• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PELAYANAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA ALINA HADIANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS PELAYANAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA ALINA HADIANTI"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PELAYANAN PELABUHAN PERIKANAN

SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

ALINA HADIANTI

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(2)

ALINA HADIANTI, C44063068. Kualitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan THOMAS NUGROHO.

Pelabuhan perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan dituntut untuk memberikan kualitas pelayanan yang prima karena menjadi harapan seluruh masyarakat perikanan. Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) merupakan pelabuhan perikanan terbesar yang ada di DKI Jakarta, berskala nasional, dan dapat dijadikan acuan bagi pelabuhan perikanan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fasilitas serta menentukan tingkat kualitas pelayanan di PPSNZJ. Penelitian dilakukan secara deskriptif dan menggunakan data kualitatif. Fasilitas terkait jenis pelayanan yang diberikan di PPSNZJ meliputi pelayanan penyediaan bahan perbekalan kapal perikanan, mencakup fasilitas pengadaan air tawar dan solar, pelayanan pendaratan hasil tangkapan mencakup pelayanan tambat labuh, pengadaan buruh dan alat angkut, pelayanan penanganan hasil tangkapan mencakup pelayanan pengadaan es balok dan cold storage, serta pelayanan pemasaran hasil tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pusat Pemasaran Ikan (PPI). Kualitas pelayanan ditentukan dari nilai Customer Satisfaction Index (CSI). Nilai CSI terbesar yaitu 0,90 dinilai sangat puas pada fasilitas pelayanan di cold storage. Pelayanan penyediaan air tawar, solar, es balok, TPI dan PPI juga dinilai sangat puas namun kinerjanya harus ditingkatkan agar optimal. Pengoptimalan dilakukan dengan peningkatan kebersihan air tawar dan cold storage, kemudahan prosedur pemesanan solar, peningkatan ketersediaan es balok, serta pemberian informasi retribusi di TPI dan tarif sewa lapak di PPI. Nilai CSI fasilitas pelayanan tambat labuh dan penyediaan alat angkut masing-masing 0,79 dan 0,72 dinilai puas. Pengoptimalan dapat dengan melakukan peninggian dermaga secara cepat dan promosi alat angkut. Nilai CSI terkecil diperoleh pada fasilitas pelayanan buruh angkut sebesar 0,62 sehingga dinilai cukup puas. Pengoptimalan dapat dilakukan dengan pemberian promosi.

Kata kunci: kualitas, pelabuhan perikanan, pelayanan, PPS Nizam Zachman Jakarta

(3)

KUALITAS PELAYANAN PELABUHAN PERIKANAN

SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

ALINA HADIANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(4)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kualitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010 Alina Hadianti

(5)

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA NIP. 19561123 198203 2 002

Thomas Nugroho, S.Pi., M.Si. NIP. 19700414 200604 1 020

Diketahui: Ketua Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 198703 1 001

Tanggal lulus: 10 Agustus 2010

Judul skripsi : Kualitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Nama mahasiswa : Alina Hadianti

NRP : C44063068

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kualitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2010. Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi yang dibutuhkan bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2010 Alina Hadianti

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 2 Mei 1988 dari pasangan Bapak Didi Hadiat dan Ibu Yayah Mardiati. Penulis merupakan puteri pertama dari empat bersaudara. Penulis mengawali studinya di TK Bina Insani Bogor pada tahun 1993/1994, dilanjutkan ke SD Bina Insani Bogor (1994-2000), SLTP Negeri 1 Bogor (2000-2003) dan lulus dari SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2006. Penulis masuk ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjalani perkuliahan, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Iktiologi tahun 2008/2009, mata kuliah Tingkah Laku Ikan tahun 2008/2009, mata kuliah Oseanografi Umum tahun 2009/2010, serta senior asisten dosen mata kuliah Tingkah Laku Ikan pada tahun 2009/2010.

Penulis juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) sebagai sekretaris departemen Pengembangan Budaya, Olahraga dan Seni pada tahun 2007/2008 dan sebagai Sekretaris Umum BEM FPIK pada tahun 2008/2009. Selain itu penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) sebagai staf Departemen Kesekretariatan pada tahun 2007/2008 dan 2008/2009 serta aktif di Himpunan Perikanan Tangkap Indonesia (Himpatindo) sebagai staf Departemen Legalitas periode 2007/2008.

Berturut-turut selama dua tahun, penulis menjuarai Lomba Kaligrafi pada acara Pekan Olahraga dan Seni Perikanan dan Ilmu Kelautan (Porikan) FPIK sebagai Juara I tahun 2008 dan 2009. Penulis juga mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan kegiatan berhasil didanai oleh DIKTI dengan judul Bumbu Penyedap Rasa Berkalsium Tinggi Claraco sebagai Aplikasi Pengolahan Limbah Kepala Ikan Lele (Clarias sp.)

Penulis dinyatakan lulus dalam ujian skipsi yang diselenggarakan pada tanggal 10 Agustus 2010 oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dengan judul “Kualitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta”.

Photo 3 x 4

(8)

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, bantuan secara moril, tenaga maupun materi yang sangat berguna bagi penulis. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang berjasa hingga skripsi ini terselesaikan, yaitu:

1) Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA dan Thomas Nugroho, S.Pi., M.Si. selaku komisi pembimbing atas pengarahan, bimbingan, curahan pemikiran dan motivasi yang telah diberikan sejak proses penulisan proposal, pelaksanaan penelitian, sampai penulisan skripsi.

2) Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan bagi penulis.

3) Vita Rumanti K, S.Pi, M.T selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB).

4) Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. selaku Ketua Departemen PSP, FPIK, IPB. 5) Bapak Hartoyo selaku Kepala Bidang Tata Operasional, Ibu Lia Anggia,

Marissa Perdana, S.Pi serta pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta lainnya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

6) Bapak Sutaryo selaku Kepala TPI Muara Baru beserta jajarannya.

7) Ibu Reti selaku Kepala Tata Usaha, Ibu Rita selaku Kepala Sub Div. Tambat Labuh, Dok, Bengkel, dan Perbekalan, Bapak Ari selaku staf Sub Div. Tambat Labuh, Dok, Bengkel, dan Perbekalan, Bapak Egi selaku staf Sub Div. Pabrik Es dan Cold Storage, serta pihak Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta lainnya yang telah membantu penulis saat pelaksanaan penelitian.

8) Ayah (Didi Hadiat), Ibu (Yayah Mardiati), Asti, Ambar, Alfi serta keluarga besar yang tiada henti mendidik, berdo’a dan mencurahkan kasih sayang untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(9)

9) Seluruh staf pengajar di Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, FPIK IPB atas ilmu dan bimbingan yang diberikan selama masa pendidikan penulis.

10) Tata usaha di Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, FPIK IPB atas bantuannya dalam kelancaran administrasi selama pendidikan. 11) Nicolas Hutasoit, S.Pi yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi

penulis serta berbagi pengalaman hidup yang berharga.

