• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.4. Pengamatan dan Pengukuran

Parameter yang diamati adalah jumlah buah per tandan, berat biji, kadar air, kadar minyak, bilangan asam dan kadar asam lemak bebas, bilangan iod, jumlah mikroorganisme dan warna. Sebelum perlakuan dilakukan pengamatan terhadap umur tanaman, kultur teknis budidaya, jumlah cabang, warna kulit buah, serangan hama dan penyakit.

a Analisis kadar air (AOAC, 1980) Prinsip

Penguapan air dengan pemanasan pada suhu 105 o C, selisih bobot yang hilang merupakan kadar air yang terdapat dalam sampel.

Prosedur :

Contoh ditimbang sebanyak 2 – 10 gram dan ditempatkan didalam cawan aluminium yang sudah diketahui bobotnya. Contoh dipanaskan di dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam (pengukuran 1 jam dimulai saat oven mencapai suhu 105 oC). Selanjutnya cawan didinginkan didalam desikator kurang lebh 15 menit dan kemudian ditimbang. Pemanasan diulang hingga dicapai berat yang tetap. Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan berat yang hilang sebagai air. Kadar air dihitung dengan rumus :

Kadar air (%) = a x b a ) 100% ( − Dimana

a = berat contoh sebelum pengeringan (gram) b = berat contoh setelah pengeringan (gram)

b. Kadar minyak

Sebanyak 2-3 gram contoh dimasukan kedalam pembungkus kertas saring yang terlebih dahulu ditimbang beratnya. Sampel tersebut selanjutnya ditempatkan pada seperangkat alat ekstraksi soxhlet dan tambahkan pelarut heksan secukupnya. Setelah peralatan dipasang selanjutnya hot plate dihidupkan atau dipanaskan dengan waktu 8 jam.. Contoh hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya dengan cara diangin-anginkan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC sampai beratnya konstan. Kadar minyak contoh dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Kadar minyak (%) = c x a b ) 100% ( − Keterangan :

a = Berat labu kosong (gram)

b = Berat labu dan ekstrak minyak (gram) c = Berat contoh (gram)

c. Rendemen minyak

Rendemen minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara minyak hasil pengepresan terhadap berat biji.

% 100 (%) minyak Rendemen x b a = Keterangan :

a = minyak hasil pengepresan (gram). b = berat biji (gram).

c. Bilangan asam dan kadar asam lemak bebas (SNI 01 – 3555-1998) Prinsip :

Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak.

Prosedur

Sebanyak ± 5 gram sampel minyak ditimbang dan dimasukan dalam erlenmyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml alkohol netral 95 % dan dipanaskan sampai mendidih. Setelah ditambahkan dua tetes indikator phenolptalein, larutan dititras i dengan KOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu yang tidak hilang selama beberapa detik.

Bilangan asam =

b axNx56,1

Asam lemak bebas = b x axNx 10 100 1 , 56 Dimana :

a = jumlah KOH untuk titrasi (ml) N = Normalitas larutan KOH

56,1 = bobot molekul KOH

b = bobot molekul asam lemak dominan (BM asam oleat = 282)

d. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1989) Prinsip :

Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh akan bereaksi dengan iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh yang terdapat dalam minyak.

Prosedur :

Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukan ke dalam erlemeyer 300 ml, kemudian ditambahkan 15 ml kloroform dan 25 ml larutan wijs dengan menggunakan pipet volumetrik. Erlemeyer kemudian ditutup dan disimpan ditempat gelap selama 2 jam. Ke dalam larutan kemudian ditambahkan 10 ml larutan KI 20 % dan 100 ml air suling. Kemudian erlemeyer segera ditutup. Larutan dikocok dan dititer dengan larutan Na2S2O3 0,1 N . Indikator yang digunakan adalah larutan kanji.

Perhitungan Bilangan Iod = m V Vo xN( 1) 5 , 12 − Keterangan :

Vo = Volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi blangko (ml) V1 = Volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi sampel (ml) N = normalitas larutan Volume Na2S2O3 0,1 N

e. Penentuan populasi cendawan pada biji (Fardiaz, 1982)

Untuk menentukan populasi cendawan yang menyerang biji jarak pagar, dilakukan isolasi berdasarkan metode pengenceran berderet yang dilanjutkan dengan metode cawan tuang pada media PCA (Plate Count Agar). Metode pengenceran berderet dilakukan dari pengenceran 1:10 (10-1) sampai dengan 1:10 (10-5). Sebanyak 1 g sampel biji jarak yang telah dihaluskan berasal dari setiap ulangan, ditempatkan di dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml larutan NaCl 0.85 % steril, Dengan demikian diperoleh pengenceran 10-1. Tabung reaksi tersebut digoyang dengan mesin pengocok hingga suspensinya homogen dan selanjutnya dibiarkan hingga mengendap. Kemudian 1 ml suspensi diambil dengan menggunakan micropipet dan ditempatkan di dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml larutan NaCl 0.85 % steril sehingga diperoleh pengenceran 10-2. selanjutnya dengan cara yang sama dibuat seri pengenceran sampai dengan 10-5. sebanyak 1 ml dari setiap faktor pengenceran dipindahkan dengan pipet ke setiap cawan petri (diameter 9 cm), kemudian dituangkan ± 15 ml media PCA (± 40oC). Setiap faktor pengenceran dibuat 2 cawan Petri (2 sub ulangan) dan diinkubasikan dengan posisi terbalik pada suhu (± 30-32oC) selama 2-3 hari.

f. Warna

Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat Color reder 10 dengan metode hunter color. Pengukuran dimulai dengan menghidupkan alat tersebut pada posisi ON, selanjutnya buah / biji yang akan diamati pada tempatkan buah (sample) lubang yang berfungsi untuk deteksi warna. Ketika posisi dudah tepat selanjutnya tekan tombol start dan lakukan pencatatan nilai L a b. Penentuan warna buah jarak dilakukan dengan mengukur buah utuh pada bagian pangkal, tengah dan ujung yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada setiap pengamatan. Nilai hunter L menunjukan kecerahan (lightness) yang bergerak dari 0 – 100. Nilai hunter a menunjukan warna kromatik campuran merah hijau yang nilainya bergerak dari positif (0-100) untuk warna merah sampai dengan (0-80) untuk warna hijau. Nilai hunter b menunjukan warna kromatik campuran biru kuning yang nilainya bergerak dari positip (0-

70) untuk warna kuning sampai negatif (0-70) untuk warna biru. Nilai hunter a dan b merupakan indikasi perubahan warna hijau ke merah / kuning. Nilai a negatif menunjukan warna hijau nilai a positif menunjukan warna kuning sedangkan nilai b negatif menunjukan warna biru. Munurut Mohsenin (1984) metode Munsell merupakan metode berdasarkan tiga notasi Munsell yaitu Hue (hijau, merah, biru dan kuning), value (nilai L atau kecerahan yang bergerak dari dark atau gelap sampai light/bright atau cerah) dan chroma (saturasi atau tingkat kandungan warna yang bergerak dari weak atau muda sampai vivid / strong atau tua). Nilai notasi tersebut selanjutnya diplotkan pada Munsell color chart (Gambar 4)