%).

Berdasarkan Gambar 12 b. tampak terdapat perbedaan nilai rendemen minyak hasil dari pengepresan dengan kadar minyak hasil dari ekstraksi dapat digunakan untuk melihat performansi pengepresan. Berdasarkan data di atas maka jumlah minyak yang tidak dapat tertampung dalam pengepresan sebesar 8,72 %. Dengan demikian minyak yang terkandung dalam ampas masih cukup tinggi.

Asam Lemak bebas

Hasil analisis kimia asam lemak bebas (Gambar 13) mencerminkan bahwa adanya kecenderungan peningkatan asam lemak bebas dengan semakin matang buah yang di panen. Peningkatan asam lemak bebas terjadi mulai pada indek 4 (buah berwarna kuning kecoklatan) dengan nilai Alb 0,43 % dan indeks 5 (buah berwarna hitam) dengan nilai Alb 3,33 %. Tingginya nilai Alb pada indek 5 sebagai cerminan pada indeks ini telah banyak mengalami kerusakan atau perubahan komposisi kimia. Sudrajat (2006) melaporkan bahwa tingkat keasaman minyak jarak eksplorasi dari berbagai propinsi di Indonesia (Bogor, Lampung, Kebumen, Yogyarkarta, NTT, dan NTB) adalah 10 atau setara dengan

nilai Alb 5 %. Diduga pada eksplorasi tidak dilakukan pemisahan berdasarkan tingkat kemasakan buah saat panen menurut warna buah.

0 1 2 3 4 1 2 3 4 5 A l b Indek Panen

Gambar 13. Hubungan indeks panen dengan asam lemak bebas

Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab tingginya keasaman adalah faktor oksidasi dan faktor mikrobiologi. Pada indeks 5 umumnya kulit ari biji telah retak sehingga memberikan peluang terjadinya okisdasi atau serangan mikroorganisne pada biji. Karakteristik minyak jarak yang didominasi asam lemak tidak jenuh yang bersifat labil terhadap oksidasi sehingga makin mudah terbentuknya asama lemak bebas. Dengan tingginya nilai asam lemak bebas tersebut maka disarankan untuk menghindari panen buah pada indeks 5. Berkaitan dengan kriteria mutu biji jarak (Tabel 4) dengan nilai keasaman maksimal 3 %. maka pada indeks tersebut tidak memenuhi nilai yang dipersyaratkan. Pada proses pengolahan biodiesel nilai keasaman yang telah melebihi 3 % akan diolah dengan metode dua tahap esterifikasi transesterifikasi (estrans).

Bilangan Iod

Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipida yaitu merupakan lipid netral. Kandungan utama minyak nabati adalah ester gliserol dari asam lemak yang disebut trigliserida. Trigliserida merupakan ester dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Jenis asam lemak dalam trigliserida sangat mempengaruhi sifat-sifat trigliserida yang dibentuknya. Pada umumnya asam lemak yang terdapat di alam, memiliki jumlah atom karbon (C) genap dan masing-masing asam lemak dibedakan antara satu dan lainnya berdasarkan jumlah atom karbon dalam rantai, jumlah dan letak ikatan rangkap antara atom karbon. Asam lemak yang membentuk trigliserida ada dua macam yaitu asam lemak tidak jenuh (saturated) yang tidak mengandung ikatan rangkap dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated) yang mengandung ikatan rangkap satu (monounsaturated) atau lebih dari satu ikatan rangkap (polyunsaturated). Derajat ketidakjenuhan rata-rata dari asam lemak atau campuran asam lemak dinyatakan dalam bilangan iod. Asam lemak tidak jenuh kurang stabil bila dibandingkan dengan asam lemak jenuh.