12) Riyanti dan Siska Aprilia, sebagai sahabat terbaik, terima kasih telah berbagi pengalaman hidup yang berharga. Mertha, Qbee, Anggi, Ncek, Rima, Mia, Seli, Ami, Ghea, Refi dan Pipih yang telah membantu pelaksanaan seminar. Ike, Alvi, Anggi, B’Nico dan K’Asep yang telah menyempatkan hadir dan menemani saya selama sidang berlangsung, serta teman-teman PSP’43 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan yang telah terjalin selama ini.

13) Teman-teman seperjuangan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FPIK IPB Kabinet Biru Pembaharu dan Kabinet Armada Biru yang telah memotivasi penulis, semoga keidealisan mahasiswa ini dapat terus terjaga.

14) Teman-teman asisten oseanografi umum 2009/2010, terima kasih atas ilmu yang bermanfaat serta pengalaman yang tak terlupakan.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda dari apa yang telah penulis terima. Amin Ya Robbal Alamin.

Bogor, Agustus 2010 Alina Hadianti

(10)

Halaman DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... vi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Manfaat Penelitian ... 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan ... 3

2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan ... 4

2.3 Kualitas pelayanan ... 5

2.3.1 Pengertian kualitas ... 5

2.3.2 Pengertian pelayanan ... 6

2.3.3 Pengukuran kualitas pelayanan ... 10

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.2 Metode Penelitian ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4 Analisis Data ... 29

3.4.1 Analisis jenis fasilitas terkait pelayanan yang diberikan di PPS Nizam Zachman Jakarta... 29

3.4.2 Analisis penentuan tingkat kualitas pelayanan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 29

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Jakarta Utara ... 38

4.1.1 Letak geografi dan keadaan topografi ... 38

4.1.2 Jumlah penduduk ... 39

4.1.3 Keadaan musim dan curah hujan... 40

4.2 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta... 40

4.2.1 Sejarah dan latar belakang berdirinya PPS Nizam Zachman Jakarta ... 40

4.2.2 Tugas dan fungsi PPS Nizam Zachman Jakarta ... 41

4.3 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta... 42

4.3.1 Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta ... 42

4.3.2 Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera... 44

4.4 Keadaan Umum Perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta... 47

(11)

4.4.2 Produksi hasil tangkapan ... 50

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Fasilitas Pelayanan Penyediaan Bahan Perbekalan Kapal Perikanan .... 52

5.1.1 Fasilitas pelayanan penyediaan air tawar... 52

5.1.2 Fasilitas pelayanan penyediaan solar... 57

5.2 Fasilitas Pelayanan Pendaratan Hasil Tangkapan... 59

5.2.1 Fasilitas pelayanan tambat labuh ... 59

5.2.2 Fasilitas pelayanan buruh angkut ... 62

5.2.3 Fasilitas pelayanan penyediaan alat angkut ... 65

5.3 Fasilitas Pelayanan Penanganan Hasil Tangkapan ... 66

5.3.1 Fasilitas pelayanan pengadaan es balok... 67

5.3.2 Fasilitas pelayanan di cold storage... 71

5.4 Fasilitas Pelayanan Pemasaran Hasil Tangkapan ... 76

5.4.1 Fasilitas pelayanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 76

5.4.1 Fasilitas pelayanan di Pusat Pemasaran Ikan (PPI) ... 79

6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Validitas dan Realibilitas Data ... 84

6.1.1 Validitas dan realibilitas data pelayanan penyediaan bahan perbekalan kapal perikanan... 85

6.1.2 Validitas dan realibilitas data pelayanan pendaratan hasil tangkapan ... 86

6.1.3 Validitas dan realibilitas data pelayanan penanganan hasil tangkapan ... 88

6.1.4 Validitas dan realibilitas data pelayanan pemasaran hasil tangkapan ... 89

6.2 Tingkat Kualitas Pelayanan ... 91

6.2.1 Tingkat kualitas pelayanan penyediaan bahan perbekalan kapal perikanan... 91

6.2.2 Tingkat kualitas pelayanan pendaratan hasil tangkapan...108

6.2.3 Tingkat kualitas pelayanan penanganan hasil tangkapan ...131

6.2.4 Tingkat kualitas pelayanan pemasaran hasil tangkapan ...146

6.2.5 Tingkat kecenderungan kualitas pelayanan ...159

7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...161

7.2 Saran ...162

DAFTAR PUSTAKA...163

(12)

i

Halaman

1 Tipe dan kriteria pelabuhan perikanan di Indonesia ... 3

2 Penilaian tingkat kinerja pelayanan ... 18

3 Penilaian tingkat kepentingan pelayanan ... 18

4 Penilaian responden terhadap variabel tingkat kinerja ... 19

5 Penilaian responden terhadap variabel tingkat kepentingan ... 19

6 Penilaian tingkat kesesuaian terhadap variabel kepuasan konsumen ... 21

7 Jenis pelayanan beserta penyelenggaraannya di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007 ... 25

8 Jenis kegiatan, pelayanan yang dibutuhkan serta penggunanya yang dianalisis di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 27

9 Jenis pelayanan beserta penyelenggaraannya yang dianalisis di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 28

10 Dimensi dan variabel kualitas pelayanan yang dianalisis ... 31

11 Kriteria penilaian variabel pelayanan ... 33

12 Jumlah penduduk Jakarta Utara tahun 1990, 2000 dan 2005... 39

13 Jumlah kapal yang masuk berdasarkan berat kotor kapal PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008... 47

14 Jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap ke PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008... 49

15 Jumlah nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008... 49

16 Volume produksi hasil tangkapan PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008... 50

17 Volume produksi dan nilai ikan dominan tertangkap tahun 2008... 51

18 Volume produksi air tawar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2005-2009... 54

19 Volume air tawar dari luar kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2009 ... 55

20 Volume kapasitas tongkang penyalur dan tongkang transportir SPBB di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010... 57

21 Produksi solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2009 ... 58

22 Tarif tambat labuh kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007 ... 62

(13)

ii 23 Volume ikan yang diangkut oleh buruh angkut cold storage dan buruh

angkut TPI tahun 2004-2009 ... 64 24 Volume penjualan es balok 50 kg dan 60 kg tahun 2004-2009... 68 25 Volume es yang didatangkan dari luar PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008... 69 26 Tarif pembelian es balok ukuran 50 kg dan 60 kg serta tarif usaha

kemitraan es luar tahun 2007... 70 27 Kapasitas cold storage dan ABF tahun 2010 ... 72 28 Volume stok ikan yang berada dalam cold storage tahun 2004-2009... 73 29 Volume ikan yang dibekukan dalam ABF dan anteroom yang digunakan tahun 2005-2009 ... 73 30 Tarif pelayanan cold storage tahun 2007 ... 74 31 Volume ikan yang dijual di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004- 2009... 78 32 Jenis, tarif dan kapasitas fasilitas pendukung aktivitas penjualan

