• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran lokasi penelitian, karakteristik responden, serta profil organisasi yang terdapat pada desa kawasan industri semen yang menjadi unit analisa peneliti. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi desa berupa forum desa yang mendampingi masyarakat untuk perencanaan dan pengajuan dana ke perusahaan dalam rangka pengembangan desa dengan maksud wujud pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang menjadi lokasi penelitian.

Letak Geografis dan Kondisi lingkungan Desa Biringere

Desa Biringere merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Desa ini berbatasan dengan beberapa desa lain di sekitarnya yaitu Desa Mangilu di sebelah Utara, Kelurahan Bontoa di sebelah Selatan, Desa Taraweang pada sebelah Barat, serta di sebelah Timur berbatasan langsung dengan Desa Mangilu yang juga merupakan desa pertama sebelum terjadi pemekaran pada tahun 1991. Suhu udara di Desa Biringere rata-rata 290C-340C dengan ketinggian sekitar 100 meter di atas permukaan laut (mdpl). Desa Biringere berjarak sekitar 10 km dari pusat pemerintah kecamatan yang terletak di wilayah Desa Samalewa. Perjalanan ke ibukota kecamatan dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum yang biasa beroperasi di daerah ini, yaitu bentor (becak-motor). Bentor di daerah ini tidak memiliki waktu beroperasi yang menetap namun sangat banyak di pagi hari, yakni waktu berangkat anak sekolah serta waktu kerja pegawai (sekitar pukul 06.00 WITA-09.00 WITA). Pada malam hari sudah tidak ada kendaraan umum yang beroperasi karena sejak pukul 17.00 WITA kondisi desa sudah sepi dan sangat gelap sehingga hampir seluruh masyarakat desa memiliki kendaraan pribadi terutama sepeda motor. Desa Biringere berjarak sangat jauh dengan ibu kota kabupaten yaitu dengan jarak 13 Km yang dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi berupa sepeda motor dan lebih jauh lagi jika akan menuju ke ibu kota propinsi yakni menempuh jarak 60 Km dengan waktu sekitar 1 sampai 2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Desa Biringere memiliki luas wilayah sebesar ±923 767 m2 yang terdiri dari kawasan pemukiman/perumahan, sawah dan ladang, bangunan, pemakaman, pertokoan perdagangan, kawasan produksi tambang, serta infrastruktur publik. Secara administratif Desa Biringere terdiri dari 7 rukun keluarga (RK) dan 19 rukun tetangga (RT) dengan jumlah pengurus sebanyak 13 orang. RK dan RT ini tersebar pada beberapa dusun yang terdapat di desa ini. Keseluruhan dusun yang terdapat di desa sebanyak 2 dusun yakni Dusun Boronguntia dan Dusun Biringere. Untuk mencapai desa, terdapat dua pintu masuk yang dapat dilalui yakni melalui

Dusun Boronguntia dan Dusun Pallattae (kawasan perumahan pegawai PT Semen Tonasa). Desa ini merupakan lokasi aktivitas PT Semen Tonasa beroperasi serta desa yang paling dekat dengan aktivitas proses produksi. Jarak antar dusun sekitar 500 m sedangkan jarak desa dengan pabrik proses produksi sekitar 5 km, dan telah memiliki jalan penghubung antar desa yang dapat diakses dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan pribadi baik sepeda, motor, maupun mobil. Desa Biringere merupakan desa dengan kondisi jalan desa yang mendatar namun juga masih terdapat beberapa jalan yang berbukit dikarenakan kondisi desa yang berada di antara kawasan pegunungan dan sungai yang mengelilinginya sepanjang 3.9 km.

