• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan kawasan konservasi perairan di Selat Dampier dapat memberikan manfaat berdasarkan aspek bioekologi, ekonomi, sosial, budaya, dan tata kelola. Sebelum Raja Ampat menjadi wilayah otonomi se ndiri tahun 2003, kawasan perairan ini masih terisolir. Kemudian sejak tahun 2008, Pemda Kabupaten Raja Ampat menetapkannya sebagai bagian dari jejaring kawasan konservasi perairan Raja Ampat. Saat ini, Selat Dampier menjadi pusat pertumbuhan wisata bahari Raja Ampat sehingga memberikan peluang terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan konflik sosial dalam masyarakat. Ancaman terjadinya penurunan kualitas biofisik perairan dapat disebabkan tingkat pencemaran limbah domestik dari rumah tangga. Selain itu, pembukaan lahan untuk membangun sarana dan prasarana wisata, perumahan dan fasilitas umum lainnya, dapat menimbulkan sedimentasi di perairan Selat Dampier. Tingkat pertumbuhan penduduk dan kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara setiap selalu bertambah. Pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan akan protein hewani dari ikan juga semakin meningkat. Sedangkan kegiatan pariwisata yang tidak ramah lingkungan dapat memberikan dampak pada kerusakan habitat terumbu karang dan biota asosiasinya (misalnya ikan karang).

Status keberlanjutan dalam sistem pengelolaan kawasan konservasi perairan di Selat Dampier dilakukan dengan menggunakan analisis keberlanjutan terhadap dimensi-dimensi atau aspek-aspek: bioekologi, sosial ekonomi dan budaya dan aspek tata kelola, melalui atribut-atribut yang menyusun setiap dimensi. Analisis menggunakan metode multidimensional scaling (MDS) menggunakan RAPFISH (Rapid Appraisal Technique for Fisheries).

Tingkat keberlanjutan sistem pengelolaan kawasan konservasi perairan Selat Dampier yang dibedakan atas 3 dimensi yakni: (1) dimensi bioekologi, (2) dimensi sosial ekonomi dan budaya, dan (3) dimensi tata kelola. Masing- masing dimensi ditentukan atribut-atribut penyusunnya. Total seluruh atribut yang digunakan untuk 3 dimensi adalah sebanyak 29 atribut yang terdiri atas 8 atribut untuk bioekologi, 10 atribut untuk dimensi ekonomi, sosial dan budaya, dan 11 atribut untuk menilai keberlanjutan pengelolaan konservasi di kawasan ini.

Atribut-atribut yang memberikan kontribusi terbesar pada setiap dimensi adalah atribut yang perlu ditangani dengan baik untuk keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah Selat Dampier yang berkelanjutan. Dengan kata lain, atribut-atribut tersebut saat ini belum berjalan sebagaimana yang menjadi tujuan dari status berkelanjutan pengelolaan KKPD Selat Dampier di Kabupaten Raja Ampat. Oleh karena itu, perlu koordinasi dari se mua pihak yang terkait, baik pemerintah maupun masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan ini.

Keberlanjutan Dimensi Bioekologi

Dimensi ekobiologi menyertakan 8 atribut untuk analisis keberlanjutan sebagaimana terdapat pada Lampiran 3. Hasil analisis Rapfish pada Gambar 34 menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekobiologi KKPD

90

Selat Dampier adalah 55.48. N ilai indeks keberlanjutan ini termasuk dalam kategori “berkelanjutan sedang” (berada dalam selang 50.01 – 75.00). Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi bioekologi yang terdapat di kawasan konservasi perairan daerah Selat Dampier masih cukup memberi dukungan terhadap pengembangan sistem pengelolaan kawasan secara berkelanjutan, dengan meningkatkan upaya pengelolaan.

Nilai kuadrat korelasi sebesar 0,9336 berarti bahwa hasil estimasi proporsi ragam data yang dapat dijelaskan dengan teknik analisis ini terindikasi memadai (> 90 %). Sedangkan nilai Stress yang dihasilkan sebesar 0,1469, yang mencerminkan ketepatan (goodness of fit) dalam kategori cukup (fair) karena kurang dari nilai 0,20. Menurut Hardle & Simar (2007), nilai stress yang lebih kecil dari 0,20 tidak menunjukkan goodness of fit yang tergolong buruk, seperti yang ditunjukkan nilai stress untuk dimensi bioekologi. Selanjutnya, hasil analisis ordonansi dengan simulasi Monte Carlo memperlihatkan nilai sebesar 51.14. Indikatornya menunjukkan hasil simulasi ordinasi Monte Carlo berada di sekitar posisi ordinasi status keberlanjutan dimensi bioekologi pengelolaan KKPD Selat Dampier. Dengan demikian, hasil analisis Monte Carlo ini mendukung akurasi penentuan ordinasi status keberlanjutan pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah Selat Dampier.

