• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta .1 Unit penangkapan ikan .1 Unit penangkapan ikan

pemasangan instalasi, kabel-kabel maupun jaringan sedangkan divisi pemasaran dan pengembangan usaha menjadi perantara antara pihak Perum dengan penerima pelayanan. Perbedaan berikutnya terletak pada layanan yang berbeda pula. Ditambahkan pelayanan instalansi air, listrik, dan telepon pada divisi teknik sedangkan pada divisi pemasaran dan pengembangan usaha ditambahkan pelayanan penyewaan lapak di Pusat Pemasaran Ikan (PPI) dan pengurusan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Divisi terakhir yaitu divisi perdagangan yang mengurusi hal-hal yang terkait dengan jual beli atau pembayaran pelayanan terhadap konsumen.

4.4 Keadaan Umum Perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta 4.4.1 Unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan terdiri atas alat tangkap, kapal, dan nelayan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai unit penangkapan ikan di PPS Nizam Zachaman Jakarta. Kapal perikanan yang terdaftar di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta didominasi oleh kapal-kapal yang berukuran relatif besar (Tabel 13). Kapal-kapal tersebut berukuran 21 GT – 30 GT dan kapal yang berukuran 101 GT - 200 GT (Laporan Statistik PPS Nizam Zachman Jakarta 2008).

Tabel 13 Jumlah kapal yang masuk berdasarkan berat kapal kotor kapal PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008

GT Tahun <10 10-20 21-30 31-50 51-100 101-200 >200 Total 2004 407 221 1.394 214 863 1.430 107 4.636 2005 270 169 1.388 229 1.043 1.407 92 4.598 2006 110 138 1.104 268 933 1.141 99 3.793 2007 97 146 1.199 221 757 1.048 60 3.528 2008 36 100 1.066 236 755 1.019 64 3.276 Total 920 774 6.151 1168 4.351 6.045 422 19.831 Sumber: PPSNZJ, 2009

Jumlah kapal yang masuk ke PPS Nizam Zachman Jakarta setiap tahunnya semakin berkurang terutama pada tahun 2006 karena adanya pencabutan subsidi solar yang membuat pengusaha perikanan tangkap jatuh untuk sementara waktu.

48 Hal tersebut tercermin dari jumlah kapal masuk pada tahun 2006 turun secara drastis sebanyak 805 kapal menjadi 3.793 kapal. Walaupun pada tahun berikutnya hingga tahun 2008 masih mengalami penurunan, namun penurunannya tidak begitu besar. Kapal yang berukuran 21 GT – 30 GT mendominasi kapal yang masuk ke wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta dari total kapal masuk sebanyak 3.276 kapal pada tahun 2008, dimana seharusnya berdasarkan kriteria pelabuhan perikanan, kapal-kapal tersebut mendarat di pelabuhan perikanan tipe B. Ukuran kapal yang menduduki urutan kedua yaitu kapal-kapal yang berukuran 101 GT - 200 GT. Hal ini terlihat bahwa kapal-kapal berukuran relatif sedang lebih banyak ditemukan di PPS Nizam Zachman Jakarta daripada kapal-kapal berukuran besar.

Besarnya ukuran kapal tersebut menyebabkan daerah penangkapan harus berada di daerah perairan dalam seperti perairan Samudera Hindia, perairan sekitar Selat Karimata sampai ke perairan sekitar Selat Makassar. Berdasarkan pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), WPP 572 dan WPP 573 adalah wilayah perairan yang sering dikunjungi oleh para nelayan untuk mengoperasikan alat tangkapnya. WPP 572 yang mencakup wilayah perairan Samudera Hindia bagian barat Pulau Sumatera sampai Selat Sunda, sedangkan WPP 573 yang mencakup Samudera Hindia bagian selatan Pulau Jawa, bagian selatan Nusa Tenggara Barat, Laut Sawu, sampai bagian barat dari Laut Timor.

Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta terdiri atas bubu/trap, jaring angkat/lift net, jaring insang hanyut/drift gill net, purse seine dan tuna long line. Informasi mengenai alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta tersebut diperoleh dari jumlah kapal masuk yang terdaftar di PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan jenis alat tangkapnya (Tabel 14).

Berdasarkan Tabel 14, jenis alat tangkap yang sering digunakan adalah longline. Hal tersebut dibuktikan oleh jumlah kapal longline yang selalu mendominasi kapal masuk ke PPS Nizam Zachman setiap tahunnya berturut-turut dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Diantara enam jenis alat tangkap yang sering digunakan, terdapat satu alat tangkap yang memiliki kenaikan jumlah penggunaan yaitu alat tangkap jaring angkat. Hal demikian dicerminkan oleh jumlah kapal masuk

49 masuk dengan alat tangkap jaring angkat sejak tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 496 kapal, lalu pada tahun 2008 naik kembali menjadi 507 kapal. Kenaikan tersebut dikarenakan kapal jaring angkat tidak begitu banyak menghabiskan bahan bakar, mengingat kapal hanya digunakan untuk membawa alat tangkap ke fishing ground dan membawa hasil tangkapan ke fishing base.