Dusun Borong Untia berada di kawasan Desa Biringere dengan kondisi tanah pemukiman yang di diami adalah tanah adat tanpa sertifikat seluas 3294 Ha, sedangkan tanah pribadi yang masyarakat miliki sudah dijualkan kepada pihak perusahaan sejak puluhan tahun silam oleh nenek terdahulu, yakni sampai saat ini telah mencapai 44.78 Ha lahan yang digunakan oleh perusahaan untuk melangsungkan kegiatan industri. Sehingga tanah pribadi masyarakat terdahulu yang telah dijualkan kepada perusahaan berupa tanah sawah dengan irigasi setengah teknis sebanyak 7.1 Ha dan tanah sawah dengan irigasi tada hujan sebanyak 20.8 Ha. (Monografi Desa 2015)

Kondisi Sosial Budaya

Berdasarkan laporan bulanan kependudukan periode 2014 sampai 2015, Desa Biringere didiami sebanyak 3961 jiwa pada tahun 2014 dan 3970 jiwa pada tahun 2015 dengan sebaran penduduk laki-laki sebanyak 1979 jiwa dan perempuan sebanyak 1983 jiwa yang terdapat pada 966 KK pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 jumlah penduduk bertambah menjadi 3970 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1973 jiwa dan perempuan 1997 jiwa untuk 971 KK. Penduduk Desa Biringere sangat beragam. Keberagaman ini dapat dilihat dari kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, status kewarganegaraan, agama hingga tingkat pendidikan. Berikut data penduduk Desa Biringere berdasarkan kelompok umur wajib pilih yang bersumber dari monografi Desa Biringere Tahun 2014 :

Tabel 1 Jumlah penduduk Desa Biringere berdasarkan kelompok umur tahun 2014-2015

Kelompok umur

Tahun 2014 Tahun 2015

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(N) (%) (n) (%) 0-3 235 5.93 242 6.10 >3-5 229 5.78 229 5.77 >5-6 176 4.44 176 4.43 >6-12 643 1.23 643 16.20 >12-15 301 7.60 301 7.58 >15-18 311 7.85 311 7.83 >18-60 1939 48.95 1941 48.89 >60 127 3.21 127 3.20 Total 3961 100.00 3970 100.00

Sumber : Data sekunder 2014 dan data primer 2015 diolah

Berdasarkan Tabel 1, pertambahan jumlah penduduk dalam kurun waktu satu tahun diakibatkan oleh adanya kelahiran serta pendatang, namun juga terdapat penduduk yang pindah tetapi jumlah kelahiran dan pendatang lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang pindah sehingga jumlah penduduk mengalami peningkatan. Selain itu, penambahan penduduk dari pendatang juga berasal dari penduduk yang bermukim pada perumahan perusahaan namun berada pada kawasan desa, sehingga penambahan penduduk dari pendatanglah yang menyebabkan jumlah penduduk desa dapat bertambah bisa tiap bulan ataupun tahunan, namun untuk Dusun Boronguntia 98 persen merupakan penduduk asli, dan 2 persen adalah pendatang yang berasal dari desa sebelah atau menempati rumah yang menjadi warisan dari orang tua. Terlihat bahwa jumlah penduduk yang mengalami penambahan berada pada rentang usia lebih dari 18 sampai 60 tahun dan pada usia ini merupakan usia produktif serta rentang usia produktif bagi pegawai perusahaan yang berada pada kawasan perumahan.

Berdasarkan data pada Tabel 1, maka dapat digambarkan mengenai perbedaan jumlah atntara perempuan dan laki-laki melalui data monografi desa. Pada Gambar 2 dan Gambar 3 dapat dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2014 sampai tahun 2015.

Gambar 2 Jumlah penduduk Desa Biringere menurut jenis kelamin tahun 2014 Sumber : Data sekunder desa 2015 diolah

Gambar 3 Jumlah penduduk Desa Biringere menurut jenis kelamin tahun 2015 Sumber : Data sekunder desa 2015 diolah

Pada Gambar 2 dan 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak didominasi oleh laki-laki, hal ini membuktikan bahwa dengan adanya perusahaan jumlah penduduk laki-laki (Gambar 3) menyebabkan penambahan penduduk di desa dan mereka sebagian besar adalah pekerja dan pegawai swasta perusahaan baik di lapang maupun di kantor Semen Tonasa. Selain itu, penduduk berdasarkan jenis kelamin ini menunjukkan bahwa mereka adalah warga negara Indonesia.

