• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III POTRET PENDUDUK

3.2 Kualitas Sumber Daya Manusia

3.2.1 Pendidikan dan Keterampilan

4 5 6 7 8 9 75 80 85 90 95 100 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 T ahun %

Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah

3.2 Kualitas Sumber Daya Manusia

3.2.1 Pendidikan dan Keterampilan

Pendidikan adalah salah satu indikator utama dalam melihat kualitas sumber daya manusia dan berpengaruh terhadap kemajuan suatu wilayah. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan suatu program intervensi. Untuk itu, diperlukan informasi dasar (baseline) mengenai kondisi penduduk Kabupaten Raja Ampat, terutama di lokasi-lokasi penelitian.

Beberapa aspek penting dalam sektor pendidikan adalah keberadaan infrastruktur berupa sekolah dan sumber daya manusia berupa tenaga pendidik. Tabel 3.2.1 menunjukkan jumlah sarana sekolah, guru, murid, rasio murid/guru, rasio guru/sekolah dan murid/sekolah di Kabupaten Raja Ampat. Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi BPS. Dapat dilihat bahwa di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 jumlah Sekolah Dasar (SD) tercatat sebanyak 108 buah, sementara jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 30 buah, jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 15 buah, dan hanya ada dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Tabel 3.2.1 Jumlah Sarana Sekolah, Guru, Murid, Rasio Murid/Guru, Rasio Guru/Sekolah dan Murid/Sekolah, Kabupaten Raja Ampat, 2013

Tingkat

Pendidikan Sekolah Guru Murid

Rasio Murid/ Guru Rasio Guru/ Sekolah Rasio Murid/ Sekolah TK 17 98 571 6 6 34 SD 108 323 10386 32 3 96 SMP 30 211 2328 11 7 78 SMA / MA 15 121 1363 11 8 91 SMK 2 51 269 5 26 135

Jika dilihat dari sisi rasio murid/sekolah, maka cukup memadai. Namun, keberadaan bangunan sekolah tidak merata. Di Kecamatan Batanta Selatan, pada tahun 2013, terdapat masing-masing satu SD, SMP, dan SMA yang terletak di ibu kota kecamatan (Desa Yenanas), tetapi kecamatan ini belum memiliki satupun TK. Kemudian ada juga satu SD di Desa Amdui. Kemudian, di Kecamatan Salawati Utara, pada tahun 2013, terdapat satu SD di Desa Kapatlap, serta satu TK dan satu SD di Desa Wamega.

Gambar 3.2.1 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Raja Ampat (2014)

Luaran pendidikan juga penting untuk dikaji antara lain Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Raja Ampat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2.1. Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi BPS. Untuk Angka Melek Huruf, terjadi peningkatan yang signifikan dari 86 persen pada tahun 2004 menjadi 94.9 persen pada tahun 2013. Namun beda halnya dengan rata-rata lama sekolah penduduk kabupaten tersebut yang tidak mengalami peningkatan yang berarti selama sepuluh tahun terakhir dari tujuh 7 tahun pada tahun

86.00 86.30 89.93 89.93 92.69 92.77 93.62 94.13 94.34 94.86 7.00 6.90 7.00 7.00 7.00 7.26 7.35 7.43 7.53 7.64 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 75 80 85 90 95 100 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 T ahun %

Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah

3.2 Kualitas Sumber Daya Manusia

3.2.1 Pendidikan dan Keterampilan

Pendidikan adalah salah satu indikator utama dalam melihat kualitas sumber daya manusia dan berpengaruh terhadap kemajuan suatu wilayah. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan suatu program intervensi. Untuk itu, diperlukan informasi dasar (baseline) mengenai kondisi penduduk Kabupaten Raja Ampat, terutama di lokasi-lokasi penelitian.