Tabel 14 Jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap ke PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008

Jenis Alat Tangkap Tahun Bubu/ Traps Jaring Angkat/ Lift Net Jaring Insang Hanyut/Drift Gill Net Purse Seine Tuna Long Line Lainnya/ Others Kapal Angkut/ Carrier Total 2004 65 250 1.654 22 2.073 16 556 4.636 2005 22 351 1.330 401 1.925 18 551 4.598 2006 12 348 1.022 828 1.086 34 463 3.793 2007 13 496 986 672 938 36 387 3.528 2008 9 507 653 727 792 22 566 3.276 Total 121 1.952 5.645 2.650 6.814 126 2.523 19.831 Sumber: PPSNZJ, 2009

Komponen terakhir dari unit penangkapan ikan adalah nelayan. Nelayan merupakan bagian dari sistem perikanan tangkap yang sangat penting bagi keberlangsungan operasional perikanan tangkap. Banyaknya nelayan yang terlibat ke dalam kegiatan penangkapan ikan memiliki jumlah yang variatif setiap tahunnya (Tabel 15).

Tabel 15 Jumlah nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008

Tahun Nelayan (jiwa)

2004 6.327 2005 6.768 2006 7.677 2007 8.577 2008 10.629 Sumber : DKP, 2009

50 Jumlah nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004 adalah 6.327 jiwa. Selama lima tahun berikutnya, jumlah nelayan semakin bertambah. Penambahan jumlah nelayan setiap tahun dikarenakan jumlah kapal perikanan yang juga bertambah terutama kapal carrier sehingga jumlah nelayan mencapai 10.629 jiwa pada tahun 2008.

4.4.2 Produksi hasil tangkapan

Produksi hasil tangkapan merupakan jumlah produksi ikan yang didaratkan atau yang dimasukkan ke dalam wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta. Hasil tangkapan terbagi menjadi dua sumber yaitu melalui jalur darat dan hasil tangkapan dari laut. Hasil tangkapan dari laut merupakan ikan yang didaratkan dari kapal-kapal yang melakukan pembongkaran di PPS Nizam Zachman Jakarta, sedangkan hasil tangkapan melalui jalur darat merupakan ikan yang diperoleh dari luar wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta untuk diperjualbelikan kembali di PPI (Tabel 16).

Tabel 16 Volume produksi hasil tangkapan PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008

Produksi (ton) Tahun

Darat Laut Total

2004 7.170,810 33.554,98 40.725,79 2005 15.657,10 24.219,80 39.876,90 2006 74.797,59 16.328,77 91.126,36 2007 77.182,25 21.928,06 99.110,31 2008 67.495,21 16.933,13 84.428,34 Sumber: PPSNZJ, 2009

Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa pada tahun 2004-2005, volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan dari laut lebih banyak daripada volume produksi hasil tangkapan dari darat. Keadaan menjadi terbalik pada tahun 2006-2007, hal ini dikarenakan harga solar yang melonjak tinggi, sehingga hanya sedikit terdapat pengusaha perikanan yang mampu memenuhi perbekalan melautnya dan berdampak pada volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan. Walaupun harga solar diturunkan pada tahun 2008, kondisi demikian masih tidak berubah. Hal tersebut tergambarkan pada volume produksi hasil

51 tangkapan dari darat 50.562,08 ton lebih banyak daripada volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan dari laut yang hanya sebesar 16.933,13 ton. Terdapat lima jenis ikan dengan produksi paling dominan dari sekian banyak jenis hasil tangkapan yang didaratkan dari laut (Tabel 17).

Tabel 17 Volume produksi dan nilai ikan dominan tertangkap tahun 2008

No Jenis Ikan Volume produksi (ton) Nilai (Rupiah)

1 Cakalang 6.142,66 70.250.190.000

2 Tongkol abu-abu 3.825,09 48.227.710.000

3 Tenggiri 1.338,99 40.259.000.000

4 Madidihang 1.051,73 27.033.590.000

5 Tuna Mata Besar 822,31 23.024.620.000

Sumber: PPSNZJ, 2009

Jenis ikan paling dominan tertangkap adalah ikan cakalang dengan volume produksi 6.142,66 ton dengan nilai Rp 70.250.190.000,00. Ikan tongkol abu-abu memiliki nilai ekonomis yang tidak terlalu tinggi seperti jenis ikan cakalang. Volume produksi jenis ikan ini menempati urutan kedua setelah cakalang sebesar 3.825,09 ton, dengan nilai Rp 48.227.710.000,00. Urutan jenis ikan dominan tertangkap selanjutnya ditempati oleh ikan-ikan ekonomis tinggi seperti ikan tenggiri, madidihang dan ikan tuna mata besar. Walaupun ikan tuna mata besar hanya dapat diproduksi dengan volume 822,31 ton, tetapi nilai jualnya relatif tinggi yaitu Rp 23.024.620.000,00. Diantara kelima jenis ikan di atas, jenis ikan tenggiri merupakan jenis ikan yang tergolong bernilai ekonomis paling tinggi

karena dengan volume produksi 1.338,99 ton dapat diperoleh nilai sebesar Rp 40.259.000.000,00. Walaupun volume ikan-ikan ekonomis tinggi ini

diproduksi dengan jumlah yang relatif sedikit, keberadaannya dapat menambah pendapatan nelayan dan pedagang ikan yang cukup signifikan, terutama nelayan dan pedagang ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta.