• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN

2.2 Keadaan Sumber Daya Alam

2.2.2 Sumber Daya Darat (SDD)

Meskipun sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat bergantung terhadap sektor perikanan sebagai mata pencahariannya, namun sumber daya darat yang dimiliki kabupaten tersebut juga memiliki kontribusi penting dalam kehidupan penduduk setempat.

Pertanian

Beberapa jenis tanaman pangan yang diusahakan oleh penduduk di Kabupaten Raja Ampat, antara lain padi (sawah dan ladang), jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Selama periode 2012-2014 sebagian besar tanaman pangan di Kabupaten Raja Ampat mengalami penurunan produksi di banding tahun sebelumnya (lihat Gambar 2.2.3). Produksi padi (sawah dan ladang) mengalami penurunan dari 709 ton (2013) menjadi 528 ton (2014). Penurunan luas panen menjadi salah satu penyebab turunnya produksi padi di Kabupaten Raja Ampat. Demikian juga halnya dengan penurunan luas panen ubi kayu dan ubi jalar yang turut mempengaruhi produksi kedua jenis tanaman pangan tersebut. Sementara, penurunan luas panen (dari 283 hektar menjadi 233 hektar) tanaman jagung tidak mempengaruhi produksi tanaman Raja Ampat, 2012). Dengan tingkat keragaman hayati yang tinggi,

Kabupaten Raja Ampat dijuluki sebagai jantung segitiga karang dunia. Sumber daya ikan yang melimpah menjadi motor penggerak utama bagi perekonomian Kabupaten Raja Ampat. Komoditas unggulan perikanan tangkap di kabupaten ini, antara lain ikan tuna, cakalang, tenggiri, kerapu, napoleon, kakap merah, teripang, udang, dan lobster. Daerah konservasi Selat Dampier (meliputi Pulau Batanta dan Salawati), menjadi pusat dari beberapa jenis ikan yang paling intensif dibanding daerah lainnya di Kabupaten Raja Ampat. Kawasan konservasi ini merupakan penghasil tenggiri dan kerapu.

Kawasan perairan di sekitar Pulau Batanta adalah habitat ikan kerapu dan napoleon. Sementara, teripang dan ikan tenggiri dapat ditangkap dengan mudah di seluruh perairan Kabupaten Raja Ampat, termasuk di perairan Pulau Salawati (http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basis- Data-kawasan-konservasi/details/1/128). Data publikasi terbaru mengenai pemanfaatan sumber daya ikan di Kabupaten Raja Ampat sulit diperoleh. Sementara, data produksi perikanan di Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada Tabel 2.2.1. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat tahun 2005 menyebutkan bahwa pemanfataan sumber daya ikan baru mencapai 38.000 ton per tahun dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (472.000 ton/tahun) (Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Raja Ampat, 2006). Sementara itu, volume produksi hasil perikanan budidaya pada tahun 2014 mencapai 4.352,48 ton. Angka ini menurun tajam bila dibandingkan dengan volume produksi tahun sebelumnya (2013) yang mencapai 2.225.352,8 ton (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2015).

Tabel 2.2.1 Data Hasil Produksi Perikanan Kabupaten Raja Ampat 2010-2013

Jenis Ikan Tahun (dalam kilogram)

2010 2011 2012 Jan-Nov 2013 Ikan Kerapu 33.800 44.900 40.500 45.100 Ikan Napoleon 1.140 1.590 1.645 1.860 Lobster 1.045 2.193 330 200 Ikan Teri 63.520 99.669 50.487 17.055 Ikan Campuran 18.000 57.560 90.827 215.407 Ikan Tuna 6.950 25.511 39.347 Ikan Tenggiri - 17.298 9.160 14.960 Ikan Lema - 1.000 122.300 121.000

Ikan Dasar (Ikan

Merah) - 600 - -

Cumi Kering - - - 120

Teripang 140 900 -

Jumlah 124.595 225.710 340.760 455.049

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Raja Ampat, 2014.

2.2.2 Sumber Daya Darat (SDD)

Meskipun sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat bergantung terhadap sektor perikanan sebagai mata pencahariannya, namun sumber daya darat yang dimiliki kabupaten tersebut juga memiliki kontribusi penting dalam kehidupan penduduk setempat.

Pertanian

Beberapa jenis tanaman pangan yang diusahakan oleh penduduk di Kabupaten Raja Ampat, antara lain padi (sawah dan ladang), jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Selama periode 2012-2014 sebagian besar tanaman pangan di Kabupaten Raja Ampat mengalami penurunan produksi di banding tahun sebelumnya (lihat Gambar 2.2.3). Produksi padi (sawah dan ladang) mengalami penurunan dari 709 ton (2013) menjadi 528 ton (2014). Penurunan luas panen menjadi salah satu penyebab turunnya produksi padi di Kabupaten Raja Ampat. Demikian juga halnya dengan penurunan luas panen ubi kayu dan ubi jalar yang turut mempengaruhi produksi kedua jenis tanaman pangan tersebut. Sementara, penurunan luas panen (dari 283 hektar menjadi 233 hektar) tanaman jagung tidak mempengaruhi produksi tanaman Raja Ampat, 2012). Dengan tingkat keragaman hayati yang tinggi,

