• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Masyarakat Tentang Fungsi dan Manfaat

BAB IV PENGETAHUAN DAN KEPEDULIAN

4.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Keberadaan dan

4.1.2 Pengetahuan Masyarakat Tentang Fungsi dan Manfaat

Mangrove

Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang ekosistem pesisir dan laut tidak hanya dilihat dari kemampuan mereka dalam menyebutkan

Gambar 4.1.1 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Pengertian Terumbu Karang, Padang Lamun, dan Mangrove di

Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang mencolok antara responden di semua lokasi penelitian (Desa Wamega, Kapatlap, Yenanas dan Amdui). Distribusi persentase pengetahuan responden mengenai terumbu karang di lokasi penelitian lihat Lampiran 1. Padang lamun biasa dikenal dengan sebutan lamun atau andoi oleh penduduk di Kabupaten Raja Ampat. Ekosistem ini terletak di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang (Widiastuti, A., 2011). Responden dikatakan ”mengetahui” apabila mereka hanya memilih jawaban lamun adalah tumbuhan di laut yang mempunyai akar, batang, dan daun. Sementara, responden dikatakan ”tidak mengetahui” apabila mereka mengatakan lamun bukan tumbuhan

laut yang mempunyai akar, batang, dan daun, tetapi mengatakan benar pada dua pilihan definisi yang salah, yaitu lamun sebagai tumbuhan yang punya akar dan tumbuhan yang hidup di pantai. Responden yang masuk dalam kategori ”kurang mengetahui” ketika mereka

2,5 0,5 0,5 75,5 88,5 82,5 22,0 11,0 17,0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Terumbu Karang Padang Lamun Mangrove

Tidak Mengetahui Kurang Mengetahui Mengetahui

mengetahui definisi yang benar, tetapi mereka tidak tahu mana definisi yang salah.

Tidak jauh berbeda dengan pemahaman responden terkait terumbu karang, hampir semua (88,5 persen) responden kurang dapat menyebutkan dengan benar definisi padang lamun (Gambar 4.1.1). Kajian sebelumnya mengatakan bahwa hingga penghujung tahun 2000, sumber daya lamun nyaris terabaikan dari upaya pengelolaan wilayah pesisir (Widiastuti, A., 2011). Hal ini mungkin salah satu penyebab lebih rendahnya pemahaman masyarakat mengenai ekosistem padang lamun dibandingkan dengan ekosistem terumbu karang. Distribusi persentase pengetahuan responden mengenai padang lamun di lokasi kajian disajikan dalam Lampiran 2.

Gambar 4.1 juga menggambarkan pengetahuan responden mengenai mangrove di Kabupaten Raja Ampat. Pengetahuan penduduk mengenai mangi-mangi (mangrove) juga sangat terbatas. Dari total 200 responden hanya 0,5 persen yang ”mengetahui” bahwa mangrove adalah kawasan hutan payau yang dipengaruhi oleh air tawar dan air laut. Sementara, sebanyak 17 persen responden ”tidak mengetahui”

mangrove. Mereka mengatakan mangrove bukan kawasan hutan payau yang dipengaruhi air tawar dan air laut, tetapi memilih dua jawaban yang salah, yaitu kawasan hutan payau yang dipengaruhi oleh air laut saja dan kawasan hutan pinus. Sebanyak 82,5 persen responden ”kurang mengetahui” mengenai mangrove. Artinya,

mereka mengetahui definisi yang benar, namun tidak tahu mana definisi yang salah. Distribusi persentase pengetahuan responden mengenai mangi-mangi di lokasi kajian disajikan pada Lampiran 3.

