• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN

2.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang berbentuk kepulauan (archipelagic regency). Secara geografis, kabupaten ini terletak di bawah garis khatulistiwa antara 045” Lintang Utara hingga 215” Lintang Selatan dan 12915” hingga 13200” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Raja Ampat berbatasan dengan Republik Federal Palau dan Samudera Pasifik di sebelah utara (Gambar 2.1.1). Sementara itu, Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku di sebelah selatan. Kota Sorong dan Kabupaten Sorong adalah batas di bagian timur dan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara sebagai batas sebelah barat dari Kabupaten Raja Ampat (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2015).

Kabupaten yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 ini, terbagi menjadi 24 kecamatan dan 121 desa/kampung Salah satu tujuan Coremap adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan peningkatan pendapatan. Oleh karena itu pada bagian ke lima dari tulisan ini kajian difokuskna pada pendapatan dan pengeluaran penduduk di lokasi kajian. Pendapatan di lokasi penelitian dikaitkan dengan pendapatan di tingkat kabupaten, sehingga dapat dilihat bagaimana kondisi masyarakat di lokasi penelitian dibandingkan dengan masyarakat secara umum di Kabupaten Raja Ampat. Sedangkan paparan terkait pengeluaran dikhususkan pada pengeluaran masyarakat di lokasi penelitian. Pengeluaran dalam kajian ini dikelompokkan pada pengeluaran pangan dan non pangan. Diskusi terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan dan pengelolaan sumber daya laut disajikan pada bagian keenam daritulisan ini. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu faktor internal, eksternal dan struktural. Faktor internal adalah hal-hal yang terkait dengan kondisi masyarakat secara langsung termasuk sumber pendapatan, teknologi alat tangkap atau produksi dan wilayah tangkap,biaya produksi dan kualitas SDM. Sedangkan faktor eksternal adalah hal-hal yang berkaitan dengan harga dan pemasaran, permintaan terhadap hasil tangkap/produksi, musim/iklim dan degradasi sumber daya pesisir dan laut. Faktor struktural terkait pada kebijakan yang terkait dengan program pesisir dan laut, serta program-program pembangunan lain di Kabupaten Raja Ampat yang berdampak pada masyarakat di lokasi penelitian.

Bagian ke tujuh tulisan ini merupakan bagian penutup yang berisikan simpulan dan rekomendasi. Pada bagian ini beberapa temuan penting juga di paparkan secara singkat.

BAB II

PROFIL LOKASI PENELITIAN

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di lokasi COREMAP sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan serta sarana prasarana yang tersedia disekitarnya. Untuk memberikan gambaran mengenai hal tersebut, pada bagian ini menjelaskan profil lokasi penelitian yang mencakup keadaan geografis serta sumber daya alam (sumber daya laut dan sumber daya darat) yang dimiliki. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi, keberadaan kelembagaan sosial-ekonomi, program pemberdayaan masyarakat serta pengelolaan sumber daya laut juga dipaparkan pada bagian ini. Informasi yang digunakan diperoleh dari data sekunder dan berbagai hasil kajian sebelumnya. Hasil wawancara, diskusi kelompok terfokus, dan pengamatan langsung di lokasi kajian juga digunakan untuk memperkaya analisis.

2.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang berbentuk kepulauan (archipelagic regency). Secara geografis, kabupaten ini terletak di bawah garis khatulistiwa antara 045” Lintang Utara hingga 215” Lintang Selatan dan 12915” hingga 13200” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Raja Ampat berbatasan dengan Republik Federal Palau dan Samudera Pasifik di sebelah utara (Gambar 2.1.1). Sementara itu, Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku di sebelah selatan. Kota Sorong dan Kabupaten Sorong adalah batas di bagian timur dan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara sebagai batas sebelah barat dari Kabupaten Raja Ampat (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2015).