tahun 2010 ... 79 33 Tarif penyewaan ruang bangunan di dalam dan sekitar PPI tahun 2007... 80 34 Tarif penyewaan pelataran PPI di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007 81 35 Tarif pemanfaatan fasilitas di PPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 83 36 Validitas dimensi dan variabel kualitas fasilitas pelayanan penyediaan bahan perbekalan kapal perikanan ... 85 37 Validitas dimensi dan variabel kualitas fasilitas pelayanan pendaratan

hasil tangkapan ... 87 38 Validitas dimensi dan variabel kualitas fasilitas pelayanan penanganan hasil tangkapan ... 89 39 Validitas dimensi dan variabel kualitas fasilitas pelayanan pemasaran

hasil tangkapan ... 90 40 Customer satisfaction index fasilitas pelayanan penyediaan air tawar ... 92 41 Selang penilaian pelayanan penyediaan air tawar ... 97 42 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan

penyediaan air tawar ... 98 43 Customer satisfaction index fasilitas pelayanan penyediaan solar ... 101 44 Selang penilaian pelayanan penyediaan solar ... 106 45 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan

penyediaan solar ... 107 46 Customer satisfaction index fasilitas pelayanan tambat labuh ... 109 47 Selang penilaian pelayanan tambat labuh ... 113

(14)

iii tambat labuh ... 114 49 Customer satisfaction index fasilitas pelayanan buruh angkut... 116 50 Selang penilaian pelayanan buruh angkut ... 120 51 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan buruh

angkut ... 121 52 Customer satisfaction index fasilitas pelayanan penyediaan alat angkut... 124 53 Selang penilaian pelayanan penyediaan alat angkut ... 127 54 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan

penyediaan alat angkut ... 128 55 Customer satisfaction index fasilitas pelayanan penyediaan es balok... 132 56 Selang penilaian pelayanan penyediaan es balok ... 136 57 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan

penyediaan es balok ... 137 58 Customer satisfaction index pelayanan di cold storage... 139 59 Selang penilaian pelayanan di cold storage ... 143 60 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan di

cold storage ... 144 61 Customer satisfaction index fasilitas pelayanan di TPI ... 147 62 Selang penilaian pelayanan di TPI... 150 63 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan di

TPI... 151 64 Customer satisfaction index pelayanan di PPI ... 153 65 Selang penilaian pelayanan di PPI ... 156 66 Penilaian konsumen dan tingkat kesesuaian variabel pelayanan di

(15)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Matriks importance and performance analysis ... 20

2 Diagram alir pengukuran kualitas pelayanan ... 30

3 PPS Nizam Zachman, Jakarta Utara sebagai lokasi penelitian ... 38

4 Bagan struktur organisasi PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 ... 43

5 Bagan struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera tahun 2008 ... 46

6 Tangki air milik PT Centra Niaga Eropindo di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 ... 53

7 Elevated Tank 1 di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010... 53

8 Mobil tangki agen air tawar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010... 56

9 Tongkang penyalur solar PT Amanah Putra Harun di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 ... 58

10 Bollard dermaga barat (kiri) dan dermaga timur (kanan) di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2009 ... 60

11 Konstruksi peninggian dermaga PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2009 61

12 Trays (kiri) dan blong (kanan) di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 ... 65

13 Trolly di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 ... 66

14 Truk sebagai alat distribusi es balok (kiri), susunan es balok ukuran 50 kg per balok di dalam truk (tengah) dan susunan es balok ukuran 60 kg per balok di dalam truk (kanan) di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2009... 71

15 Ikan yang disusun di dalam palet PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 72 16 Forklift yang membawa ikan beku keluar dari cold storage di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 ... 75

17 Mekanisme penjualan ikan di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta... 77

18 Antrian pengisian air laut pada blong-blong (kiri) dan aktivitas pengisian air laut pada blong (kanan) di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2009 .... 82

19 Susunan penyimpanan ikan pada box fiber di PPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 ... 82

20 Matriks importance performance analysis pelayanan penyediaan air tawar 93

21 Gap analysis pelayanan penyediaan air tawar... 96

22 Matriks importance performance analysis pelayanan penyediaan solar ... 102

23 Gap analysis pelayanan penyediaan solar... 105

(16)

v

26 Matriks importance performance analysis pelayanan buruh angkut ... 117

27 Gap analysis pelayanan buruh angkut ... 119

28 Matriks importance performance analysis pelayanan penyediaan alat angkut ... 125

29 Gap analysis pelayanan penyediaan alat angkut ... 126

30 Matriks importance performance analysis pelayanan penyediaan es balok 133 31 Gap analysis pelayanan penyediaan es balok... 135

32 Matriks importance performance analysis pelayanan di cold storage ... 140

33 Gap analysis pelayanan di cold storage... 142

34 Matriks importance performance analysis pelayanan di TPI... 148

35 Gap analysis pelayanan di TPI ... 149

36 Matriks importance performance analysis pelayanan di PPI... 154

(17)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Lay out PPS Nizam Zachman Jakarta ... 168

2 Skema instalansi pipa pelayanan air tawar Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta tahun 2005 ... 169

3 Uji validitas ... 170

4 Uji realibilitas ... 188

(18)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan, dilengkapi dengan berbagai fasilitas dalam mendukung semua kegiatan perikanan, yang dalam operasionalnya dituntut untuk mampu mengoptimalkan pelayanan bagi penggunanya terutama terhadap masyarakat nelayan. Pelayanan yang diberikan pelabuhan perikanan antara lain berupa jasa-jasa mulai ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Hal tersebut secara tidak langsung menjadikan pelabuhan perikanan sebagai pusat pengembangan ekonomi perikanan.

Kualitas pelayanan yang baik dari pengelola pelabuhan perikanan termasuk berbagai instansi yang terkait erat dalam operasional pelabuhan perikanan merupakan harapan semua lapisan masyarakat perikanan baik para nelayan, pedagang maupun industri pengolahan yang berlokasi di pelabuhan perikanan. Masyarakat perikanan yang terdiri dari beberapa lapisan tersebut menginginkan kegiatannya dapat dilayani dengan baik oleh pelabuhan perikanan. Dengan demikian, kualitas pelayanan pelabuhan perikanan perlu diperhatikan agar para pengguna pelabuhan perikanan mendapatkan kepuasan.

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia yang merupakan pelabuhan tipe A yang kualitas pelayanannya seharusnya dapat menjadi acuan bagi pelabuhan perikanan tipe lainnya. Hal ini dikarenakan selain pelabuhan perikanan ini berkapasitas besar, juga tujuan utama hasil tangkapan didaratkan adalah untuk ekspor. Kualitas pelayanan perlu ditingkatkan lagi khususnya dalam mengantisipasi pengembangan pelabuhan perikanan berstandar internasional. Adapun jenis pelayanan yang diberikan antara lain, pelayanan masuk dan keluar pelabuhan, pelayanan tambat dan labuh, pelayanan perbaikan di darat (dock), pelayanan perbaikan ringan (floating repair), pelayanan isi perbekalan, pelayanan isi BBM dan pelayanan bongkar ikan.

Tahun 2008 terdapat 3.276 unit kapal masuk ke pelabuhan ini, 231 unit kapal yang melakukan docking, 36 unit kapal yang melakukan floating repair, terdapat 2.200 unit kapal yang mengisi perbekalan untuk melakukan operasi penangkapan

(19)

2

ikan, dan 1.493 unit kapal yang melakukan bongkar ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ, 2009). Pelayanan yang ditawarkan dan yang telah dilakukan tersebut berkapasitas relatif besar, namun untuk mengetahui apakah pelayanan yang diberikan telah memuaskan bagi para penggunanya, maka perlu dilakukan suatu penelitian. Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masih terbatas mengenai pelayanan yang dikhususkan bagi nelayan. Dengan demikian, penelitian ini penting untuk dilakukan, karena cakupannya lebih menyeluruh yaitu pelayanan yang dimulai dengan aktivitas persiapan perbekalan melaut, aktivitas perikanan semenjak ikan didaratkan sampai pendistribusiannya yang melibatkan nelayan, pedagang dan pengolah ikan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengetahui fasilitas terkait jenis pelayanan yang diberikan di PPS Nizam Zachman Jakarta; dan

2) Menentukan tingkat kualitas pelayanan di PPS Nizam Zachman Jakarta

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola serta instansi yang terkait untuk memperbaiki kualitas pelayanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.

(20)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan). Pengertian pelabuhan perikanan dilihat dari aspek aktivitas perikanan tangkap adalah tempat untuk mengembangkan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran baik lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan dinyatakan bahwa klasifikasi pelabuhan perikanan dibagi menjadi empat, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Perikanan Pantai, dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Pengelompokan tipe pelabuhan perikanan bertujuan mempermudah pengelolaan pelabuhan perikanan baik dari aktivitasnya maupun elemen-elemen yang ada didalamnya seperti ukuran kapal dan dimensi kolam pelabuhan. Tipe dan kriteria pelabuhan perikanan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tipe dan kriteria pelabuhan perikanan di Indonesia

Tipe Pelabuhan Perikanan Kriteria

Pelabuhan Perikanan Samudera (A)

a) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut Teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan Laut Lepas; b) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal

perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; c) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m,

dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m;

d) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus; e) Ikan yang didaratkan sebagian untuk ekspor;

(21)

4

Tabel lanjutan

Tipe Pelabuhan Perikanan Kriteria

Pelabuhan Perikanan Nusantara (B)

a) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut Teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

b) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT; c) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m,

dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m;

d) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2250 GT kapal perikanan sekaligus; e) Ikan yang didaratkan sebagian untuk ekspor; Pelabuhan Perikanan

Pantai (C)

a) Melayani kapal perikanan yang melakukan

kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial;

b) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; c) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m,

dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m;

d) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus; Pangkalan Pendaratan

Ikan (D)

a) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan,

b) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT; c) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m,

dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m;

d) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus;

Sumber: Lubis, 2006

2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

Terdapat dua jenis pengelompokan fungsi pelabuhan perikanan yaitu ditinjau dari pendekatan kepentingan dan aktivitasnya. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan salah satunya adalah fungsi pelayanan.

(22)

Fungsi ini meliputi seluruh pelayanan pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi pelayanan dapat dikelompokkan menjadi (Lubis, 2006):

1) Pelayanan-pelayanan pendaratan ikan;

2) Pelayanan-pelayanan kapal-kapal penangkap ikan antara lain dalam penyediaan bahan bakar, air tawar, dan es;

3) Pelayanan-pelayanan yang menangani mutu ikan;

4) Pelayanan-pelayanan mengenai keamanan pelabuhan, antara lain adanya pelayanan pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan; syahbandar dan douane/beacukai yang masing-masing berfungsi memeriksa surat-surat kapal dan jumlah serta jenis barang yang dibawa;

5) Pelayanan-pelayanan pemeliharaan kapal, antara lain adanya fasilitas docking, slipways, dan bengkel untuk memelihara kondisi baik dan siap kembali melaut. Slipways, untuk memelihara atau memperbaiki khususnya bagian lunas kapal; dan

6) Pelayanan kebersihan.

2.3 Kualitas Pelayanan 2.3.1 Pengertian kualitas

Menurut Gasperz (2003), kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti performansi (performance), keandalan (realibility), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Kemudian, definisi strategik dari kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of costumers). Berdasarkan definisi tentang kualitas baik yang konvensional maupun yang lebih strategik, pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok berikut: 1) Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan

langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu; dan

(23)

6

2) Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

2.3.2 Pengertian pelayanan

1) Pelayanan secara umum

Pelayanan adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok atau orang lain suatu produk baik yang berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik dan produk (barang atau jasa) (Supranto, 2001). Terdapat berbagai ketetapan pemerintah yang mengharuskan semua instansi pemerintah menyelenggarakan pelayanan umum kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka masing-masing Instansi perlu segera menetapkan kebijakan pengaturan tatalaksana pelayanan umum. Adapun isi dari surat edaran Menko WASBANGPAN Nomor 56/Mk.WASPAN/6/98 Tahun 1998 yang ditujukan kepada seluruh anggota kabinet, pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen, gubernur Bank Indonesia, para gubernur kepala Daerah Tingkat I, serta seluruh bupati/walikotamadya kepala Daerah Tingkat II adalah dalam waktu yang secepat-cepatnya mengambil langkah-langkah perbaikan mutu pelayanan masyarakat pada masing-masing unit kerja atau kantor pelayanan termasuk juga BUMN/BUMD.

Selama ini masyarakat merasakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah masih jauh dari memuaskan, sering berbelit-belit, dilaksanakan dengan kurang bersahabat, kurang kepedulian maupun sangat kaku dan kurang disesuaikan dengan keadaan sehingga dibutuhkan suatu sendi pelayanan umum. Sendi-sendi pelayanan umum tersebut adalah (Ditjenkan, 1994 vide Murdiyanto, 2003):

(1) Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur (tata cara) pelayanan selalu dengan mudah dipahami sehingga dapat dilakukan dengan cepat dan lancar tidak berbelit-belit;

(2) Mengandung kejelasan dan kepastian pelayanan umum, terutama dalam hal: a. Tata cara pelayanan yang mudah diikuti;

b. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelanggan baik persyaratan teknis maupun administratif;

(24)

d. Rincian biaya/tarif pelayanan termasuk tata cara pembayarannya; e. Jangka waktu penyelesaian pelayanan;

f. Hak dan kewajiban baik pihak pemberi pelayanan maupun yang menerima pelayanan berdasarkan atas bukti-bukti pemrosesan pelayanan; dan

g. Pejabat yang bertanggungjawab menerima keluhan masyarakat.