4.1.2 Pengetahuan Masyarakat Tentang Fungsi dan

Manfaat Terumbu Karang, Padang Lamun, dan

Mangrove

Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang ekosistem pesisir dan laut tidak hanya dilihat dari kemampuan mereka dalam menyebutkan

Gambar 4.1.1 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Pengertian Terumbu Karang, Padang Lamun, dan Mangrove di

Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang mencolok antara responden di semua lokasi penelitian (Desa Wamega, Kapatlap, Yenanas dan Amdui). Distribusi persentase pengetahuan responden mengenai terumbu karang di lokasi penelitian lihat Lampiran 1. Padang lamun biasa dikenal dengan sebutan lamun atau andoi oleh penduduk di Kabupaten Raja Ampat. Ekosistem ini terletak di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang (Widiastuti, A., 2011). Responden dikatakan ”mengetahui” apabila mereka hanya memilih jawaban lamun adalah tumbuhan di laut yang mempunyai akar, batang, dan daun. Sementara, responden dikatakan ”tidak mengetahui” apabila mereka mengatakan lamun bukan tumbuhan

laut yang mempunyai akar, batang, dan daun, tetapi mengatakan benar pada dua pilihan definisi yang salah, yaitu lamun sebagai tumbuhan yang punya akar dan tumbuhan yang hidup di pantai. Responden yang masuk dalam kategori ”kurang mengetahui” ketika mereka

2,5 0,5 0,5 75,5 88,5 82,5 22,0 11,0 17,0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Terumbu Karang Padang Lamun Mangrove

Tidak Mengetahui Kurang Mengetahui Mengetahui

terumbu karang. Meskipun, saat ini program COREMAP sudah berhenti, namun pengetahuan yang mereka dapat dari sosialisasi masih membekas hingga saat ini.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa hampir semua (94 persen) responden mengatakan bahwa ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat ikan atau biota hidup, bertelur, memijah, dan mencari makan. Sementara, responden yang menyebutkan bahwa terumbu karang berfungsi untuk melindungi keanekaragaman ikan atau biota laut (keanekaragaman hayati) sebanyak 89 persen. Sementara, untuk pilihan jawaban lainnya memiliki kecenderungan yang hampir sama. Sebanyak 67 persen dari 200 responden mengatakan bahwa terumbu karang berfungsi untuk melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami. Bila dilihat persentasenya, penduduk di Desa Wamega yang setuju dengan fungsi tersebut proporsinya lebih rendah (52,5 persen) dibandingkan dengan tiga desa lainnya (lihat Tabel 4.1.1).

Tabel 4.1.1 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Terumbu Karang di Lokasi Penelitian, Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015

Fungsi Terumbu Karang Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total Tempat ikan/biota hidup,

bertelur, memijah dan mencari makan 94 94,7 97,5 90,6 94 Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut (keanekaragaman hayati) 90 86 87,5 92,5 89

Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan)

88 73,7 72,5 83 79,5

Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon

86 78,9 65 83 79

Melindungi daerah pesisir

dari bencana banjir 68 70,2 57,5 57,7 63,8 Melindungi daerah pesisir 76 78,9 60 77,4 74 definisi yang tepat, tetapi juga pemahaman mereka mengenai fungsi

terumbu karang, padang lamun, dan mangrove. Pemahaman yang baik mengenai fungsi terumbu karang, padang lamun, dan mangrove diperlukan untuk mengoptimalkan berbagai manfaat dan keuntungan yang dimiliki ekosistem tersebut.

Gambar 4.1.2 Persentase Responden yang Mengetahui Fungsi Terumbu Karang di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Gambar 4.1.2 menunjukkan pengetahuan masyarakat tentang fungsi terumbu karang cukup baik. Lebih dari 60 persen responden mengatakan setuju untuk semua pilihan jawaban yang disediakan. Demikian juga halnya, apabila melihat proporsi pengetahuan masyarakat mengenai fungsi terumbu karang di setiap lokasi penelitian yang merata. Empat desa yang menjadi lokasi penelitian di Kabupaten Raja Ampat terlibat dalam kegiatan COREMAP Tahap II yang didanai dari Bank Dunia (World Bank). Tidak mengherankan apabila penduduk setempat sudah cukup familiar dengan fungsi dari