Beberapa aspek penting dalam sektor pendidikan adalah keberadaan infrastruktur berupa sekolah dan sumber daya manusia berupa tenaga pendidik. Tabel 3.2.1 menunjukkan jumlah sarana sekolah, guru, murid, rasio murid/guru, rasio guru/sekolah dan murid/sekolah di Kabupaten Raja Ampat. Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi BPS. Dapat dilihat bahwa di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 jumlah Sekolah Dasar (SD) tercatat sebanyak 108 buah, sementara jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 30 buah, jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 15 buah, dan hanya ada dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Tabel 3.2.1 Jumlah Sarana Sekolah, Guru, Murid, Rasio Murid/Guru, Rasio Guru/Sekolah dan Murid/Sekolah, Kabupaten Raja Ampat, 2013

Tingkat

Pendidikan Sekolah Guru Murid

Rasio Murid/ Guru Rasio Guru/ Sekolah Rasio Murid/ Sekolah TK 17 98 571 6 6 34 SD 108 323 10386 32 3 96 SMP 30 211 2328 11 7 78 SMA / MA 15 121 1363 11 8 91 SMK 2 51 269 5 26 135

penelitian tidak pernah sekolah atau hanya menamatkan jenjang sekolah dasar (36.8 persen). Kemudian di urutan kedua ialah tamatan SD sebesar 31 persen.

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. DesaYenanas itu Ibukota Distrik sehingga memiliki berbagai fasilitas seperti SD, SMP, SMA, dan puskesmas, tidak seperti ketiga desa penelitian lainnya. Proporsi penduduk memiliki tingkat pendidikan D1 ke atas dimana mereka merupakan tenaga pengajar atau tenaga kesehatan yang merupakan pendatang dari daerah lain.

Kemudian, proporsi penduduk dengan pendidikan terakhir SMA di Desa Yenanas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di ketiga desa lainnya. Lengkapnya fasilitas di Desa Yenanas dapat menjelaskan hal ini. Di ketiga desa penelitian lainnya, pada umumnya orang tua akan mengirim anaknya untuk menuntut ilmu di SMP atau SMA di Kota Sorong yang berada di pulau lain. Hal ini akan menyebabkan tidak terdatanya anak-anak tersebut dalam penelitian ini.

Pada tingkat desa, hal yang cukup menonjol adalah proporsi penduduk yang tidak pernah sekolah dan tamatan SD di Desa Kapatlap (50.9 persen) yang secara signifikan lebih besar daripada di ketiga desa lainnya. Kemudian disparitas gender dalam capaian pendidikan tertinggi cukup terlihat pada tingkat lulusan SMP dimana didominasi oleh penduduk laki-laki di keempat desa, terutama desa Wamega. Salah satu alasan dibalik hal ini adalah kebanyakan wanita yang memiliki pendidikan tinggi biasanya bermigrasi ke daerah untuk mencari pekerjaan dikarenakan kurangnya peluang kerja yang sesuai dengan pendidikan mereka di lokasi penelitian.

2004 menjadi 7.6 tahun pada tahun 2013. Hal ini sesuai dengan data status pendidikan penduduk Kabupaten Raja Ampat berusia 10 tahun ke atas dari tahun 2008 sampai dengan 2013 yang ditunjukkan oleh Tabel 3.2.2 yang merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi BPS. Dapat dilihat bahwa persentase penduduk dengan status pendidikan SMA lebih rendah daripada penduduk dengan status pendidikan SMP. Kemudian proporsi penduduk dengan status penduduk yang tidak bersekolah lagi cenderung stagnan di kisaran 70 persen.

Tabel 3.2.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan 2008-2013, Kabupaten Raja Ampat

Tahun Tidak/ Belum Pernah Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak Bersekolah Lagi 2008 1,82 15,24 2,51 3,58 0,36 76,48 2009 8,56 20,74 3,94 6,91 0,14 59,70 2010 5,27 25,90 4,67 2,71 0,90 60,54 2011 4,49 13,72 5,55 3,55 0,45 72,24 2012 2,48 11,90 6,27 3,96 1,75 73,65 2013 1,34 11,44 11,15 5,54 0,44 70,08

Sumber: BPS Kabupaten Raja Ampat (2014)

Pendidikan Terakhir Penduduk Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengumpulkan informasi mengenai capaian pendidikan anggota rumah tangga. Penduduk yang dikumpulkan datanya adalah penduduk yang sedang di tempat. Jadi, anggota rumah tangga yang sedang sekolah atau bekerja di luar pulau secara metode penelitian yang dipakai tidak didata.