Kabupaten yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 ini, terbagi menjadi 24 kecamatan dan 121 desa/kampung Salah satu tujuan Coremap adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan peningkatan pendapatan. Oleh karena itu pada bagian ke lima dari tulisan ini kajian difokuskna pada pendapatan dan pengeluaran penduduk di lokasi kajian. Pendapatan di lokasi penelitian dikaitkan dengan pendapatan di tingkat kabupaten, sehingga dapat dilihat bagaimana kondisi masyarakat di lokasi penelitian dibandingkan dengan masyarakat secara umum di Kabupaten Raja Ampat. Sedangkan paparan terkait pengeluaran dikhususkan pada pengeluaran masyarakat di lokasi penelitian. Pengeluaran dalam kajian ini dikelompokkan pada pengeluaran pangan dan non pangan. Diskusi terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan dan pengelolaan sumber daya laut disajikan pada bagian keenam daritulisan ini. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu faktor internal, eksternal dan struktural. Faktor internal adalah hal-hal yang terkait dengan kondisi masyarakat secara langsung termasuk sumber pendapatan, teknologi alat tangkap atau produksi dan wilayah tangkap,biaya produksi dan kualitas SDM. Sedangkan faktor eksternal adalah hal-hal yang berkaitan dengan harga dan pemasaran, permintaan terhadap hasil tangkap/produksi, musim/iklim dan degradasi sumber daya pesisir dan laut. Faktor struktural terkait pada kebijakan yang terkait dengan program pesisir dan laut, serta program-program pembangunan lain di Kabupaten Raja Ampat yang berdampak pada masyarakat di lokasi penelitian.

Bagian ke tujuh tulisan ini merupakan bagian penutup yang berisikan simpulan dan rekomendasi. Pada bagian ini beberapa temuan penting juga di paparkan secara singkat.

Januari), sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata tercatat 90 persen. Untuk curah hujan, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, curah hujan tahun lalu mencapai 3.349 milimeter (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2014). Variasi perubahan musim kemarau dan musim penghujan di Kabupaten Raja Ampat tidak begitu jelas seperti daerah Papua pada umumnya. Selain itu, iklim di wilayah Raja Ampat juga dipengaruhi oleh bertiupnya angin muson, antara bulan Mei-November bertiup angin pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut. Sementara, arus permukaan di wilayah perairan Raja Ampat tergolong relatif kuat terutama di bagian celah atau selat antara dua pulau. Hal ini disebabkan oleh letak Kabupaten Raja Ampat yang berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Raja Ampat, 2006).

Penelitian COREMAP-CTI (Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative) Kabupaten Raja Ampat dilakukan di kawasan Pulau Batanta dan Pulau Salawati . Desa Yenanas dan Amdui di Kecamatan Batanta Selatan (kawasan Pulau Batanta) serta Desa Wamega dan Kapatlap di Kecamatan Salawati Utara (kawasan Pulau Salawati) dipilih sebagai lokasi kajian mengenai aspek dasar sosial ekonomi terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat.

Desa Yenanas dan Amdui adalah dua desa yang secara administratif menjadi bagian dari Kecamatan Batanta Selatan . Kecamatan ini terletak di Pulau Batanta (terdapat di bagian selatan wilayah Kabupaten Raja Ampat dan berbatasan dengan Selat Sagawin). Yenanas adalah satu dari empat desa di Kecamatan Batanta Selatan dan merupakan ibukota kecamatan. Luas wilayah administratif Yenanas sebesar 94,3 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 417 jiwa (BPS Kecamatan Batanta Selatan, 2014). Letak Kampung Yenanas berbatasan dengan Pulau Ayemi di sebelah timur, di sebelah dengan luas wilayah sebesar 71.605,69 km2. Bila dilihat dari luas

wilayah berdasarkan kecamatan, Distrik Waigeo Barat adalah kecamatan terluas (13,21 persen), sedangkan Distrik Tiplol Mayalibit merupakan wilayah terkecil (0,42 persen) di Kabupaten Raja Ampat. Dari keseluruhan wilayah yang dimiliki, sekitar 91 persen wilayah kabupaten ini merupakan lautan dan sisanya adalah daratan. Kabupaten yang beribukota di Waisai ini, menjadi tempat tinggal bagi 44.568 penduduk (data selengkapnya lihat Bab III) (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2015). Penduduk tersebar di 34 pulau dan sebagian besar menghuni di empat pulau utama, yaitu Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool (UPTD DKP Kabupaten Raja Ampat, 2012).

Gambar 2.1.1 Peta Kabupaten Raja Ampat

Sumber: BPS Kabupaten Raja Ampat, 2014.