94 89 79,5 79 63,8 74 67 0 20 40 60 80 100

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut

(keanekaragaman hayati) Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan) Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon Melindungi daerah pesisir dari bencana banjir Melindungi daerah pesisir dari erosi/abrasi Melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami

terumbu karang. Meskipun, saat ini program COREMAP sudah berhenti, namun pengetahuan yang mereka dapat dari sosialisasi masih membekas hingga saat ini.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa hampir semua (94 persen) responden mengatakan bahwa ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat ikan atau biota hidup, bertelur, memijah, dan mencari makan. Sementara, responden yang menyebutkan bahwa terumbu karang berfungsi untuk melindungi keanekaragaman ikan atau biota laut (keanekaragaman hayati) sebanyak 89 persen. Sementara, untuk pilihan jawaban lainnya memiliki kecenderungan yang hampir sama. Sebanyak 67 persen dari 200 responden mengatakan bahwa terumbu karang berfungsi untuk melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami. Bila dilihat persentasenya, penduduk di Desa Wamega yang setuju dengan fungsi tersebut proporsinya lebih rendah (52,5 persen) dibandingkan dengan tiga desa lainnya (lihat Tabel 4.1.1).

Tabel 4.1.1 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Terumbu Karang di Lokasi Penelitian, Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015

Fungsi Terumbu Karang Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total Tempat ikan/biota hidup,

bertelur, memijah dan mencari makan 94 94,7 97,5 90,6 94 Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut (keanekaragaman hayati) 90 86 87,5 92,5 89

Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan)

88 73,7 72,5 83 79,5

Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon

86 78,9 65 83 79

Melindungi daerah pesisir

dari bencana banjir 68 70,2 57,5 57,7 63,8 Melindungi daerah pesisir 76 78,9 60 77,4 74 definisi yang tepat, tetapi juga pemahaman mereka mengenai fungsi

terumbu karang, padang lamun, dan mangrove. Pemahaman yang baik mengenai fungsi terumbu karang, padang lamun, dan mangrove diperlukan untuk mengoptimalkan berbagai manfaat dan keuntungan yang dimiliki ekosistem tersebut.

Gambar 4.1.2 Persentase Responden yang Mengetahui Fungsi Terumbu Karang di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Gambar 4.1.2 menunjukkan pengetahuan masyarakat tentang fungsi terumbu karang cukup baik. Lebih dari 60 persen responden mengatakan setuju untuk semua pilihan jawaban yang disediakan. Demikian juga halnya, apabila melihat proporsi pengetahuan masyarakat mengenai fungsi terumbu karang di setiap lokasi penelitian yang merata. Empat desa yang menjadi lokasi penelitian di Kabupaten Raja Ampat terlibat dalam kegiatan COREMAP Tahap II yang didanai dari Bank Dunia (World Bank). Tidak mengherankan apabila penduduk setempat sudah cukup familiar dengan fungsi dari

94 89 79,5 79 63,8 74 67 0 20 40 60 80 100

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut

(keanekaragaman hayati) Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan) Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon Melindungi daerah pesisir dari bencana banjir Melindungi daerah pesisir dari erosi/abrasi Melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami

Gambar 4.1.3 Persentase Responden yang Mengetahui Fungsi Padang Lamun di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Gambar 4.1.3 menunjukkan sebanyak 77,5 persen responden memahami fungsi padang lamun sebagai spawning, nursery, dan feeding ground. Selain itu, sebanyak 75,5 persen responden mengatakan fungsi padang lamun untuk melindungi keanekaragaman ikan atau biota laut (keanekaragaman hayati). Namun, kurang dari separuh responden yang menyatakan bahwa ekosistem lamun dapat melindungi daerah pesisir dari bencana banjir (46,2 persen) dan ancaman tsunami (49,5 persen). Responden dengan pengetahuan terbatas mengenai fungsi padang lamun umumnya terdapat di Desa Wamega dan Desa Kapatlap, Kecamatan Salawati Utara (lihat Tabel 4.1.2).

Tabel 4.1.2 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Padang Lamun di Lokasi Penelitian, Kabupaten Raja Ampat, 2015

77,5 75,5 60 58 46,2 57 49,5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut (keanekaragaman hayati) Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan) Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon Melindungi daerah pesisir dari bencana banjir Melindungi daerah pesisir dari erosi/abrasi Melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami

Fungsi Terumbu Karang Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total dari erosi/abrasi