Tabel 3.2.3 menunjukkan distribusi penduduk berusia tujuh tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahawa mayoritas penduduk di keempat desa daerah

penelitian tidak pernah sekolah atau hanya menamatkan jenjang sekolah dasar (36.8 persen). Kemudian di urutan kedua ialah tamatan SD sebesar 31 persen.

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. DesaYenanas itu Ibukota Distrik sehingga memiliki berbagai fasilitas seperti SD, SMP, SMA, dan puskesmas, tidak seperti ketiga desa penelitian lainnya. Proporsi penduduk memiliki tingkat pendidikan D1 ke atas dimana mereka merupakan tenaga pengajar atau tenaga kesehatan yang merupakan pendatang dari daerah lain.

Kemudian, proporsi penduduk dengan pendidikan terakhir SMA di Desa Yenanas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di ketiga desa lainnya. Lengkapnya fasilitas di Desa Yenanas dapat menjelaskan hal ini. Di ketiga desa penelitian lainnya, pada umumnya orang tua akan mengirim anaknya untuk menuntut ilmu di SMP atau SMA di Kota Sorong yang berada di pulau lain. Hal ini akan menyebabkan tidak terdatanya anak-anak tersebut dalam penelitian ini.

Pada tingkat desa, hal yang cukup menonjol adalah proporsi penduduk yang tidak pernah sekolah dan tamatan SD di Desa Kapatlap (50.9 persen) yang secara signifikan lebih besar daripada di ketiga desa lainnya. Kemudian disparitas gender dalam capaian pendidikan tertinggi cukup terlihat pada tingkat lulusan SMP dimana didominasi oleh penduduk laki-laki di keempat desa, terutama desa Wamega. Salah satu alasan dibalik hal ini adalah kebanyakan wanita yang memiliki pendidikan tinggi biasanya bermigrasi ke daerah untuk mencari pekerjaan dikarenakan kurangnya peluang kerja yang sesuai dengan pendidikan mereka di lokasi penelitian.

2004 menjadi 7.6 tahun pada tahun 2013. Hal ini sesuai dengan data status pendidikan penduduk Kabupaten Raja Ampat berusia 10 tahun ke atas dari tahun 2008 sampai dengan 2013 yang ditunjukkan oleh Tabel 3.2.2 yang merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi BPS. Dapat dilihat bahwa persentase penduduk dengan status pendidikan SMA lebih rendah daripada penduduk dengan status pendidikan SMP. Kemudian proporsi penduduk dengan status penduduk yang tidak bersekolah lagi cenderung stagnan di kisaran 70 persen.

Tabel 3.2.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan 2008-2013, Kabupaten Raja Ampat

Tahun Tidak/ Belum Pernah Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak Bersekolah Lagi 2008 1,82 15,24 2,51 3,58 0,36 76,48 2009 8,56 20,74 3,94 6,91 0,14 59,70 2010 5,27 25,90 4,67 2,71 0,90 60,54 2011 4,49 13,72 5,55 3,55 0,45 72,24 2012 2,48 11,90 6,27 3,96 1,75 73,65 2013 1,34 11,44 11,15 5,54 0,44 70,08

Sumber: BPS Kabupaten Raja Ampat (2014)

Pendidikan Terakhir Penduduk Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengumpulkan informasi mengenai capaian pendidikan anggota rumah tangga. Penduduk yang dikumpulkan datanya adalah penduduk yang sedang di tempat. Jadi, anggota rumah tangga yang sedang sekolah atau bekerja di luar pulau secara metode penelitian yang dipakai tidak didata.

Tabel 3.2.3 menunjukkan distribusi penduduk berusia tujuh tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahawa mayoritas penduduk di keempat desa daerah

Dokumen terkait