Kabupaten Raja Ampat dijuluki sebagai jantung segitiga karang dunia. Sumber daya ikan yang melimpah menjadi motor penggerak utama bagi perekonomian Kabupaten Raja Ampat. Komoditas unggulan perikanan tangkap di kabupaten ini, antara lain ikan tuna, cakalang, tenggiri, kerapu, napoleon, kakap merah, teripang, udang, dan lobster. Daerah konservasi Selat Dampier (meliputi Pulau Batanta dan Salawati), menjadi pusat dari beberapa jenis ikan yang paling intensif dibanding daerah lainnya di Kabupaten Raja Ampat. Kawasan konservasi ini merupakan penghasil tenggiri dan kerapu.

Kawasan perairan di sekitar Pulau Batanta adalah habitat ikan kerapu dan napoleon. Sementara, teripang dan ikan tenggiri dapat ditangkap dengan mudah di seluruh perairan Kabupaten Raja Ampat, termasuk di perairan Pulau Salawati (http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basis- Data-kawasan-konservasi/details/1/128). Data publikasi terbaru mengenai pemanfaatan sumber daya ikan di Kabupaten Raja Ampat sulit diperoleh. Sementara, data produksi perikanan di Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada Tabel 2.2.1. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat tahun 2005 menyebutkan bahwa pemanfataan sumber daya ikan baru mencapai 38.000 ton per tahun dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (472.000 ton/tahun) (Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Raja Ampat, 2006). Sementara itu, volume produksi hasil perikanan budidaya pada tahun 2014 mencapai 4.352,48 ton. Angka ini menurun tajam bila dibandingkan dengan volume produksi tahun sebelumnya (2013) yang mencapai 2.225.352,8 ton (BPS Kabupaten Raja Ampat, 2015).

kajian, dimana ubi kayu sangat mudah ditemukan di hampir setiap lahan perkebunan penduduk setempat. Jenis tanaman pangan ini tidak hanya dijual untuk menambah pendapatan rumah tangga, tetapi juga sebagai makanan pokok pengganti nasi. Sama halnya seperti jenis sayuran dan buah yang banyak ditanam oleh penduduk di Kabupaten Raja Ampat pada umumnya, kangkung, tomat, sawi serta pisang sangat mudah ditemukan di Yenanas, Amdui, Wamega, maupun Kapatlap. Sayur-sayuran tersebut biasa dijual dengan harga Rp5.000,00 per ikat atau per tumpuk untuk tomat, sedangkan pisang di jual seharga Rp10.000,00 - Rp20.000,00 tiap sisir.

Perkebunan

Kelapa menjadi komoditi tanaman perkebunan di Kabupaten Raja Ampat. Pada tahun 2014, luas area dari kelapa mencapai 10.947 hektar dengan hasil produksi mencapai 9.147 ton. Tanaman kakao atau coklat juga memiliki produksi tertinggi kedua setelah kelapa. Nilai produksinya mencapai 733 ton dengan luas area 1.107 hektar. Tanaman perkebunan lain yang diusahakan oleh penduduk di Raja Ampat, antara lain sagu, jambu mete, kopi, pinang, serta pala.

Pada saat pengumpulan data di Desa Kapatlap, seorang warga menyebutkan bahwa kelapa di jual dalam bentuk buah seharga Rp1.000,00-Rp1.500,00 per buah. Dari tiap pohon paling tidak dapat diperoleh 100-150 buah kelapa, dengan masa panen 3-4 kali per tahun. Kelapa disukai oleh penduduk sebagai tanaman perkebunan karena tidak membutuhkan perawatan khusus. Untuk mendapatkan keutungan yang lebih besar, penduduk di Kapatlap dan Yenanas biasanya mengolah kelapa menjadi kopra. Pengolahan kelapa menjadi kopra biasanya dilakukan di rumah dengan pembagian tugas antara suami dan isteri. Laki-laki biasanya tidak hanya bertugas memetik kelapa tetapi juga membuat api untuk mengasapi daging kelapa, sementara perempuan bertugas mengeringkan daging kelapa hingga menjadi kopra. Sementara itu, penjualan kopra menjadi tugas laki-pangan tersebut. Pada tahun 2014 produksi tanaman jagung meningkat

hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dari 484 ton menjadi 948 ton.

Gambar 2.2.3 Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Raja Ampat Periode 2012-2014

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka, 2014.

Berbagai jenis sayuran juga tumbuh dengan baik di kabupaten ini, antara lain kangkung, sawi, terung, kacang panjang, tomat, ketimun, dan lain-lain. Dari berbagai sayuran diatas, tomat memiliki nilai produksi paling tinggi, sedangkan ketimun paling sedikit produksinya. Sementara itu, buah pisang adalah salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak ditanam oleh sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat.