Melindungi daerah pesisir

dari ancaman tsunami 74 66,7 52,5 71,7 67

N 50 57 40 53 200

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, masyarakat di lokasi penelitian masih memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai definisi yang tepat dari padang lamun. Hal ini turut memengaruhi pemahaman mereka mengenai fungsi dari ekosistem padang lamun. Beberapa kajian menyebutkan bahwa ekosistem lamun memiliki fungsi yang hampir sama dengan keberadaan rumput di darat. Ekosistem ini sangat berperan penting dalam proses fotosistesis dan produksi karbon. Padang lamun tidak hanya menjadi habitat dari berbagai biota laut, tetapi juga berperan dalam menjaga kesehatan ekosistem terumbu karang. Keberadaan padang lamun berfungsi untuk menyaring sedimen, seperti pasir, lumpur, ataupun sampah, dari daratan yang bergerak ke laut.

Gambar 4.1.3 Persentase Responden yang Mengetahui Fungsi Padang Lamun di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Gambar 4.1.3 menunjukkan sebanyak 77,5 persen responden memahami fungsi padang lamun sebagai spawning, nursery, dan feeding ground. Selain itu, sebanyak 75,5 persen responden mengatakan fungsi padang lamun untuk melindungi keanekaragaman ikan atau biota laut (keanekaragaman hayati). Namun, kurang dari separuh responden yang menyatakan bahwa ekosistem lamun dapat melindungi daerah pesisir dari bencana banjir (46,2 persen) dan ancaman tsunami (49,5 persen). Responden dengan pengetahuan terbatas mengenai fungsi padang lamun umumnya terdapat di Desa Wamega dan Desa Kapatlap, Kecamatan Salawati Utara (lihat Tabel 4.1.2).

Tabel 4.1.2 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Padang Lamun di Lokasi Penelitian, Kabupaten Raja Ampat, 2015

77,5 75,5 60 58 46,2 57 49,5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut (keanekaragaman hayati) Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan) Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon Melindungi daerah pesisir dari bencana banjir Melindungi daerah pesisir dari erosi/abrasi Melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami

Fungsi Terumbu Karang Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total dari erosi/abrasi

Melindungi daerah pesisir

dari ancaman tsunami 74 66,7 52,5 71,7 67

N 50 57 40 53 200

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, masyarakat di lokasi penelitian masih memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai definisi yang tepat dari padang lamun. Hal ini turut memengaruhi pemahaman mereka mengenai fungsi dari ekosistem padang lamun. Beberapa kajian menyebutkan bahwa ekosistem lamun memiliki fungsi yang hampir sama dengan keberadaan rumput di darat. Ekosistem ini sangat berperan penting dalam proses fotosistesis dan produksi karbon. Padang lamun tidak hanya menjadi habitat dari berbagai biota laut, tetapi juga berperan dalam menjaga kesehatan ekosistem terumbu karang. Keberadaan padang lamun berfungsi untuk menyaring sedimen, seperti pasir, lumpur, ataupun sampah, dari daratan yang bergerak ke laut.

Gambar 4.1.4 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Mangrove di Kabupaten Raja Ampat, 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Gambar 4.1.4 menunjukkan sebanyak 77 persen diantaranya menyebutkan fungsi mangrove sebagai pelindung daerah pesisir dari ombak, angin, badai, dan topan atau siklon. Responden yang memiliki pengetahuan tersebut, terdapat di Desa Yenanas (82 persen) dan Desa Wamega (80 persen) seperti yang diuraikan pada Tabel 4.3. Lebih dari separuh (65,8 persen) responden juga mengatakan bahwa ekosistem mangrove berfungsi sebagai pelindung daerah pesisir dari erosi atau abrasi. Responden di Desa Yenanas (74 persen) telah mengetahui fungsi tersebut, sementara hanya 59,6 persen responden di Desa Amdui yang memberikan jawaban sama (Tabel 4.1.3).

Tabel 4.1.3 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Mangrove di Lokasi Penelitian, Kabupaten Raja Ampat, 2015

74 76 70 77 65.8 75.4 69.5 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut

(keanekaragaman hayati) Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan) Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon Melindungi daerah pesisir dari bencana banjir Melindungi daerah pesisir dari erosi/abrasi Melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami

Fungsi Mangrove Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total Fungsi Padang Lamun Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan 78 77,2 72,5 81,1 77,5 Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut (keanekaragaman hayati) 78 73,7 75 75,5 75,5

Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan)

66 56,1 62,5 56,6 60

Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon

56 64,9 60 50,9 58

Melindungi daerah pesisir

dari bencana banjir 46 47,4 47,5 44,2 46,2

Melindungi daerah pesisir

dari erosi/abrasi 56 64,9 52,5 52,8 57

Melindungi daerah pesisir

dari ancaman tsunami 56 52,6 40 47,2 49,5

N 50 57 40 53 200

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Berbeda dengan ekosistem padang lamun yang dibahas sebelumnya, pengetahuan responden di Kabupaten Raja Ampat mengenai fungsi ekosistem mangrove sedikit lebih baik. Sekitar 70 persen dari 200 responden yang diwawancarai memahami fungsi ekosistem mangrove secara keseluruhan.

Gambar 4.1.4 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Mangrove di Kabupaten Raja Ampat, 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Gambar 4.1.4 menunjukkan sebanyak 77 persen diantaranya menyebutkan fungsi mangrove sebagai pelindung daerah pesisir dari ombak, angin, badai, dan topan atau siklon. Responden yang memiliki pengetahuan tersebut, terdapat di Desa Yenanas (82 persen) dan Desa Wamega (80 persen) seperti yang diuraikan pada Tabel 4.3. Lebih dari separuh (65,8 persen) responden juga mengatakan bahwa ekosistem mangrove berfungsi sebagai pelindung daerah pesisir dari erosi atau abrasi. Responden di Desa Yenanas (74 persen) telah mengetahui fungsi tersebut, sementara hanya 59,6 persen responden di Desa Amdui yang memberikan jawaban sama (Tabel 4.1.3).

Tabel 4.1.3 Persentase Responden Yang Mengetahui Fungsi Mangrove di Lokasi Penelitian, Kabupaten Raja Ampat, 2015

74 76 70 77 65.8 75.4 69.5 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut

(keanekaragaman hayati) Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan) Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon Melindungi daerah pesisir dari bencana banjir Melindungi daerah pesisir dari erosi/abrasi Melindungi daerah pesisir dari ancaman tsunami

Fungsi Mangrove Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total Fungsi Padang Lamun Yenanas Amdui Wamega Kapatlap Total

Tempat ikan/biota hidup, bertelur, memijah dan mencari makan 78 77,2 72,5 81,1 77,5 Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut (keanekaragaman hayati) 78 73,7 75 75,5 75,5

Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan)

66 56,1 62,5 56,6 60

Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon

56 64,9 60 50,9 58

Melindungi daerah pesisir

dari bencana banjir 46 47,4 47,5 44,2 46,2

Melindungi daerah pesisir

dari erosi/abrasi 56 64,9 52,5 52,8 57

Melindungi daerah pesisir

dari ancaman tsunami 56 52,6 40 47,2 49,5

N 50 57 40 53 200

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Berbeda dengan ekosistem padang lamun yang dibahas sebelumnya, pengetahuan responden di Kabupaten Raja Ampat mengenai fungsi ekosistem mangrove sedikit lebih baik. Sekitar 70 persen dari 200 responden yang diwawancarai memahami fungsi ekosistem mangrove secara keseluruhan.

untuk keperluan sendiri (obat, pondasi rumah, kayu bakar, hiasan, dan lain-lain), serta sumber pendapatan. Dari ketiga pilihan tersebut ternyata pengetahuan sebagian besar (70 persen) masyarakat di Kabupaten Raja Ampat mengenai manfaat ekonomi dari terumbu karang adalah sebagai sumber pendapatan.