(3) Keamanan, dalam arti bahwa seluruh proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan rasa aman karena didukung oleh adanya kepastian hukum; (4) Keterbukaan, dalam arti seluruh prosedur, persyaratan, pejabat/unit kerja

penanggung jawab pelayanan, jangka waktu penyelesaian, rincian biaya, tarif dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka sehingga mudah diketahui oleh masyarakat umum baik diminta maupun tidak;

(5) Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat terselenggara dalam kurun waktu yang telah ditentukan;

(6) Efektif, dalam arti persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan kesesuaian antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan; dicegah timbulnya pengulangan dalam pemenuhan kelengkapan persyaratan terutama antara unit kerja atau instansi pemerintah lain yang terkait;

(7) Ekonomis, dalam arti persyaratan biaya pelayanan umum harus wajar karena perlu memperhatikan nilai barang/jasa yang diberikan dalam rangka pelayanan, kemampuan membayar masyarakat yang memerlukan pelayanan serta berdasarkan atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan (8) Keadilan, dalam arti cakupan jangkauan pelayanan umum diusahakan harus

seluas mungkin sehingga semua pihak yang membutuhkan dapat terjangkau secara merata.

2) Pelayanan di pelabuhan perikanan

Pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan adalah pelayanan yang berhubungan dengan operasional fasilitas yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan pengguna pelabuhan. Secara umum pelayanan di pelabuhan perikanan dapat

(25)

8

dibedakan kedalam dua kategori, yang pertama yakni pelayanan yang bersifat langsung kepada nelayan atau pengusaha perikanan untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang mereka butuhkan. Pelayanan untuk memenuhi keperluan pengguna jasa pelabuhan bersifat langsung dan kasuistis dalam arti dilakukan secara kasus demi kasus. Pelayanan yang diperlukan meliputi berbagai kegiatan mulai dari sarana produksi, pemasaran hasil sampai dengan distribusinya misalnya kebutuhan akan bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dan solar, perbekalan ke laut atau kebutuhan akan perawatan serta perbaikan sarana produksi agar tetap berfungsi secara optimal. Tenaga yang melakukan pelayanan hendaknya memiliki keahlian tertentu yang diperkuat melalui suatu bentuk surat keterangan/sertifikat.

Kedua yakni pelayanan yang bersifat tidak langsung yaitu pelayanan kepada masyarakat umum dalam pelabuhan. Pelayanan ini menggunakan metodologi yang lebih bersifat massal agar nelayan dan pengusaha perikanan lebih mampu memajukan usahanya dengan berbagai fasilitas yang tersedia di pelabuhan. Tujuan utama pelayanan umum bagi seluruh lapisan masyarakat di dalam pelabuhan adalah meningkatkan efektif dan efisiensi usaha perikanan misalnya, sistem sanitasi dan higienis bagi keseluruhan lingkungan pelabuhan termasuk pemahaman masyarakat pelabuhan perikanan arti penting sanitasi dan higienis bagi kemajuan usaha serta kesejahteraannya.

Terdapat beberapa jenis pelayanan langsung kepada nelayan atau pengusaha perikanan untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa. Jenis pelayanan tersebut mencakup (Ditjenkan, 1981 vide Murdiyanto, 2003):

(1) Pelayanan pembongkaran hasil tangkapan

Pelayanan di dermaga bongkar ialah pelayanan bongkar hasil tangkapan yang diangkut langsung ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk menjaga kondisi hasil tangkapan agar tetap higienis dan mencegah penurunan mutu dengan secepat mungkin serta dibutuhkan jarak angkut dari kapal hingga TPI yang diusahakan sependek mungkin. Pelayanan terhadap kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya diperlukan faktor-faktor yang penting untuk bahan pertimbangan antara lain:

a. Menjaga mutu produk yang didaratkan, terdapat suatu kriteria yakni ”jangka waktu maksimum yang diperbolehkan untuk menunggu”

(26)

sebelum pelaksanaan bongkar muatan, dihindari menunggu lebih 1 hari. Pelayanan yang baik untuk membongkar muatan diindikasikan dengan ”kecepatan membongkar” dalam satuan ”ton ikan per jam”;

b. Agar ikan dapat terjual secepat mungkin, semua kapal yang masuk pelabuhan harus dibongkar secepatnya dalam jangka waktu tertentu. Waktu standar efisiensi normal untuk bongkar muat kapal perikanan adalah sekitar 10-12 ton/jam; dan

c. Selisih antara waktu tunggu kapal dan waktu tidak digunakannya sarana pembongkaran haruslah sedemikian rupa sehingga tercapai batas optimum ekonomis.

Kegiatan berikut dapat dibedakan kembali disertai dengan kebutuhan pelayanannya:

a. Persiapan hasil tangkapan sebelum diangkat, pengisian wadah dengan es curah dan meletakkan wadah di bawah lubang palka. Pekerjaan tersebut dapat dikerjakan sendiri oleh nelayan;

b. Mengangkat hasil tangkapan dari palka sampai ke atas geladak kapal, diperlukan pelayanan penyediaan bantuan tenaga kerja dan peralatan (kotak atau keranjang ikan, derek, crane); dan

c. Pelayanan pengangkutan hasil tangkapan dari kapal ke dermaga dapat dilakukan secara manual, dimana diperlukan pelayanan berupa tenaga kerja, crane dermaga, ban berjalan, dan kereta dorong.

d. Persiapan hasil tangkapan untuk pengangkutan ke tujuan selanjutnya. (2) Pelayanan saat berlabuh

Pelayanan di dermaga labuh yang baik disarankan agar areal lahan di sekitar lokasi tambat labuh disediakan tempat untuk penjemuran jaring dan pengukuran tali. Beberapa gedung disediakan untuk menjurai jaring, perbaikan kecil, serta tempat penyimpanan alat tangkap dan suku cadang.

(3) Pelayanan perbekalan

Pelayanan terhadap kebutuhan perbekalan berupa bahan pokok yang disuplai untuk kapal adalah bahan makanan, air tawar, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan es. Air dapat disalurkan melalui pipa dan tangki penyimpanan, sedangkan untuk es, perlu disediakan mesin penghancur es (mobile crusher). Dibutuhkan pula

(27)

10

penyediaan alat pemadam kebakaran dengan bahan jenis busa, yang ditempatkan di sekitar sistem penyaluran BBM.

(4) Pelayanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Ikan merupakan komoditi yang mudah busuk, sehingga setelah ikan diangkat dari kapal, harus segera ditangani secara tepat untuk mempertahankan mutu ikan secara maksimum. Pelayanan harus memperhatikan bahwa secara fisik, bentuk-bentuk produk meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Ikan segar cenderung cepat membusuk, karena itu harus dilakukan penanganan secara khusus untuk mempertahankan kesegarannya. Mutlak diperlukan pelayanan untuk menyalurkan ikan itu sesegera mungkin, dan menyimpannya dalam sarana khusus dan mengangkutnya dengan mobil van atau mobil angkut yang dirancang khusus;

b. Tiap ekor ikan mempunyai ukuran yang saling berbeda, sehingga cukup sulit membuat standarisasi mengenai ukuran dan kesegaran komoditas ikan. Standard untuk menunjukkan kesegaran ikan dapat melalui pengendalian mutu;

c. Produksi ikan tidaklah stabil karena dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya ikan, cuaca, dan geografis, sehingga kebutuhan terhadap fasilitas refrigerasi bagi kapal-kapal penangkap ikan yang besar semakin mendesak.

