• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kamu tak akan takut melihatku, hingga kamu tak perlu menghardikku atau memukulku. Aku sama sekali tidak layak mengancam siapa pun. Termasuk kamu. Bukan hanya karena wajahku yang sama sekali tidak menyeramkan, tapi juga potongan tubuhku yang lebih pantas dianggap sebagai segumpal daging bernyawa. Kalau toh aku sesekali menyalak, itu hanya karena aku ingin tetap dianggap anjing.

Aku tak pernah mengutuk ibuku dan ayahku, sepasang pejantan yang memberiku jalan hidup di dunia, hanya karena aku tidak lahir sebagai bulldog, herder, atau dauberman yang makanan dan obatnya jauh lebih mahal dari biaya hidup kalian bangsa manusia. Mereka pun punya dokter sendiri, dokter spesialis, yang ongkosnya tinggi, lebih tinggi dari dokter untuk manusia jelata. Mereka juga punya salon sendiri, punya bedak sendiri, punya sampo sendiri, punya sabun mandi sendiri, punya sisir sendiri. Tapi, demi Tuhan, aku tak pernah iri. Itulah keberuntungan mereka karena bisa menjadi kelangenan atau penjaga keselamatan manusia. Sedangkan aku, tak pernah diperhitungkan. Bahkan oleh para pemburu anjing kampung yang rutin menyetor daging kepada penjual ‘tongseng jamu’ (mereka tak berani terang-terangan menjual tongseng daging anjing, namun berlindung dibalik tong-seng jamu).

Dibanding hidup manusia yang susah, nasibku jauh lebih baik. Bukankah menjadi binatang piaraan Tuan Konglo yang kaya raya merupakan keberuntungan tak ternilai? Aku tak tahu persis alasan Tuan Konglo memeliharaku. Bukankah dia bisa membeli anjing yang lebih bermartabat dibanding aku? Rupanya ada kisah khusus tentang diriku. Menurut obrolan Bibi Tintin, pembantu Tuan Konglo, dulu aku terserempet mobil Tuan Konglo. Untuk menebus rasa bersalahnya, Tuanku memelihara aku.

“Gembong! Jaga rumah ya. Kalau ada orang mencurigakan, langsung serang. Gigimu masih tajam, kan?” Tuan Konglo menyo-dorkan daging sapi. Kujawab dengan gonggongan kecil. Tanda aku sangat setuju. Tuanku senang. Ia mengelus-elus buluku. Aku pun merasa tersanjung.

Aku sering berpikir. Tidak enak jadi orang kaya. Selalu panik. Selalu merasa terancam. Contohnya ya Tuanku ini. Ke mana-mana bawa pistol. Mendengar suara angin menggesek dedaunan saja, ia sudah tergeragap karena merasa ada orang yang akan meram-pok. Sepuluh satuan pengaman disiapkan. Termasuk, aku, anjing kesayangannya.

Tugasku gampang. Hanya mencurigai siapa saja. Tapi mem-bedakan orang baik dan orang jahat, ternyata susah. Aku sering pusing. Celakanya aku tak bisa dengan gampang mendapatkan pil pengusir pusing bagi anjing.

Siapa tuanku, aku sesungguhnya tak perlu mempersoalkan.

Ia mengelus-elus buluku. Aku pun merasa tersanjung.

Narasi adalah 1)pengisahan suatu cerita atau kejadian; 2)cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peris-tiwa; kisahan.

Naratif adalah bersifat narasi; bersifat menguraikan (menjelaskan). (KBBI, 2001)

Tulisan naratif bertujuan menje-laskan sesuatu dalam bentuk ki-sahan. Hal yang dijelaskan dapat berupa kejadian fiktif (rekaan) mau-pun kejadian yang sesungguhnya. Karena berbentuk kisahan, dalam tulisan naratif terdapat pelaku (tokoh) serta urutan waktu (krono-logis) kejadian.

Dia orang baik, setidaknya bagiku. Tapi aku sering mendengar gunjingan tetangga. Kata mereka tuanku itu kaya karena korupsi, mencuri duit Negara. Berulang kali, kata mereka, tuanku berhasil membobol bank. Anehnya, bisik mereka, Pak Konglo itu tidak pernah tertangkap. Katanya punya ajian ‘belut putih’, hingga selalu bisa lolos dari sergapan penegak hukum. Benarkah tuanku itu sakti? Aku tak peduli. Aku hanya sering melihat, di rumahnya sering datang orang-orang berbaju seragam. Mereka bicara ramah sambil menyebut kalau aku tidak salah dengan pasal-pasal hukum. Aku tidak paham. Dan aku tidak pernah peduli. Aku hanya sering melihat tuanku memberi segepok uang kepada tamu-tamunya. Untuk apa uang itu? Jangan tanya padaku. Kewajibanku hanya curiga dan menggonggong. Lalu segumpal daging lezat tersedia di depanku. Sederhana bukan?

Berpikir sederhana ternyata tidak gampang. Acuh tak acuh bukan pekerjaan mudah. Suatu hari, aku iseng-iseng melihat televisi. Mataku disergap peristiwa yang sulit kupercaya: Tuanku digelandang polisi. Mbak penyiar yang cantik itu mengatakan bahwa Tuan Konglo terlibat dalam skandal korupsi pembangunan kompleks perumahan rakyat. Katanya, tuanku menggelapkan duit hampir Rp 1 triliun. Aku tidak percaya. Namun, dialog malam itu, bagai aliran listrik berkekuatan sangat besar menyambar kepalaku.

“Tolong Papa jujur saja. Papa terlibat dalam penggelapan uang sebanyak itu?” ujar Nyonya Konglo sambil menangis.

“Maafkan aku Ma ..” Tuan Konglo mengisap rokoknya dalam-dalam.

“Papa korupsi tidak?” desak Nyonya Konglo. “Semua kulakukan demi kamu, demi anak-anak…”

Nyonya Konglo pingsan. Tuan Konglo pontang-panting mem-beri bantuan. Beberapa saat kemudian dokter datang.

Sebagai anjing aku tidak pernah dididik tentang sopan santun, agama, etika, dan hukum, aku terus terang sangat kecewa. Aku sendiri sebagai binatang yang lebih berhak mencuri tak pernah sekali pun nyolong, atau merampas hak anjing lain. Sedang tuanku? Malam itu, aku lunglai. Tulang-tulangku terasa dilolosi. Ketika ada orang yang mencurigakan menjebol jendela rumah tuanku. Kubiarkan dia menyikat televisi, handphone, uang, perhiasan emas, berlian… “Bukankah pencuri itu mengambil haknya yang juga di-rampas majikanku?” pikirku sambil memejamkan mata. (Yogyakarta, Februari 2006)

Sumber:SINDO, 19 Maret 2006

3.1.2 Ke adian ang Sesungguhn a

Berikut ini contoh uraian kejadian sesungguhnya yang dikemas dalam bentuk tabel, seperti TABEL A.

Suatu hari, Gembong iseng-iseng melihat televisi.

Bentuklah kelompok yang tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga orang! 1. Tentukan unsur intrinsik cerpen

Anjing Tersayang!

2. Diskusikan tema dan pesan moral yang terdapat dalam cerpen tersebut!

3. Berikan tanggapan terhadap cerpen tersebut!

4. Berdasarkan cerpen Anjing Tersayang, salinlah TABEL B, kemudian lengkapilah!

5. Susunlah tulisan naratif singkat (kejadian sesungguhnya) seper-tiTABEL A?

6. Tukarkan hasil karangan Anda dengan teman Anda! Sunting-lah karangan milik teman Anda itu!!

Tokoh Urutan Peristiwa Hubungan Kausatif (sebab-akibat)

Kami (penulis)

Kami menuju Bromo, dengan menyewa sebuah angkutan umum. Udara masih sangat dingin, apalagi pada musim kemarau seperti saat ini.

Tampak para pemilik kuda sewaan berjajar menunggu penumpang sambil berdiang di perapian. Mereka bersarung dan memakai penutup kepala. Mereka orang-orang dari komunitas Suku Tengger.

Kami berjalan melewati jalan agak menurun untuk sampai di lautan pasir Bromo.

Berjalan di hamparan pasir dalam suasana remang pagi sangat mengasyikkan.

Sambil berjalan tidak henti-hentinya kami mengagumi kebesaran Tuhan

Kekaguman kami bertambah bahwa ketika keadaan mulai terang, tampak di sisi kanan menjulang Gunung Batok, dan di tenggara tampak Gunung Semeru yang gagah. Matahari belum muncul ketika kami sampai di

pinggiran kawah setelah menaiki tangga yang cukup tinggi.

Kami menunggu sunrise di pinggiran kawah sebagai menu wisata Bromo yang syahdu. TABEL A

TABEL B

Tokoh Urutan Peristiwa

1. Aku (Anjing)

2. Tuan Konglo

3. Ny. Konglo

4. Bibi Tinti.

1. Aku berbicara dengan dirinya sendiri.

2. ... ... 3. ... ... 4. ... ...

Aku tidak mengutuk ibunya atau bapaknya, tetapi dia merasa beruntung telah menjadi piaraan Tuan Konglo.

... ... ... ... ... ...

Hubungan Kausatif (sebab-akibat)

3.2 Jenis dan Pola Pengembangan

Paragraf

3.2.1 Jenis Paragraf

Ada empat jenis paragraf yang dibahas, yaitu paragraf deduktif, induktif, campuran, dan naratif. Perhatikan contoh berikut ini!

A. Deduktif

Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta.Pertama,

jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misal-nya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak

Analogi Akibat-sebab Sebab-akibat Rincian Perbandingan Generalisasi

°

Ö

Ö

Ö

Ö

Ö

Ö

Pola pengembangan paragraf Jenis paragraf Campuran Deduktif Induktif

°

Ö

Ö

Ö

Ö

Naratif

1. Kalimat utama berada di awal paragraf.

2. Menyatakan dari hal yang umum (luas) ke hal yang khusus.

difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menin-dak para pelanggar lalu lintas.

1. Kalimat utama berada di akhir paragraf.

2. Menyatakan dari hal yang khusus ke hal yang umum (luas).

B. Induktif

Guru menguasai materi dengan baik. Siswa terkelola dalam suasana pembelajaran yang kondusif. Proses pembelajaran aktif dan partisipatif. Evaluasi dilaksanakan sebagai pengukuran tingkat penyerapan siswa. Hal-hal di atas merupakan indikasi menuju keberhasilan pembelajaran di kelas.

1. Kalimat utama berada di awal dan ditegaskan kembali pada akhir paragraf.

2. Menyatakan dari hal yang umum (luas) ke hal yang khu-sus dan ditegaskan kembali pada hal yang umum (luas). C. Campuran

Bahasa sangat penting dalam kehidupan kita. Untuk ber-komunikasi kita menggunakan bahasa. Untuk bekerja sama kita menggunakan bahasa. Untuk mewarisi dan mewariskan kebu-dayaan, kita memerlukan bahasa. Sekali lagi, betapa pentingnya bahasa bagi kehidupan kita.

1. Semua kalimat dalam paragraf itu terintegrasi secara baik; menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf itu.

2. Semua kalimat merupakan satu kesatuan isi. Satu kalimat pun tidak boleh sumbang.

D. Naratif

Seseorang sedang menyapu sambil menembang. Pak Mo mengumpulkan daun-daun kering di sudut halaman. Esok hari pekerjaan yang sama menghadang di tempat yang sama. Daun-daun jatuh dan Pak Mo menyapunya lagi. Begitulah rupanya hakikat dari hidup, selalu menuntut dibersih-bersihkan karena sampah dapat datang setiap saat, setiap desah nafas.

3.2.2 Pola Pengembangan Paragraf

Yang dimaksud dengan pola pengembangan adalah bentuk pengembangan kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas. Salinlah kalimat rumpang berikut dan lengkapilah bagian yang rumpang!

A. Rincian

Ada beberapa cara untuk mengatasi banjir di Jakarta. Pertama, ... Kedua, ... Ketiga, ... Keempat, ... .

B. Sebab-akibat

Gelombang tsunami dahsyat melanda Aceh dan Sumatera Utara. Bangunan dan fasilitas kota sebagian besar hancur ... ... Ratusan ribu orang meninggal dan hilang ... ... .

C. Akibat-sebab

Kedisplinan dan sopan santun para pengendara di jalan raya rendah. Jumlah dan aneka jenis kendaraan yang sangat banyak ... ... ...Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan kemacetan di Jakarta terus terjadi dan sulit diatasi.

D. Analogi

Kemajuan di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indo-nesia tidak berbeda dengan kereta api bermesin uap yang menarik puluhan gerbong dengan muat ... ... ... .

E. Perbandingan

Ada perbedaan yang mencolok antara murid yang rajin dan murid yang malas. Murid yang rajin ... ... Murid yang malas ... ... .

F. Generalisasi

Remaja zaman sekarang lebih mendambakan dan meng-hargai kebebasan. Remaja Indonesia pun tidak terlepas dari pola dan gaya hidup seperti itu. ... ... ... .

1. Salinlah dalam buku tugas Anda paragraf rumpang berikut, kemudian lengkapi-lah sehingga menjadi para-graf yang sempurna!

a. Semua makhluk hidup memer-lukan air. Manusia... Tumbuhan memerlukan air ... Hewan ... ... . b. ... Tayangan kekerasan yang vul-gar ... Demikian juga dengan tayangan ... ... Singkatnya, besar pengaruh ta-yangan televisi terhadap per-kembangan jiwa anak.

c. Banyaknya bencana yang ter-jadi, tidak terlepas dari kecero-bohan manusia menjaga dan memelihara alam dan ling-kungan. Hutan ... Bukit ... Bantaran kali ... ... . d. Malam ini begitu sunyi. Bulan ... Bintang ... ... Semilir angin menusuk hati dengan ... ... .

2. Tulislah paragraf menggu-nakan pola pengembangan berikut: a. rincian b. sebab-akibat c. analogi d. perbandingan e. generalisasi

Definisi:

Definisi:Definisi:

Definisi:

Definisi:

Kalimat tunggal luas

adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa dan ma-sing-masing fungsi (Sub-jek, Predikat, Ob(Sub-jek, Pelengkap, dan Ketera-ngan) sudah mengalami perluasan.

Kakak yang kuliah di Bandung akan datang besok pagi.

S P K

Perhatikan contoh berikut ini!

(1) Kakak akan datang besok pagi. S P K

perluasan subjek

3.3 Perluasan Kalimat Tunggal

Bentuk-bentuk perluasan kalimat tunggal meliputi: 1. perluasan subjek;

2. perluasan predikat; 3. perluasan objek; 4. perluasan keterangan.

perluasan objek dan keterangan

Kami mendatangi rumah yang roboh ditimpa pohon itu

S P K

sore hari. O

Kami mendatangi rumah itu

S P K

ketika matahari terbenam. O

perluasan predikat dan objek

Sang Juara sedang menangis.

S P

perluasan predikat

Kalimat tunggal yang fungsi-fungsinya diperluas dengan klausa baru menjadi kalimat majemuk (contoh 1,2,3). Kalimat tunggal yang fungsinya diperluas dari kata menjadi frasa tetap berkategori kalimat tunggal (contoh 4) yang juga disebut kalimat tunggal luas.

Perluaskan kalimat-kalimat tunggal di bawah ini!

1. Hari ini sekolah libur.

2. Indonesia memiliki banyak ilmuwan dan top model. 3. Pendidikan penting. 4. Penyanyi Indonesia bagus. 5. Kami berlatih menari. 6. Indonesia kaya dongeng. 7. Sendratari Ramayana pentas

malam hari.

8. Pelukis Najib pameran. 9. Ia bekerja di majalah remaja. 10. Suaranya merdu.

(3) Presiden membuka Kongres Bahasa Indonesia. S P O

(4) Sang Juara menangis. S P

(2) Kami mendatangi rumah itu sore hari. S P O K

Presiden akan membuka Kongres Bahasa Indonesia.

S P O

Presiden Kongres Bahasa Indonesia yang berlangsung di Jakarta.

S P O

Waduh, tercecer di mana bos yang jarang ngomong itu?

3.4 Pengalaman Lucu

Hidup ini memang beraneka ragam. Sifat dan perilaku tiap in-dividu ikut mewarnai dan memperkaya kehidupan manusia. Dari yang banyak dan bermacam-macam itu ada yang disebut lucu.

Berikut ini kisah berjudul, Khilaf Sopir Angkutan Angin. Guru atau salah seorang temanmu akan membacakan cerita lucu tersebut, dengarkanlah dengan saksama!