Gambar 4.1.5 Persentase Responden Yang Mengetahui Manfaat Terumbu Karang di Kabupaten Raja Ampat, 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Bila dilihat berdasarkan lokasi penelitian seperti disajikan dalam Tabel 4.1.4, pengetahuan responden di Desa Yenanas mengenai manfaat sosial dari terumbu karang paling baik bila dibandingkan dengan responden di desa lainnya. Pengetahuan yang baik mengenai manfaat sosial terumbu karang, khususnya untuk tempat wisata, di antara masyarakat Desa Yenanas sesuai dengan hasil wawancara dengan penduduk setempat yang menyebutkan bahwa perairan di sekitar Kecamatan Batanta Selatan memang dikenal sebagai daerah penyelaman karena terumbu karang yang indah dan memiliki kekhasan tersendiri. Selain itu, wilayah perairan ini juga menjadi

78 70 68 43 85,5 91 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sumber protein (dikonsumsi) dari ikan/biota di ekosistem tersebut Sumber pendapatan Sumber bahan baku untuk keperluan sendiri (misal: obat, pondasi rumah, kayubakar, hiasan, dll) Sumber bahan baku untuk keperluan industri/pertambangan Tempat wisata Tempat penelitian/pendidikan

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Pertanyaan selanjutnya dalam survei individu bertujuan untuk melihat pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dari ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan mangrove. Pilihan jawaban menggambarkan manfaat yang dimiliki dari ketiga ekosistem tersebut, yang dikelompokkan menjadi manfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Hasil survei pada Gambar 4.1.5 menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian mengetahui manfaat sosial dari terumbu karang, yaitu sebagai tempat penelitian atau pendidikan (91 persen) serta sebagai tempat wisata (85,5 persen). Sementara, pengetahuan masyarakat dilihat dari manfaat ekologi yang dimiliki terumbu karang sebagai sumber protein (dikonsumsi) dari ikan atau biota di ekosistem tersebut, yaitu sebesar 78 persen. Dalam pertanyaan yang diajukan, tiga jawaban menjelaskan manfaat terumbu karang secara ekonomi. Pilihan tersebut, yaitu sumber bahan baku untuk keperluan industri atau pertambangan, sumber bahan baku Tempat ikan/biota hidup,

bertelur, memijah dan mencari makan 76 77,2 62,5 77,4 74 Melindungi keanekaragaman ikan/biota laut (keanekaragaman hayati) 78 75,4 70 79,2 76

Melindungi daerah pesisir dari intrusi air laut (merembesnya/masuknya air laut ke daratan)

76 63,2 67,5 73,6 70

Melindungi daerah pesisir dari ombak, angin, badai dan topan/siklon

82 75,4 80 71,7 77

Melindungi daerah pesisir

dari bencana banjir 74 59,6 65 65,4 65,8 Melindungi daerah pesisir

dari erosi/abrasi 76 82,1 62,5 77,4 75,4 Melindungi daerah pesisir

dari ancaman tsunami 78 66,7 65 67,9 69,5

untuk keperluan sendiri (obat, pondasi rumah, kayu bakar, hiasan, dan lain-lain), serta sumber pendapatan. Dari ketiga pilihan tersebut ternyata pengetahuan sebagian besar (70 persen) masyarakat di Kabupaten Raja Ampat mengenai manfaat ekonomi dari terumbu karang adalah sebagai sumber pendapatan.

Gambar 4.1.5 Persentase Responden Yang Mengetahui Manfaat Terumbu Karang di Kabupaten Raja Ampat, 2015 (N=200)

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Bila dilihat berdasarkan lokasi penelitian seperti disajikan dalam Tabel 4.1.4, pengetahuan responden di Desa Yenanas mengenai manfaat sosial dari terumbu karang paling baik bila dibandingkan dengan responden di desa lainnya. Pengetahuan yang baik mengenai manfaat sosial terumbu karang, khususnya untuk tempat wisata, di antara masyarakat Desa Yenanas sesuai dengan hasil wawancara dengan penduduk setempat yang menyebutkan bahwa perairan di sekitar Kecamatan Batanta Selatan memang dikenal sebagai daerah penyelaman karena terumbu karang yang indah dan memiliki kekhasan tersendiri. Selain itu, wilayah perairan ini juga menjadi

78 70 68 43 85,5 91 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sumber protein (dikonsumsi) dari ikan/biota di ekosistem tersebut Sumber pendapatan Sumber bahan baku untuk keperluan sendiri (misal: obat, pondasi rumah, kayubakar, hiasan, dll) Sumber bahan baku untuk keperluan industri/pertambangan Tempat wisata Tempat penelitian/pendidikan

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Indonesia, 2015.

Pertanyaan selanjutnya dalam survei individu bertujuan untuk melihat

Dokumen terkait