2.3.3 Pengukuran kualitas pelayanan

Hasil dari pengukuran kualitas pelayanan akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikan kualitas secara keseluruhan dalam proses bisnis, maka kondisi-kondisi berikut akan sangat diperlukan untuk mendukung pengukuran kualitas yang shahih (valid). Beberapa persyaratan kondisional itu adalah (Gasperz, 2003):

1) Pengukuran harus dimulai pada permulaan program. Berbagai masalah yang berkaitan dengan kualitas serta peluang untuk memperbaikinya harus dirumuskan secara jelas.

2) Pengukuran kualitas dilakukan pada sistem itu. Fokus dari pengukuran kualitas terletak pada sistem secara keseluruhan. Pengukuran tidak hanya diletakkan pada proses akhir saja yang biasanya telah menghasilkan produk,

(28)

tetapi harus dimulai dari perencanaan awal pembuatan produk, selama proses berlangsung, proses akhir yang menghasilkan output, bahkan sampai pada penggunaan produk itu oleh pelanggan. Dengan demikian pengukuran kualitas seyogianya dimulai sejak adanya gagasan untuk membuat produk sampai masa berakhir penggunaan produk itu.

3) Pengukuran kualitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses itu. Dengan demikian pengukuran kualitas bersifat partisipatif. Orang-orang yang bekerja dalam proses harus memahami secara baik akan nilai pengukuran kualitas dan bagaimana memperoleh nilai itu. Setiap orang harus dilibatkan sehingga memberikan hasil yang terbaik. Maka tanggung jawab pengukuran kualitas berada pada semua orang yang terlibat.

4) Pengukuran seharusnya dapat memunculkan data, di mana nantinya data itu dapat ditunjukkan atau ditampilkan antara lain dalam bentuk peta, diagram, tabel dan hasil perhitungan statistik. Data seharusnya dapat dipresentasikan dalam cara yang termudah.

5) Pengukuran kualitas yang menghasilkan informasi-informasi utama seharusnya dicatat tanpa distorsi, yang berarti harus akurat.

6) Perlu adanya komitmen secara menyeluruh untuk pengukuran performansi kualitas dan perbaikannya. Kondisi tersebut sangat penting sebelum aktivitas pengukuran kualitas mulai dilaksanakan.

7) Program-program pengukuran dan perbaikan kualitas seharusnya dapat dipecah-pecah atau diuraikan dalam batas-batas yang jelas sehingga tidak tumpang-tindih dengan program yang lain.

Pengukuran yang akan dilakukan seharusnya mempertimbangkan setiap aspek dari proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai kualitas. Melalui suatu survei pendahuluan yang bersifat eksploratif, dapat diidentifikasi semua variabel produk yang menentukan kepuasan pelanggan dan persepsi pelanggan tentang nilai kualitas dari produk itu. Variabel-variabel yang sesuai dalam pengukuran akan berbeda untuk setiap perusahaan, tetapi pada umumnya variabel yang dipertimbangkan dalam pengukuran kualitas adalah sebagai berikut (Gasperz, 2003):

(29)

12

1) Kualitas produk, yang mencakup:

(1) Performansi (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu;

(2) Features, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya;

(3) Keandalan (reliability), berkaitan dengan tingkat kegagalan dalam penggunaan produk itu;

(4) Serviceability, berkaitan dengan kemudahan dan ongkos perbaikan; (5) Konformasi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk

terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan;

(6) Durability, berkaitan dengan daya tahan atau masa pakai dari produk itu; (7) Estetika (esthetics), berkaitan dengan desain dan pembungkusan dari

produk itu; dan

(8) Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu seperti meningkatkan harga diri dan moral;

2) Dukungan purna jual, terutama yang berkaitan dengan waktu penyerahan dan bantuan yang diberikan, mencakup beberapa hal berikut:

(1) Kecepatan penyerahan, berkaitan dengan lamanya waktu antara waktu pelanggan memesan produk dan waktu penyerahan produk itu;

(2) Konsistensi, berkaitan dengan kemampuan memenuhi jadwal yang dijanjikan;

(3) Tingkat pemenuhan pesanan, berkaitan dengan kelengkapan dari pesanan-pesanan yang dikirim;

(4) Informasi, berkaitan dengan status pesanan;

(5) Tanggapan dalam keadaan darurat, berkaitan dengan kemampuan menangani permintaan-permintaan nonstandar yang bersifat tiba-tiba; dan (6) Kebijaksanaan pengembalian, berkaitan dengan prosedur menangani

barang-barang rusak yang dikembalikan pelanggan.

3) Interaksi antara karyawan (pekerja) dan pelanggan, mencakup:

(1) Ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan;

(30)

(2) Penampilan karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam berpakaian; dan

(3) Kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan-keluhan, berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan.

Menurut Rangkuti (2008), pihak yang menentukan kualitas pelayanan adalah konsumen. Penentuan kualitas pelayanan tersebut tertuang dalam penilaian berupa kepuasan konsumen. Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kualitas kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan.

Adapun tahap awal pengolahan data adalah melalui proses uji validitas dan realibilitas (Sugiyono vide Panggabean, 2008). Setelah kuesioner dinyatakan valid dan andal, dilakukan pengukuran kepuasan konsumen dengan menentukan CSI. Analisis CSI diurai kembali melalui Importance Performance Analysis agar dapat diketahui tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing variabel serta menentukan prioritas variabel yang diperbaiki. Tahapan berikutnya melalui analisis kesenjangan (gap) dapat ditentukan variabel yang memuaskan atau tidak. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas pelayanan pada setiap dimensi dan variabelnya. Selanjutnya dihitung nilai tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dengan tingkat kepentingannya agar diketahui persentase kesesuaian kinerja yang telah dilakukan terhadap harapan konsumen atas pelayanan.

Konsumen melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan berdasarkan variabel yang dirasakannya. Ada sepuluh kriteria umum yang menentukan kualitas pelayanan, yaitu keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), kemampuan (competence), mudah diperoleh (access), keramahan (courtesy), komunikasi (communication), dapat dipercaya (credibility), keamanan (security), memahami pelanggan (understanding atau knowing the customer), dan bukti nyata (tangibles). Kesepuluh dimensi dapat disederhanakan menjadi (Parasuraman, 1988 vide Rangkuti, 2006; Gasperz, 2007):

1) Ketanggapan (responsiveness), yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan baik kepada pelanggan, serta membantu

(31)

14

penerima pelayanan apabila menghadapi masalah berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan;

2) Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dengan segera, akurat, bebas dari kesalahan, dan memuaskan;

3) Empati (emphaty), yaitu rasa peduli untuk memberi perhatian secara individual kepada pelanggan, memahami pelanggan, serta mudah dihubungi; 4) Jaminan (assurance), yaitu pengetahuan, kesopanan petugas serta sifat yang

dapat membangkitkan rasa percaya dan keyakinan penerima pelayanan atas pelayanan yang diterimanya sehingga pelanggan terbebas dari resiko; dan 5) Bukti nyata (tangibles), yaitu fasilitas fisik, peralatan, perlengkapan,

penampilan personel pemberi pelayanan dan sarana komunikasi.

1) Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) vide Wijaya (2009), validitas menunjukkan keketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya diukur. Alat ukur yang dimaksud adalah variabel-variabel yang dijadikan pertanyaan dalam kuesioner.

Teknik yang digunakan adalah rumus korelasi rank spearman. Rumus korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya yang terjadi dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel tersebut adalah positif (Usman, 2003). Rumus dari teknik ini adalah sebagai berikut (Aczel, 1999):

... (1)

dimana:

rs = Koefisien korelasi rank Spearman d = beda antara dua variabel

i = 1, 2, ..., n n = jumlah responden ) 1 ( 6 1 2 1 2 − − =

= n n d r n i i s

(32)

Hipotesis

Ho : Variabel dinyatakan tidak valid H1 :Variabel dinyatakan valid

Bila diperoleh nilai rs hitung lebih besar dari nilai rs tabel, maka tolak Ho artinya pertanyaan pada kuesioner sahih. Uji validitas dilakukan pada tingkat signifikan (toleransi) 5%. Pengujian validitas diolah dengan menggunakan software SPSS 16.

2) Uji realibilitas

Pengujian realibilitas adalah berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap instrumen. Suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten) jika hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap. Melihat hal tersebut, masalah realibilitas instrumen berhubungan dengan masalah ketepatan hasil. Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan alat ukur. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek tidak berubah (Wijaya, 2009).

Pengujian realibilitas yang digunakan adalah realibilitas hasil ukur yang berhubungan dengan sampling eror yaitu sejauh mana terjadi inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan secara berulang pada sekelompok individu yang berbeda. Realibilitas hasil ukur dapat dilakukan dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Cronbach’s alpha dapat digunakan untuk menguji realibilitas instrumen skala likert (Usman, 2003). Rumus cronbach’s alpha adalah sebagai berikut:         − − =

2 2 1 ) 1 ( t i s s k k α ... (2) dimana: α : cronbach’s alpha

k : jumlah item (banyak pertanyaan) :jumlah varians skor total

2

t

s : varians responden untuk item ke-i

2

i s

(33)

16

Cronbach’s alpha berada di antara 0-1, semakin dekat dengan angka 1 maka semakin baik instrumen yang diujikan (Triton vide Atharis, 2008). Penilaian cronbach’s alpha berdasarkan aturan berikut:

0,00-0,20 : kurang reliabel 0,21-0,40 : agak reliabel 0,41-0,60 : cukup reliabel 0,61-0,80 : reliabel 0,81-1,00 : sangat reliabel

3) Analisis tingkat kualitas pelayanan

Seperti yang telah disebutkan di awal oleh Rangkuti (2008), bahwa pihak yang menentukan kualitas pelayanan adalah konsumen maka tingkat kualitas pelayanan tersebut diperoleh dari tingkat kepuasan konsumen. Penilaian kepuasan konsumen secara keseluruhan diperoleh melalui penentuan Customer Satisfaction Index (CSI), dilanjutkan dengan Importance Performance Analysis, perhitungan analisis kesenjangan (gap) agar dapat diketahui kualitas pelayanan pada lima dimensi dan selanjutnya perolehan tingkat kesesuaian. Kelima dimensi tersebut yaitu, dimensi ketanggapan (responsiveness), keandalan (reliability), empati (emphaty), jaminan (assurance), dan dimensi bukti nyata (tangibles).

3.1) Customer Satisfaction Index (CSI)

Pengukuran terhadap indeks kepuasan konsumen atau Customer Satisfaction Index (CSI) diperlukan karena hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran-sasaran di tahun-tahun mendatang karena indeks ini berbanding lurus dengan kualitas pelayanan. Metode pengukuran indeks kepuasan konsumen meliputi tahap-tahap sebagai berikut (Stratford vide Amalia, 2005):

1) Menghitung weighting factors, yaitu mengubah nilai rata-rata tingkat kepentingan menjadi angka persentase dari total nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk seluruh variabel yang diuji, sehingga didapatkan total weighting factors sebesar 100%.

(34)

2) Menghitung weighted score, yaitu nilai perkalian antar nilai rata-rata tingkat kinerja/kepuasan masing-masing variabel dengan weighting factors masing-masing tersebut.

3) Menghitung weighted total, yaitu menjumlahkan weighted score dari semua variabel kualitas pelayanan.

4) Menghitung satisfaction index (index kepuasan), yaitu perhitungan dari weighted total dibagi skala maksimal atau highest scale yang digunakan, kemudian dikali 100%.

Tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan konsumen. Berdasarkan buku panduan survei kepuasan konsumen PT Sucofindo vide Atharis (2008) kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut: 0,00-0,34 : tidak puas 0,35-0,50 : kurang puas 0,51-0,65 : cukup puas 0,66-0,80 : puas 0,81-1,00 : sangat puas

3.2) Importance Performance Analysis

Metode importance performance analysis dilakukan melalui penentuan posisi tingkat kinerja dan tingkat kepentingan suatu variabel. Menurut Supranto (2001), terdapat dua peubah x dan y. Peubah x merupakan tingkat kinerja pelabuhan sedangkan peubah y merupakan tingkat kepentingan pelabuhan yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Penilaian terhadap kedua peubah tersebut menggunakan jenis penilaian yang diperoleh dari penentuan banyaknya kelas dengan rumus (Usman, 2003):

(N) = 1 + 3,3 log (n)

dimana N = banyaknya kelas (banyaknya tingkatan)

n = banyaknya data (banyaknya fasilitas yang akan dianalisis) Banyaknya kelas akan menentukan banyaknya tingkatan penilaian. Penilaian tersebut diberikan bobot nilai, baik untuk penilaian tingkat kinerja (Tabel 2) maupun untuk penilaian tingkat kepentingan pelayanan (Tabel 3).

(35)

18

Tabel 2 Penilaian tingkat kinerja pelayanan

No. Nilai Jawaban

1 5 Sangat setuju

2 4 Setuju

3 3 Cukup setuju

4 2 Kurang setuju

5 1 Tidak setuju

Tabel 3 Penilaian tingkat kepentingan pelayanan

No. Nilai Jawaban

1 5 Sangat penting

2 4 Penting

3 3 Cukup penting

4 2 Kurang penting

5 1 Tidak penting

Pelaksanaan pengukuran performansi kualitas, pada dasarnya harus memperhatikan aspek internal dan aspek eksternal dari suatu organisasi (Gasperz, 2003). Aspek internal dapat berupa tingkat kecatatan produk, biaya-biaya karena kualitas jelek seperti pekerjaan ulang dan cacat, sedangkan aspek eksternal dapat berupa kepuasan pelanggan dan pangsa pasar (market share).