Gambar 34. Analisis keberlanjutan Dimensi Ekobiologi KKPD di Selat Dampier.

Hasil analisis leverage keberlanjutan dimensi ekobiologi KKPD Selat Dampier disajikan pada Gambar 35. Dari 8 (delapan) atribut yang dianalisis, diperoleh 3 (tiga) atribut yang sensitif terhadap indeks keberlanjutan bioekologi, yaitu: (1) kelimpahan ikan karang (root mean square, RMS=1.99), (2) jumlah jenis ikan karang (RMS=1.96), dan (3) hasil tangkapan ikan target (RMS=1.64).

55.48 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120 O the r D is ti ng is hi ng Fe a tur e s Fisheries Sustainability

RAPFISH Ordination

Real Fisheries References Anchors

91 Sedangkan atribut yang menunjukan nilai sensitivitas terendah adalah biomassa ikan karang (RMS= 0.18) dan persen tutupan hidup terumbu karang (RMS=0.41).

Hasil analisis leverage memperlihatkan ketiga atribut yang sensitif tersebut adalah terkait dengan pengelolaan ikan karang yang belum belum optimal. Atribut-atribut kelimpahan dan jumlah jenis ikan karang serta biomassa ikan karang menjadi indikator suatu kawasan perairan baik atau buruk. Walaupun hasil analisis data menunjukkan bahwa kondisi kelimpahan ikan dan jumlah jenis ikan dalam perairan KKPD Selat Dampier masih dalam kategori sedang, namun perlu ada tindakan pengelolaan yang lebih baik. Upaya pengelolaan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan status keberlanjutan dimensi ekobiologi ini adalah minimal mempertahankan kondisi ikan karang yang ada saat ini.

Untuk itu perlu dilakukan tindakan pengelolaan yang lebih efektif melalui penyuluhan yang intensif dan konsisten, baik terhadap penduduk lokal maupun para wisatawan yang semakin meningkat berkunjung di kawasan ini. Hal yang perlu dilakukan juga adalah monitoring rutin terhadap zona dimana tingkat pemanfaatan wisata dan perikanan masyarakat lokal tinggi. Bila hasil monitoring memperlihatkan bahwa terjadi penurunan biodiversitas dan kelimpahan ikan maka perlu dilakukan tindakan pengelolaan kawasan dengan membatasi jumlah pengunjung wisata. Selain itu, aktivitas seperti penangkapan ikan hidup yang masih dilakukan sampai saat ini perlu dikaji lebih jauh. Informasi tentang kegiatan perikanan dan perdagangan ikan hidup masih sangat terbatas.

Gambar 35. Hasil analisis leverage factor dimensi ekobiologi yang berpengaruh di KKPD Selat Dampier

1.22 0.18 0.41 1.96 1.99 1.64 0.76 0.73 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Kualitas air Biomassa ikan karang Persen tutupan terumbu karang Jumlah jenis ikan karang Kelimpahan ikan karang Hasil tangkapan ikan target Tingkat eksploitasi perikanan

92

Keberlanjutan Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rapfish terhadap 10 (sepuluh) atribut yang berpengaruh dalam dimensi sosial ekonomi dan budaya KKPD Selat Dampier, Gambar 36 memperlihatkan nilai indeks keberlanjutan dimensi ini adalah sebesar 71.88. N ilai indeks keberlanjutan ini termasuk dalam kategori “berkelanjutan sedang” (berada dalam selang 50.01 - 75.00). Seperti halnya dengan dimensi bioekologi, nilai keberlanjutan dimensi sosial ekonomi dan budaya ini menunjukkan kawasan konservasi perairan daerah Selat Dampier masih cukup memberi dukungan terhadap pengembangan sistem pengelolaan kawasan secara berkelanjutan, dengan meningkatkan upaya pengelolaannya.

Hasil perhitungan nilai kuadrat korelasi (R2) sebesar 0,9540 yang berarti hasil estimasi proporsi ragam data yang dapat dijelaskan dengan teknik analisis ini terindikasi memadai (> 90 %). Selanjutnya nilai Stress yang dihasilkan sebesar 0,1355, yang menunjukkan bahwa goodness of fit tidak tergolong buruk. Hasil perhitungan simulasi Monte Carlo terhadap dimensi sosial ekonomi dan budaya ini memperlihatkan nilai sebesar 69.45. Besarnya perbedaan antara nilai simulasi Monte Carlo dengan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial ekonomi dan budaya pengelolaan KKPD Selat Dampier 2.43, yang berarti hasil analisis Monte Carlo ini mendukung akurasi status keberlanjutan pengelolaan di kawasan ini.