Mayoritas penduduk di Desa Biringere memiliki latar belakang pendidikan terakhir SD sampai SMP tahun 2014 serta mata pencaharian penduduk didominasi oleh buruh yakni buruh tani, harian, dan pabrik (proyek).

49,95% 50,05% Laki-Laki Perempuan 49,70% 50,30% Laki-Laki Perempuan

Tabel 2 Jumlah penduduk Desa Biringere menurut tingkat pendidikan tahun 2014

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase

n % Tamatan kanak-kanak 102 33.66 Sekolah Dasar 57 18.81 SMP/SLTP 67 22.11 SMA/SLTA 65 21.45 Akademi (D1-D3) 1 0.33 Sarjana (S1-S3) 11 3.63 Total 303 100

Tabel 3 Jumlah penduduk Desa Biringere menurut mata pencaharian tahun 2014

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase

n % Karyawan PNS 44 1.49 TNI 15 0.51 Swasta 2550 86.21 Wiraswasta 83 2.81 Jasa 12 0.41 Buruh Tani 254 8.59 Total 2958 100

Sumber : Data sekunder 2014 diolah

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat masih sangat rendah, bahkan berdasarkan data tersebut terlihat jumlah penduduk dengan pendidikan berada pada tingkat SD sampai dengan SMA untuk masyarakat yang berada pada rentang usia lebih dari 18 sampai 60 tahun, hingga data yang tidak terlihat maka mereka itulah yang termasuk dalam masyarakat yang tidak memperoleh pendidikan atau bahkan tidak menyelesaikan sekolahnya.

Begitupun dengan mata pencaharian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kondisi masyarakat Dusun Boronguntia didominasi oleh pegawai swasta, hal ini dikuatkan oleh perumahan yang berada di desa serta perumahan tersebut adalah perumahan khusus pegawai yang memiliki kawasan lebih luas dibandingkan dengan pemukiman masyarakat lokal.

Kondisi Sarana dan Prasarana

Desa Biringere merupakan desa dengan sebagian kawasannya telah menjadi tanah perusahaan, tidak terkecuali dengan lahan pertanian masyarakat. Tanah yang ditempati oleh masyarakat saat ini juga termasuk dalam kawasan tanah adat, sehingga tanah pribadi yang dimiliki oleh masyarakat saat ini tidak ada sama sekali. Meskipun lahan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat saat ini sangat sedikit, namun dalam wilayahnya, desa memiliki prasarana yang dapat digunakan oleh masyarakat.

Tabel 4 Jumlah sarana dan prasarana Desa Biringere tahun 2015

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase

n % Masjid 4 57.14 Gereja 1 14.28 Poskesdes 1 14.28 Poliklinik 1 14.28 Total 7 100

Sumber : Data sekunder (monografi desa) 2014

Berdasarkan Tabel 4, data di atas menunjukkan bahwa terutama pada rumah ibadah Desa Biringere ini didominasi oleh masyarakat muslim yakni sebanyak 3886 jiwa (98.08%) dan sebanyak 51 jiwa (1.29%) menganut kepercayaan kristen protestan dan sebanyak 25 jiwa (0.63%). Kondisi desa yang didominasi oleh penduduk muslim merupakan bukti bahwa sejarah, adat dan kepercayaan nenek moyang masih dianut sangat erat hingga masih memiliki kepercayaan khusus sebagai tradisi yang tidak dapat dipisahkan oleh mayarakat beragama islam di desa ini, terutama pada upacara adat pemakaman bagi tokoh masyarakat yang memiliki keturunan raja atau mereka yang dituakan.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian mengenai dampak aktivitas produksi PT Semen Tonasa terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat ini berjumlah 41 kepala rumah tangga dengan 67 kepala keluarga. Responden merupakan rumah tangga yang berada disekitar pabrik semen yang diwakili oleh kepala rumah tangga. Penentuan responden dapat dilihat dari pekerjaan yang beragam.

Gambar 4 Jumlah responden Dusun Boronguntia berdasarkan kepemilikan lahan tahun 2015

Sumber : Data sekunder 2015 diolah

Jika dilihat dari segi kepemilikan lahan pada Gambar 4, maka akan terlihat bahwa jumlah responden masyarakat yang memiliki lahan dulu dan saat ini mengalami penurunan yang sangat drastis. Jumlah responden yang masih memiliki lahan pertanian sebanyak 28 responden namun sekarang hanya 5 responden saja. Sehingga hal ini dapat menggambarkan kondisi perubahan struktur agraria yang dialami oleh masyarakat. Selain itu, untuk mengetahui jenis pekerjaan setelah struktur agraria mengalami perubahan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Jenis Pekerjaan Responden

Tidak Berlahan (Pendatang)

Tidak Memiliki

Lahan Memiliki Lahan

Kondisi Pra-construction 4 9 28 Kondisi Under-construction 0 36 5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Ju m lah Re sp on d en Petani Buruh Harian Buruh Tetap Perusahaan Pedagang/Wi raswasta Pegawai Swasta Perusahaan Lainnya Frekuensi 2 3 1 7 5 23 0 5 10 15 20 25 Ju m la h

Jika dilihat dari segi pekerjaan pada Gambar 5, bahwa responden yang berada pada pekerjaan lainnya adalah ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan selain pekerjaan rumah tangga yang sifatnya reproduktif juga dilihat dalam partisipasi kerja. Mereka yang tidak memiliki pekerjaan ini menunjukkan betapa rendahnya tingkat pekerjaan di desa serta tidak terdapatnya pekerjaan yang dapat dikerjakan belum mampu untuk melangsungkan kehidupan, namun jika kita melihat tiap kepala keluarga hingga anggota keluarganya yang berada dalam satu rumah maka jenis pekerjaannya dapat terlihat dalam Gambar 6.

Gambar 6 Jenis Pekerjaan Anggota Keluarga Responden

Pada Gambar 6 terlihat jenis pekerjaan anggota keluarga responden hanya sebagian kecil yang dapat menikmati pekerjaan sebagai pegawai swasta (8%) sedangkan jika kita melihat jumlah pengangguran sangat tinggi bila dibandingkan dengan pekerjaan para pegawai swasta yang jelasnya bekerja dan terlibat dalam kegiatan pada perusahaan. Sebanyak 35 anggota keluarga responden (17%) tidak memiliki pekerjaan bahkan 43 orang selainnya (21%) merupakan ibu rumah tangga yang jika dilihat berdasarkan umurnya berada pada jenjang umur produktif namun tidak mampu mengahasilkan pundi-pundi kesejahteraan bagi keluarganya. Keterlibatan dalam pengembangan masyarakat yang dikembangkan perusahaan tidak mampu membuat program dan melibatkan ibu rumah tangga, sehingga waktu kosong mereka dihabiskan hanya untuk berkumpul bersama dengan ibu-ibu rumah tangga lainnya tanpa ada pekerjaan yang menghasilkan, kecuali mereka yang bekerja.

