• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara geografis Kabupaten Cianjur berada di tengah propinsi Jawa Barat, memanjang dari utara ke selatan dengan jarak sekitar 65 Km dari ibukota propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120 Km dari ibukota negara

(Jakarta) dan terletak diantara 06O 21 '- 7O 25' Lintang Selatan (LS) dan 106O

42' - 107 O

1.Wilayah pengembangan utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki

Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi dan sebagian lagi merupakan dataran untuk areal perkebunan dan persawahan.

25' Bujur Timur (BT). Secara administrasi di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Bogor dan kabupaten Purwakarta, di sebelah timur dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, di selatan Samudra Indonesia dan di sebelah barat dengan Kabupaten Sukabumi. Wilayah kabupaten Cianjur meliputi areal seluas 350.148 hektar terdiri dari 32 kecamatan, 6 kelurahan dan 348 desa. Masing-masing wilayah mempunyai ciri- ciri khusus balk dari segi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Berdasarkan wilayah pembangunan kabupaten Cianjur secara geografis terbagi dalam tiga wilayah pengembangan yaitu wilayah pengembangan utara (WPU), wilayah pengembangan tengah (WPT) dan wilayah pengembangan selatan (WPS). Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, dan lainnya, sedangkan sumberdaya manusia dibedakan dari jumlah penduduk dan tingkat pendidikan.

2.Wilayah pengembangan tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil

dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor, yaitu Kecamatan Tanggeung, Pagelaran, Kadupandak, Takokak, Sukanegara, Campaka dan Campaka Mulya.

3.Wilayah pengembangan selatan, merupakan dataran rendah akan tetapi terdapat

bukit-bukit kecil yang diselingi oleh pegunungan yang melebar sampai ke daerah pantai Samudra Indonesia. Terdapat pula areal perkebunan dan pesawahan tetapi tidak begitu luas, seperti Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul.

Topografi dan Iklim

Keadaan topografi kabupaten Cianjur sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit - bukit dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0 meter sampai dengan 2,962 meter di atas permukaan laut (Puncak Gunung Gede), dengan kemiringan antara 1 sampai 40 %. Kemiringan dan ketinggian wilayah kabupaten Cianjur dapat dilihat di Tabel 10.

Tabel 10 Kemiringan dan ketinggian wilayah

No Tinggi m dpl Kemiringan

(%)

Kecamatan

1 200-1000 0-2 Cianjur, Bojongpicung, Karang tengah,

Mande, Ciranjang, Warungkondang

2 2-15 Pacet, Cugenang, Cikalongkulon, Cibebe

3 200-700 >700 15-40 Kadupandak, Sukanagara, Takokak,

Campaka, Tanggeung , Pagelaran

5 40 Sindangbarang, Cibinong, Cidaun,

Naringgul (kecuali daeral pantai)

Sumber : BPS Cianjur 2009

Kabupaten Cianjur termasuk kedalam tipe iklim sedang dengan hujan pada semua bulan. Kondisi curah hujan bervariasi dengan suhu udara berkisar antara

25-32 oC. Curah hujan rata-rata di wilayah pesisir berkisar antara 1.120 – 3.543

mm/tahun, namun beberapa daerah di kecamatan lain memiliki curah hujan lebih tinggi, yaitu sekitar 3.000 – 4.000 mm/tahun. Iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian

Penduduk kabupaten Cianjur berjumlah 2.149.121 orang terdiri atas laki- laki sebanyak 1.101.260 orang dan perempuan 1.047.861 orang (BPS Cianjur,

.

2010). Dengan penyebaran penduduk yang tidak merata dan bertambahnya jumlah penduduk terutama di pedesaan akan berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi maupun sosial. Rumah tangga petani pemilik lahan maupun yang bukan pemilik lahan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Ini berarti bahwa luas pemilikan lahan terutama lahan pertanian jadi semakin kecil. Pemecahkan masalah ini melalui pencetakan sawah baru masih sangat diperlukan disamping mengendalikan penggunaan lahan pertanian.

Sebanyak 63,90% penduduk terkonsentrasi di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78%, dan 19,09% mendiami berbagai kecamatan di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,45 % dan sisanya sebanyak 17,01 % berada di berbagai kecamatan di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,77 %. Dilihat dari kepadatan penduduk, Kecamatan yang memiliki angka kepadatan lebih dari 1000 jiwa per km

2

Peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi di kabupaten Cianjur sangat dominan, indikatornya adalah konrtribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2009 sebesar 54,77%. Tanaman pangan merupakan sub sektor yang memberikan kontribusi cukup menonjol yaitu sebesar 35,29 %, disusul subsektor peternakan sebesar 8,69%, subsektor perkebunan 4,37%, subsektor perikanan sebesar 4,14% dan adalah Kecamatan Cianjur (6.275,98 jiwa/km²), Karangtengah (3.073,68 jiwa/km²), Ciranjang (2.276,76 jiwa/km²), Cipanas (1.834,47 jiwa/km²), Pacet (1.495,03 jiwa/km²), Sukaluyu (1.546,96 jiwa/km²), Cugenang (1.424,14 jiwa/km²), Cilaku (1.455,18 jiwa/km²), dan Warungdoyong (1.279,57 jiwa/km²).

Ekonomi Wilayah

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Barat, yang memiliki luas lahan sekitar 350.148 Ha, terdiri atas lahan sawah seluas 63.299 dan lahan darat 286.849 Ha. Pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71%) hutan produktif dan konservasi, 58.101 Ha (16,59%) berupa pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76%) pertanian lahan kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49%) tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10%) penggembalaan/pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) tambak/kolam, 25.261 Ha (7,20 %) pemukiman/pekarangan dan 22.483 Ha (6,42 %) penggunaan lain (BPS Cianjur 2009).

subsektor kehutanan 2,24 % (Disperta Cianjur 2010). Secara rinci distribusi persentase PDRB untuk masing-masing sektor disajikan di Tabel 11.

Tabel 11 Distribusi persentase PDRB kabupaten Cianjur atas dasar harga berlaku

No Sektor Kontribusi (%)

1 Pertanian 54,77

2 Pertambangan dan penggalian 1.41

3 Industri pengolahan 1.32

4 Listrik, gas, dan air bersih 0.37

5 Bangunan 6.61

6 Perdagangan, hotel dan restoran 15.68

7 Pengangkutan dan komunikasi 4.47

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.78

9 Jasa 10.59

Jumlah 100

Sumber : BPS Cianjur 2010

Kegiatan ekonomi pada sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 1.32%. Nilai ini mencerminkan bahwa produk hasil pertanian sebagian besar masih dijual dalam bentuk bahan mentah. Hal ini dikarenakan belum berkembangnya industri pengolahan untuk produk-produk pertanian dan terbatasnya kemampuan SDM yang tersedia. Lemahnya sektor industri pengolahan berdampak pada rendahnya nilai tambah yang diperoleh petani yang pada akhirnya pendapatan petani juga menjadi kurang layak.

Sektor pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian karena sebanyak 503.090 orang (62,99%) bekerja dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian (Tabel 12). Usaha menciptakan lapangan kerja tambahan melalui agroindustri merupakan salah satu altematif yang penting untuk dikembangkan di pedesaan. Namun dari jumlah tersebut 87,52% berpendidikan rata-rata di bawah sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) (BPS Cianjur 2009).

Hasil analisis ketersediaan dan konsumsi beras di Kabupaten Cianjur selama 3 tahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 secara keseluruhan menunjukkan nilai surplus jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi beras

penduduk. Jumlah produksi beras pada tahun 2009 sebanyak 435.289 ton, dengan kebutuhan beras penduduk 227.484 ton, sebagaimana disajikan di Tabel 13.

Tabel 12 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha

No Lapangan Usaha Utama Laki - Laki Perempuan Total

1 Pertanian 328.654 174.436 503.090

2 Pertambangan/Galian 3.903 410 4.313

3 Industri 31.966 7.751 39.717

4 Listrik, Gas dan Air 1.782 - 1.782

5 Konstruksi 44.763 - 44.763

6 Perdagangan 90.914 62.583 153.497

7 Transpor dan Komunikasi 62.111 1.372 63.483

8 Keuangan 8.019 1.711 9.730

9 Jasa 32.628 22.117 54.745

Jumlah 605.150 270.380 875.530

Sumber : BPS Cianjur 2009

Beberapa komoditi tanaman pangan semusim yang telah banyak dikembangkan di Kabupaten Cianjur antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai dan kacang hijau. Usahatani padi merupakan komoditas prioritas petani sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Untuk meningkatkan pendapatan, petani memilih jenis tanaman yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kepastian hasilnya.

Tabel 13 Jumlah ketersediaan beras, dan kebutuhan konsumsi penduduk selama 3 tahun (2007 s.d. 2009) di Kabupaten Cianjur

No Uraian 2007 2008 2009

1 Ketersediaan (ton) 440.069 432.393 435.289

2 Jumlah penduduk 2.098.644 2.125.023 2.149.121

3 Kebutuhan konsumsi (ton) 251.837 224.934 227.484

4 Perimbangan (+/-) 188.232 163.444 162.948

5 Ratio 1,75 1,73 1,76

Keterangan Surplus Surplus Surplus

Tabel 14 Luas tanam, produksi, dan produktivitas komoditi tanaman pangan di Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur

No Komoditi Luas tanam

(ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 1 Padi Sawah 118.971 645.961 5,43 2 Padi Ladang 16.100 42.786 2,66 3 Jagung 11.242 50.810 4,52 4 Kedelai 1.506 1.992 13,23 5 Ubi Kayu 6.698 119.030 17,71 6 Kacang Hijau 321 320 1,1 7 Kacang Tanah 10.895 13.434 1,0 Sumber : BPS Cianjur 2009

Luas tanam, produktivitas dan produksi beberapa komoditi tanaman semusim di Kabupaten Cianjur terlihat pada Tabel 14

Institusi Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan oleh aparatur/tenaga penyuluh pertanian yang terdiri dari penyuluh pertanian lapang (PPL), kantor cabang dinas

(KCD) Kecamatan dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT)

PPL

yang ada di Kabupaten Cianjur dengan rincian sebagai berikut :

: 154 orang

KCD : 25 orang

Tata Usaha KCD : 5 orang

POPT : 21 orang

Sumber : Disperta Cianjur 2010

Dengan wilayah kerja yang luas, namun jumlah PPL terbatas, maka yang menjadi sasaran pembinaan dalam rangka melayani seluruh petani adalah kelompok tani. Kelompok tani merupakan wadah berkumpulnya petani, tempat belajar, berdiskusi, dan bertukar informasi dalam berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan pertanian.

Tabel 15 menunjukkan bahwa 27.58% kelompok tani di Kabupaten Cianjur adalah kelompok tani kelas pemula, 49.30% kelas lanjut, 21.02% kelas madya, dan 2.10% kelompok tani yang berada pada kelas utama. Kondisi ini mencerminkan masih lemahnya institusi yang berfungsi sebagai wadah petani untuk mengembangkan kegiatan usaha pada tingkat petani. Pengembangan institusi kelompok tani ini mengalami hambatan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian.

Tabel 15 Keadaan kelompok tani

No Tahun Kelas Kelompok Jumlah

Pemula Lanjut Madya Utama

1 2007 311 979 297 47 1.634

2 2008 698 825 472 30 2.025

Jumlah 1.009 1.804 769 77 6.163

Persentase (%) 27,58 49,30 21,02 2,10 100

Sumber : Disperta Cianjur 2010 Pemasaran

Pasar merupakan salah satu aspek penting dalam sistem agribisnis. Keterpaduan sistem usaha tani pola SIPT ini akan mempunyai dampak terhadap perubahan ekonomi petani bila pengelolaan usahatani berorientasi pasar. Bila selama ini usaha ternak dianggap sebagai usaha sampingan, maka dalam usahatani pola SIPT ternak sapi potong mempunyai peluang pasar sama dengan komoditas tanaman pangan

Pemasaran hasil pertanian merupakan aktivitas pertanian off farm yang

menentukan keberhasilan pengembangan usahatani. Tataniaga pemasaran gabah tidak menguntungkan bagi petani sehingga PEMDA melakukan intervensi melalui kerja sama dengan Sub Dolog Cianjur dan Perusahaan Daerah untuk memotong mata rantai gabah yang panjang sehingga petani dapat langsung memasarkan hasilnya ke Sub Dolog maupun ke pasar.

Ketersediaan pasar hewan dapat memacu berkembangnya pengelolaan usahatani pola SIPT. Pemasaran ternak berlangsung secara dinamis dan harga berfluktuatif. Harga tinggi biasa terjadi pada saat menjelang hari raya Idul Adha, namun sebaliknya harga turun ketika kebutuhan sangat mendesak dan harus menjual sapinya misal untuk kebutuhan biaya sekolah, paceklik, hajatan dan lain-lain. Kondisi

ini berkaitan langsung dengan permintaan dan penawaran. Sistem pemasaran ternak ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15 Sistem pemasaran sapi potong

Petani pada umumnya tidak menjual sapinya langsung ke pasar hewan melainkan ke pedagang perantara (blantik). Penjualan tersebut merugikan petani karena blantik juga akan mengambil keuntungan dari harga yang disepakati karena jika petani langsung menjual sapinya, maka akan memperoleh harga yang lebih layak. Diperlukan upaya oleh pemerintah daerah melalui instansi teknis bidang peternakan untuk memberikan informasi harga dan tempat penjualan sapi yang lebih menguntungkan petani. Secara mikro tingkat regional pelaku pasar ternak terdiri atas: petani, blantik, jagal, rumah makan, pedagang daging dan konsumen. Pemasaran temak membentuk jaringan tataniaga yang sangat komplek dan terbentuk mulai tingkat desa (petani) sampai konsumen. Penguasaan pasar hewan didominasi oleh keberadaan blantik yang lebih mempunyai posisi tawar walaupun dengan modal terbatas.