Gambar 36. Analisis keberlanjutan dimensi sosekbud di KKPD Selat Dampier. GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120 O the r D is ti ng is hi ng Fe a tur e s Fisheries Sustainability

RAPFISH Ordination

Real Fisheries References Anchors 71.88

93 Dari hasil analisis leverage keberlanjutan dimensi sosial ekonomi dan budaya pada KKPD Selat Dampier diperlihatkan pada Gambar 37. Dari 10 (sepuluh) atribut yang dianalisis, diperoleh 2 (dua) atribut yang paling sensitif terhadap indeks keberlanjutan dimensi ini, yaitu: (1) tingkat pelanggaran terhadap KKPD (root mean square, RMS=4.78) dan (2) pemanfaatan sumberdaya manusia lokal (RMS= 4.63). Sebaliknya atribut yang menunjukan nilai sensitivitas terendah dalam dimensi ini masing- masing adalah pendapatan masyarakat (RMS= 1.15) dan tingkat pengetahuan kawasan konservasi (RMS=1.95).

Ketaatan terhadap aturan-aturan dalam kawasan konservasi adalah salah satu penentu keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan. O leh karena itu, badan pengelola kawasan konservasi perairan Raja Ampat lebih fokus untuk mengurangi tingkat pelanggaran terhadap kawasan konservasi perairan di Selat Dampier dan Raja Ampat pada umumnya. Langkah- langkah yang perlu dilakukan saat ini adalah meningkatkan sosialisasi aturan-aturan yang diberlakukan didalam kawasan konservasi, baik hal itu terhadap masyarakat lokal maupun wisatawan atau nelayan luar yang masuk dalam kawasan. Peningkatan frekwensi pengawasan terhadap kawasan konservasi masih perlu ditingkatkan, walaupun biaya yang dibutuhkan untuk pengawasan sangat tinggi. Selain itu, Badan pengelola juga perlu memperhatikan faktor pengungkit penting yang kedua yaitu atribut pemanfaatan sumberdaya manusia lokal. Atribut ini sangat penting untuk diperhatikan karena pengelolaan sumberdaya alam tujuannya lainnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Bilamana sumberdaya manusia lokal menjadi prioritas terakhir dari pengelolaan, maka dipastikan pengelolaan kawasan konservasi pasti gagal.

Gambar 37. Hasil analisis leverage factor dimensi sosekbud yang berpengaruh di KKPD Selat Dampier 2,03 1,95 2,80 4,78 3,74 3,76 4,63 3,02 2,22 1,15 0 2 4 6

Konflik pemanfaatan sumber daya Tingkat pengetahuan kawasan konservasi Pe ghargaa terhadap adat budaya da …

Tingkat pelanggaran terhadap KKPD Tingkat dukungan masyarakat terhadap KKPD Pemanfaatan su mberdaya manusia lokal Tingkat pelanggaran pada aturan sasi Mata pencaharian alternatif Pendapatan msyarakat

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

A tt ri but e

Leverage of Attributes

94

Keberlanjutan Dimensi Tata Kelola

Hasil analisis Rapfish terhadap 11 (sebelas) atribut yang berpengaruh dalam dimensi tata kelola KKPD Selat Dampier ditunjukkan pada Gambar 38 nilai indeks keberlanjutan dimensi tata kelola ini adalah sebesar 67.80. Nilai indeks keberlanjutan ini termasuk dalam kategori “ berkelanjutan sedang” (berada dalam selang 50.01 – 75.00). Kategori cukup berkeberlanjutan dari dimensi tata kelola ini sama dengan yang dicapai oleh dimensi bioekologi dan dimensi sosial ekonomi dan budaya, yang masih cukup memberi dukungan terhadap pengembangan sistem pengelolaan kawasan secara berkelanjutan, dengan meningkatkan upaya pengelolaannya.

Nilai kuadrat korelasi (R2) dari hasil analisis Rapfish memperlihatkan nilai sebesar 0,9522 yang mengandung arti bahwa estimasi proporsi ragam data yang dapat dijelaskan dengan teknik analisis ini terindikasi memadai karena mencapai lebih dari 90 %. Perhitungan nilai Stress analisis Rapfish untuk dimensi tata kelola adalah sebesar 0,1337, yang memperlihatkan nilai goodness of fit tidak tergolong buruk. Selanjutnya bila dibandingkan dengan analisis simulasi Monte Carlo terhadap dimensi tata kelola KKPD Selat Dampier mencapai nilai sebesar 66.25. Perbedaan nilai MDS keberlanjutan dimensi tata kelola dan analisis Monte Carlo adalah 1.55, yang berarti hasil analisis Monte Carlo ini mendukung akurasi status keberlanjutan pengelolaan di kawasan ini.

Gambar 38. Analisis keberlanjutan dimensi tata kelola di KKPD Selat Dampier. 67.80 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120 O th e r Di s ti n g is h in g Fe a tu re s

Keberlanjutan Tata Kelola