Dapat dianalisa bahwa di Desa Biringere terutama Dusun Boronguntia masih banyak penduduknya yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan tidak memiliki kesempatan untuk bekerja di perusahaan yang nyatanya dan harusnya mampu memperoleh peluang kerja bagi masyarakat lokal. Kesempatan tersebut terbatas hanya pada pusat informasi melalui media cetak yang dapat dibaca oleh seluruh penduduk Indonesia hingga persaingan bagi kaum lokal mengalami

1% 1% 8% 1% 2% 4% 8% 34% 1% 2% 21% 17%

Petani Buruh Tani Buruh Harian Buruh Proyek Buruh Tetap Perusahaan Pensiunan Swasta Pedagang/Wiraswasta Pegawai Swasta Pengasuh Anak Pelajar/Mahasiswa Guru/Honorer Security

marginalisasi hingga istilah “orang dalam” menjadi salah satu peluang besar agar dapat terlibat dalam kegiatan perusahaan baik di lapang maupun kantor.

Sehingga, jika kita meninjau kembali responden yang mudah ditemui untuk melaksanakan wawancara adalah mereka yang tidak bekerja dan pada siang hari dapat ditemui. Secara jelas jenis kelamin responden yang mudah ditemui berada pada Gambar 7.

Gambar 7 Jenis Kelamin Responden

Terlihat pada Gambar 7, sangat nyata jika perempuan yakni ibu rumah tangga yang lebih banyak dan mudah ditemui untuk dilaksanakannya pengisian kuesioner dengan perempuan sebanyak 30 orang (73,17%) dan laki-laki sebanyak 11 orang (26,85%). Selain itu, jika dilihat dari segi pendidikan responden dan anggota keluarga dalam penelitian ini didominasi oleh tingkat pendidikan sekolah dasar (SD). Gambar 8 merupakan persentase tingkat pendidikan responden

Gambar 8 Tingkat pendidikan responden penduduk Dusun Boronguntia tahun 2015 27% 73% Laki-laki Perempuan Tidak Sekolah 14% PAUD 3% SD 43% SMP 21% SMA/SMK 15% DIII 2% S1 1% S2 1%

Pada Gambar 8, terlihat bahwa sebagian besar responden berada dalam penelitian ini hanya berhasil mengenyam pendidikan hingga bangku pendidikan dasar (SD). Sekitar 30 orang (14%) tidak mengenyam bangku pendidikan, selain itu, sekitar 90 orang (43%) yang merasakan pendidikan hingga bangku sekolah dasar (SD), untuk bangku sekolah menengah (SMP) 43 orang (21%) sedangkan SMA/SMK sebanyak 31 orang (15%), dan paling sedikit adalah penduduk yang mampu merasakan pendidikan lebih tinggi, yakni 3 orang (1%) pada tingkat pendidikan DIII, dan hanya 1 orang yang mampu merasakan pendidikan hingga bangku perguruan tinggi dengan strata 1 (S1).

Tingkat pendidikan yang rendah tersebut diakui oleh beberapa responden akibat dari kondisi ekonomi keluarga dan akses yang pada saat itu belum memadai sehingga mereka tidak memprioritaskan pendidikan, tetapi pada saat sekarang mereka mulai mendorong dan mendukung anak cucu mereka untuk dapat melanjutkan pendidikan dengan pemikiran perbaikan kehidupan kelak di masa mendatang.

Responden dalam penelitian ini merupakan responden yang berusia di atas 20 tahun. Secara rinci penjelasan mengenai usia responden dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Usia Responden

Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa responden berusia 30 sampai 39 tahun merupakan responden yang mendominasi dalam penelitian ini sebesar 34 persen atau sebanyak 14 orang. Dan sebanyak 24 persen atau 10 orang mendominasi responden pada usia 40 sampai 49 tahun, usia 20 sampai 29 tahun berjumlah 6 orang atau sekitar 15 persen responden, sedangkan pada responden yang berusia 50 sampai 59 tahun dan 60 sampai 69 tahun sebanyak 20 persen yakni 10 persen pada usia 50 sampai 59 tahun dan 10 persen pada usia 60 sampai 69 tahun atau masing-masing kelompok berjumlah 4 responden, selain itu pada usia 70 sampai 79 tahun sebanyak 2 orang atau 5 persen dan di atas usia 80 tahun hanya 1 orang atau 2 persen.