Di dua kecamatan, Batanta Selatan dan Salawati Utara, sektor pertanian juga menjadi sektor utama selain perikanan. Tanaman pangan dan holtikultura yang banyak ditanam oleh penduduk adalah jagung, ubi kayu, keladi, dan ubi jalar. Demikian juga halnya di desa

497 472 1.113 1.102 709 484 2.542 4.473 529 948 940.5 1.156 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar 2012 2013 2014

kajian, dimana ubi kayu sangat mudah ditemukan di hampir setiap lahan perkebunan penduduk setempat. Jenis tanaman pangan ini tidak hanya dijual untuk menambah pendapatan rumah tangga, tetapi juga sebagai makanan pokok pengganti nasi. Sama halnya seperti jenis sayuran dan buah yang banyak ditanam oleh penduduk di Kabupaten Raja Ampat pada umumnya, kangkung, tomat, sawi serta pisang sangat mudah ditemukan di Yenanas, Amdui, Wamega, maupun Kapatlap. Sayur-sayuran tersebut biasa dijual dengan harga Rp5.000,00 per ikat atau per tumpuk untuk tomat, sedangkan pisang di jual seharga Rp10.000,00 - Rp20.000,00 tiap sisir.

Perkebunan

Kelapa menjadi komoditi tanaman perkebunan di Kabupaten Raja Ampat. Pada tahun 2014, luas area dari kelapa mencapai 10.947 hektar dengan hasil produksi mencapai 9.147 ton. Tanaman kakao atau coklat juga memiliki produksi tertinggi kedua setelah kelapa. Nilai produksinya mencapai 733 ton dengan luas area 1.107 hektar. Tanaman perkebunan lain yang diusahakan oleh penduduk di Raja Ampat, antara lain sagu, jambu mete, kopi, pinang, serta pala.

Pada saat pengumpulan data di Desa Kapatlap, seorang warga menyebutkan bahwa kelapa di jual dalam bentuk buah seharga Rp1.000,00-Rp1.500,00 per buah. Dari tiap pohon paling tidak dapat diperoleh 100-150 buah kelapa, dengan masa panen 3-4 kali per tahun. Kelapa disukai oleh penduduk sebagai tanaman perkebunan karena tidak membutuhkan perawatan khusus. Untuk mendapatkan keutungan yang lebih besar, penduduk di Kapatlap dan Yenanas biasanya mengolah kelapa menjadi kopra. Pengolahan kelapa menjadi kopra biasanya dilakukan di rumah dengan pembagian tugas antara suami dan isteri. Laki-laki biasanya tidak hanya bertugas memetik kelapa tetapi juga membuat api untuk mengasapi daging kelapa, sementara perempuan bertugas mengeringkan daging kelapa hingga menjadi kopra. Sementara itu, penjualan kopra menjadi tugas laki-pangan tersebut. Pada tahun 2014 produksi tanaman jagung meningkat

hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dari 484 ton menjadi 948 ton.

Gambar 2.2.3 Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Raja Ampat Periode 2012-2014

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka, 2014.

Berbagai jenis sayuran juga tumbuh dengan baik di kabupaten ini, antara lain kangkung, sawi, terung, kacang panjang, tomat, ketimun, dan lain-lain. Dari berbagai sayuran diatas, tomat memiliki nilai produksi paling tinggi, sedangkan ketimun paling sedikit produksinya. Sementara itu, buah pisang adalah salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak ditanam oleh sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat.

Di dua kecamatan, Batanta Selatan dan Salawati Utara, sektor pertanian juga menjadi sektor utama selain perikanan. Tanaman pangan dan holtikultura yang banyak ditanam oleh penduduk adalah jagung, ubi kayu, keladi, dan ubi jalar. Demikian juga halnya di desa

497 472 1.113 1.102 709 484 2.542 4.473 529 948 940.5 1.156 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar 2012 2013 2014

membeli tentunya menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Satu bungkus kapur dijual seharga Rp3.000,00 per bungkus. Berdasarkan pengakuan dari pembuat kapur di Desa Yenanas, sekali produksi biasanya menghasilkan kapur sebanyak 50-100 bungkus.

Hutan perbukitan yang terdapat di Pulau Batanta dan Pulau Salawati dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai sumber mata pencaharian mereka. Di dalam kawasan hutan tersebut ditemukan beberapa pohon yang memiliki nilai jual tinggi, seperti pohon kayu besi (Intsia), pohon jati, dan pohon cendana. Hampir di setiap desa penelitian ditemukan penduduk yang menebang pohon di dalam hutan dan kemudian mengolahnya menjadi kayu untuk di jual ke penduduk sekitar atau dikirim ke daerah lain. Sementara itu, hutan sagu juga banyak tersebar di lokasi penelitian. Sagu memiliki nilai subsiten sebagai sumber pati bahan makanan yang diperoleh dari batangnya. Sumber karbohidrat ini merupakan makanan pokok bagi masyarakat Papua yang tinggal di daerah pesisir.

Dokumen terkait