Kabupaten Raja Ampat beriklim tropis yang lembab dan panas. Suhu udara terendah di wilayah ini sebesar 23,5 derajat Celcius (bulan Agustus) dan suhu udara tertinggi sekitar 32 derajat Celcius (bulan

Januari), sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata tercatat 90 persen. Untuk curah hujan, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, curah hujan tahun lalu mencapai 3.349 milimeter (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2014). Variasi perubahan musim kemarau dan musim penghujan di Kabupaten Raja Ampat tidak begitu jelas seperti daerah Papua pada umumnya. Selain itu, iklim di wilayah Raja Ampat juga dipengaruhi oleh bertiupnya angin muson, antara bulan Mei-November bertiup angin pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut. Sementara, arus permukaan di wilayah perairan Raja Ampat tergolong relatif kuat terutama di bagian celah atau selat antara dua pulau. Hal ini disebabkan oleh letak Kabupaten Raja Ampat yang berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Raja Ampat, 2006).

Penelitian COREMAP-CTI (Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative) Kabupaten Raja Ampat dilakukan di kawasan Pulau Batanta dan Pulau Salawati . Desa Yenanas dan Amdui di Kecamatan Batanta Selatan (kawasan Pulau Batanta) serta Desa Wamega dan Kapatlap di Kecamatan Salawati Utara (kawasan Pulau Salawati) dipilih sebagai lokasi kajian mengenai aspek dasar sosial ekonomi terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat.

Desa Yenanas dan Amdui adalah dua desa yang secara administratif menjadi bagian dari Kecamatan Batanta Selatan . Kecamatan ini terletak di Pulau Batanta (terdapat di bagian selatan wilayah Kabupaten Raja Ampat dan berbatasan dengan Selat Sagawin). Yenanas adalah satu dari empat desa di Kecamatan Batanta Selatan dan merupakan ibukota kecamatan. Luas wilayah administratif Yenanas sebesar 94,3 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 417 jiwa (BPS Kecamatan Batanta Selatan, 2014). Letak Kampung Yenanas berbatasan dengan Pulau Ayemi di sebelah timur, di sebelah dengan luas wilayah sebesar 71.605,69 km2. Bila dilihat dari luas

wilayah berdasarkan kecamatan, Distrik Waigeo Barat adalah kecamatan terluas (13,21 persen), sedangkan Distrik Tiplol Mayalibit merupakan wilayah terkecil (0,42 persen) di Kabupaten Raja Ampat. Dari keseluruhan wilayah yang dimiliki, sekitar 91 persen wilayah kabupaten ini merupakan lautan dan sisanya adalah daratan. Kabupaten yang beribukota di Waisai ini, menjadi tempat tinggal bagi 44.568 penduduk (data selengkapnya lihat Bab III) (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2015). Penduduk tersebar di 34 pulau dan sebagian besar menghuni di empat pulau utama, yaitu Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool (UPTD DKP Kabupaten Raja Ampat, 2012).

Gambar 2.1.1 Peta Kabupaten Raja Ampat

Sumber: BPS Kabupaten Raja Ampat, 2014.

Kabupaten Raja Ampat beriklim tropis yang lembab dan panas. Suhu udara terendah di wilayah ini sebesar 23,5 derajat Celcius (bulan Agustus) dan suhu udara tertinggi sekitar 32 derajat Celcius (bulan

Makassar. Sementara itu, Kampung Kapatlap terletak di bagian utara Pulau Salawati. Kampung ini terdapat pada ketinggian 2-2,5 meter dari permukaan air dan memiliki panjang pemukiman sekitar 1,5 km serta lebar 0,5 km. Kapatlat berbatasan dengan Kampung Amdui di sebelah utara dan Kampung Samate di sebelah selatan. Kampung Solol adalah batas di sebelah barat Kapatlap, sedangkan Kampung Yefman menjadi batas sebelah timur. Perairan sekitar Kampung Kapatlap merupakan salah satu daerah Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) (DKP Kabupaten Raja Ampat, 2010).

Topografi wilayah Pulau Batanta dan Pulau Salawati merupakan kawasan perbukitan rendah hingga tinggi yang terbentuk dari batuan sedimen dan gunung api. Kemiringan lereng kedua pulau tersebut sekitar 8-30 persen dengan permukaan yang bergelombang. Sementara, tanah berupa pasir kerikil berwarna coklat kekuningan mendominasi susunan tanah Pulau Batanta dan Pulau Salawati (Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Raja Ampat, 2006).

Dokumen terkait