Beberapa keuntungan minyak nabati apabila digunakan sebagai bahan baku biodiesel adalah renewable, biodegradable, dan non toxic (Soerawidjaja et

al.2005). Sedangkan beberapa kelemahan minyak nabati adalah

ketidakstabilannya terhadap oksidasi dan memiliki sifat buruk pada suhu rendah. Oksidasi terjadi karena molekul-molekul bereaksi secara kimiawi dengan oksigen. Pengaruh buruk terhadap bahan bakar yang mengalami oksidasi adalah naiknya kekentalan dan menyebabkan bilangan asam naik, sehingga akan mengakibatkan karat dan keausan pada logam yang akhirnya akan menimbulkan endapan (deposit).

Hasil analisis terhadap bilangan iod minyak jarak pagar dari beberapa kriteria panen diperoleh informasi bahwa nilai bilangan iod semakin menurun dengan peningkatan indeks panen (Gambar 14). Analisis bilangan iod dilakukan untuk mengetahui kandungan asam lemak tidak jenuh dari minyak yang telah diekstraksi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 B il I o d Indeks Panen

Gambar 14 Hubungan indeks panen dengan bilangan Iod

Semakin tinggi bilangan iod maka jumlah asam lemak tidak jenuh semakin tinggi. Pada indeks 5 nilai bilangan iod paling rendah diduga pada asam lemak tidak jenuh pada indeks 5 telah mengalami perombakan (oksidasi) menjadi asam lemak jenuh dan dihasilkan asam lemak bebas. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah asam lemak bebas yang meningkat pada pengamatan asam lemak bebas.

Bilangan iod minyak jarak pagar pada tabel di atas memiliki nilai dibawah minyak kedelai (107-137) sehingga dapat digolongkan ke dalam minyak yang tidak mengering. Bilangan iod tersebut menunjukan bahwa minyak jarak pagar mengandung hidrokarbon tidak jenuh karena pada minyak jarak pagar terkandung ikatan rangkap. Apabila bilangan iod dihasilkan cukup tinggi (>100) maka minyak tersebut mudah teroksidasi sehingga di dalam penyimpanannya akan menimbulkan bau tengik. Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh, besarnya jumlah iod yang diserap menunjukan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.

Total plate count (TPC)

Total plate count untuk mengetahui jumlah populasi atau tingkatan serangan mikrobia terhadap biji dari kriteria panen yang ditetapkan. Hasil llaboratorium menunjukan bahwa serangan mikrobia pada indeks 5 sangat tinggi dibandingkan dengan indeks panen lainnya (Gambar 15). Kulit buah pada indeks 5 yang umumnya telah mengering dan rusak diduga sebagai penyebab infasi mikrobia pada permukaan biji. Kulit biji secara fisik atau kimia merupakan pertahanan yang utama bagi biji untuk mencegah penetrasi cendawan ke dalam jaringan biji yang lebih dalam dari kulit biji. Retakan pada biji yang terjadi secara mekanis memberikan peluang bagi serangan cendawan ke dalam biji (Styer dan Cantliffe, 1984). Serangan cendawan pada biji-bijian dapat menyebabkan penurunan daya berkecambah, perubahan warna, bau apek, pemanasan biji-bijian, pembusukan, perubahan komposisi kimia, penguraian lemak sehingga meningkatkan kandungan asam lemak bebas dan penurunan kandungan nutrisi (Sauer et al. 1992). 1000 10000 100000 1 2 3 4 5 T P C ( c fu / g r) Indeks Panen

Gambar 15 Hubungan indeks panen dengan TPC pada biji jarak

Rentang waktu pemasakan buah (indeks 1) hingga lewat masak (indeks 5) yang dapat mencapai lebih dari 1 bulan dengan cuaca lingkungan memadai sehingga pertumbuhan organisme dapat mencapai maksimal. Ominski (1994)

mengemukakan bahwa beberapa faktor lingkungan untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme adalah aktivitas air, kadar air, suhu, subtrat, O2 dan CO2, interaksi mikrobia, kerusakan mekanis, infestasi serangga, jumlah spora dan lama penyimpanan. Dengan kadar air biji lebih dari 15 % dan lama penyimpanan pada tanaman lebih dari 1 bulan maka pertumbuhan pertumbuhan mikrobia dapat mencapai maksimal 38.000 (cfu/gr).