15% 34% 24% 10% 10% 5% 2% 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 >80

Forum Desa Biringere

Forum desa di Biringere merupakan salah satu forum desa yang terbentuk sebagai media yang dapat menghubungkan perusahaan dengan masyarakat desa. Forum desa terbentuk untuk menjadi pemanjangan tangan masyarakat terhadap perusahaan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama yang sesuai dengan kepentingan desa. Forum desa ini menjadi media bagi CSR perusahaan untuk dapat memberikan bantuan agar dana CSR tersalurkan dengan baik melalui proposal yang diajukan masyarakat bersama dengan orang-orang yang berada di forum desa. Forum desa terdiri dari 10 sampai 15 anggota yang berasal dari luar dan dalam desa, namun diketuai oleh masyarakat desa sesuai dengan pilihan masyarakat.

Sesungguhnya, forum desa adalah bentukan dari CSR perusahaan Semen Tonasa, namun, pembentukannya tidak berasal dari pihak perusahaan. Mereka yang bekerja dan membentuk forum desa ini adalah mereka yang bekerja untuk perusahaan namun tidak bekerja di kantor perusahaan, melainkan mereka menjadi fasilitator dari desa untuk melihat kondisi desa pada ring yang terkena dampak dari aktivitas perusahaan. Terbentuknya forum desa juga sebagai langkah perusahaan agar mampu memenuhi apa yang menjadi tuntutan masyarakat dan memenuhi apa yang diperlukan masyarakat sesuai dengan kebutuhan. Banyak demonstrasi yang terjadi selama aktivitas produksi semen kemudian mendesak perusahaan untuk melakukan sesuatu.

Pelaksanaan Bina Lingkungan/Coorporate Social Responsibility

(BL/CSR) yang dilakukan oleh perusahaan dibagi menjadi dua yakni pembuatan proposal yang meliputi ring II dan ring III serta pendampingan masyarakat yang dilaksanakan pada ring I yang pada tahun 2015 telah mencapai 11 desa, salah satunya adalah Desa Biringere. Perusahaan berusaha agar masyarakat tidak terlalu diresahkan dengan aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan, sehingga melalui

Social Mapping (sosmapp) tahun 2011 sampai 2013 serta melalui Leading Company Organizer (LCO) kemudian terjadi penempatan di desa-desa yang menerima dampak dari aktivitas perusahaan, mereka bagian dari perusahaan tetapi tidak berhubungan langsung dengan perusahaan. Mereka adalah Community Development (CD) worker yang bekerja untuk perusahaan, namun kantor mereka tidak berada di perusahaan.

Merekalah yang berkomunikasi langsung dengan perusahaan, namun mereka bekerja secara obyektif untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat untuk dapat disesuaikan dengan dana yang sebenarnya sudah dipersiapkan untuk desa-desa yang menerima dampak. Pada desa, mereka bekerjasama dengan forum desa yang pemilihan ketuanya dipilih oleh masyarakat. CD Worker ini menjadi jembatan antara perusahaan dengan masyarakat untuk melaksanakan program pemberdayaan yang telah dicanangkan pada Company Administrasi Plane (CAP) tahun 2014 sampai 2018 yang tertuang pada RKAPM yang kegiatannya direncanakan sesuai dengan kesepakatan pada forum desa kemudian pembuatan proposal untuk pengajuan dana, misalnya program air bersih.

Hal ini dilaksanakan sebagai cara untuk melibatkan masyarakat agar masyarakat dapat menerima apa yang perusahaan berikan sebagai salah satu

tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat yang terkena dampak dan hal ini disebut oleh perusahaan sebagai Community Involve Development (CID) sehingga dapat menjaga dan mempertanggungjawabkan apa yang telah diberikan dan disediakan oleh perusahaan.

KEMUNCULAN GERAKAN MASYARAKAT LINGKAR