Penjabaran tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan variabel-variabel pada mutu pelayanan, digunakan diagram kartesius. Diagram kartesius merupakan suatu bangunan yang terbagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (x,y). Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah:

1) Mengisi sumbu X (mendatar) pada diagram kartesius dengan skor tingkat pelaksanaan atau kinerja dan sumbu Y (tegak) diisi dengan skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, setiap variabel akan mempengaruhi kepuasan konsumen dengan rumus:

n Yi Y n Xi X =

, =

……….. (3)

dimana: X : Skor rata-rata tingkat kinerja Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan n : jumlah responden

(36)

Tabel 4 Penilaian responden terhadap variabel tingkat kinerja Variabel tingkat kinerja (X)

Responden 1 2 3 4 5 … i Total (k,

) A B C … N

Xi N n n n N n … n

Tabel 5 Penilaian responden terhadap variabel tingkat kepentingan

Variabel tingkat kepentingan (Y) Responden 1 2 3 4 5 … i Total (k,

) A B C … N

Yi N n n n n n … n

2) Menghitung letak batas dua garis berpotongan tegak lurus pada (X ,Y ) dengan rumus: k Y Y k X X n i n i

= = = = 1 , 1 ……….. (4) dimana:

X : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja Y : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan k : Banyak variabel yang mempengaruhi kepuasan

(37)

20

3) Membuat diagram kartesius

Gambar 1 Matriks importance and performance analysis

Sumbu mendatar (X) diisi oleh skor rataan tingkat kinerja variabel, sedangkan sumbu tegak (Y) diisi oleh skor rataan tingkat kepentingan variabel. Dimana X adalah nilai rata-rata dari skor rata-rata tingkat kinerja variabel dan Y adalah nilai rata-rata dari skor rata-rata tingkat kepentingan variabel.

Diagram atau matriks tersebut terbagi menjadi empat kuadran. Masing-masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda, menurut Rangkuti (2008) keadaan kuadran tersebut diantaranya:

1) Kuadran 1 (Attributes to Improve)

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat variabel-variabel yang dianggap penting oleh konsumen tetapi pada kenyataannya variabel-variabel ini belum sesuai seperti yang diharapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang masuk ke dalam kuadran ini harus ditingkatkan kinerjanya. Perusahaan dapat meningkatkan variabel-variabel tersebut dengan melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga performance variabel yang ada di dalam kuadran ini akan meningkat.

2) Kuadran 2 (Maintain Performance)

Kuadran ini adalah wilayah yang memuat variabel-variabel yang dianggap penting oleh konsumen sudah sesuai dengan yang dirasakan sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Variabel-variabel

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Attributes to Improve Kuadran 1 Maintain Performance Kuadran 2 Attributes to Maintain Kuadran 3 Attributes to De-emphasize Kuadran 4 Y X Y X

(38)

yang termasuk ke dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di mata konsumen.

3) Kuadran 3 (Attributes to Maintain)

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat variabel-variabel yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan pada kenyataannya kinerja yang dilakukan tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel– variabel yang termasuk ke dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh konsumen sangat kecil.

4) Kuadran 4 (Main Priority)

Kuadran ini adalah wilayah yang memuat variabel-variabel yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan dirasakan terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk ke dalam kuadran ini dapat dikurangi kinerjanya agar perusahaan dapat menghemat biaya.

3.3) Tingkat kesesuaian

Tingkat kesesuaian merupakan perbandingan skor kinerja dengan skor tingkat kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Adapun rumus yang digunakan adalah: % 100 x Yi Xi TKi = ……….(5)

dimana : Xi : Skor penilaian kinerja pemberi pelayanan Yi : Skor penilaian kepentingan konsumen

Tki : Tingkat kesesuaian responden terhadap variabel Tabel 6 Penilaian tingkat kesesuaian terhadap variabel kepuasan

konsumen

No. Variabel Nilai tingkat kinerja (X) Nilai tingkat kepentingan (Y) Tingkat Kesesuaian (TK) 1 2 ... i

(39)

22

3.4) Analisis kesenjangan (Gap)

Menurut Rangkuti (2008), gap atau kesenjangan merupakan ketidaksesuaian antara pelayanan yang dipersepsikan (perceived service) dan pelayanan yang diharapkan (expected service). Kesenjangan terjadi apabila konsumen mempersepsikan pelayanan yang diterimanya lebih tinggi daripada desired service atau lebih rendah daripada adequate service kepentingan konsumen tersebut. Perhitungan nilai gap merupakan selisih antara skor tingkat kinerja dan tingkat kepentingan setiap variabel yang menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai kesenjangan tersebut disesuaikan dengan selang kelas penilaian. Menurut Walpole (1997) untuk membuat selang kelas bagi segugusan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Penentuan banyaknya selang kelas yang diperlukan. Digunakan lima selang kelas yang terdiri atas kelas sangat puas, puas, cukup puas, kurang puas dan tidak puas terhadap dimensi dan variabel pelayanan pada penelitian ini. 2) Penentuan besar wilayah dengan mengurangi data terbesar dengan data

terkecil,

3) Penentuan lebar atau panjang kelas dengan membagi besar wilayah tersebut dengan banyaknya kelas,

4) Penentuan limit bawah kelas bagi selang pertama dan kemudian batas bawah kelasnya. Tambahkan panjang kelas pada batas bawah untuk mendapatkan batas atas pada kelas yang sama.

5) Daftarkan penentuan kelas berikutnya hingga data terbesar.

Kualitas pelayanan dapat diukur berdasarkan kepuasan konsumennya (Rangkuti, 2008). Kepuasan konsumen tersebut diukur menggunakan analisis Customer Satisfaction Index (CSI), dimana hasil dari analisis ini hanya dapat memberi informasi mengenai kepuasan konsumen secara keseluruhan. Setelah diketahui nilai CSI-nya, maka diperlukan analisis lebih lanjut menggunakan important performance analysis. Analisis ini digunakan untuk mengetahui variabel apa saja yang diprioritaskan untuk ditingkatkan maupun dipertahankan

(40)

kinerjanya. Kinerja dari variabel tersebut tidak dapat disamaratakan peningkatannya karena harus mengacu pada kebutuhan para konsumennya. Informasi seberapa besar peningkatan kinerja yang harus dilakukan dapat diperoleh melalui analisis kesenjangan (gap). Semakin besar nilai kesenjangan suatu variabel, maka peningkatan kinerja harus semakin besar, begitu pula sebaliknya. Sebagai tambahan acuan, perlu diketahui tingkat kesesuaian skor kinerja terhadap kepentingannya. Apabila tingkat kesesuaian lebih besar maupun lebih kecil daripada 100%, maka kinerja yang dilakukan oleh pemberi pelayanan masih jauh dari tingkat kepentingan atau harapan dari konsumen sebagai penerima pelayanan. Jadi, analisis CSI merupakan analisis utama untuk mengetahui kualitas pelayanan secara keseluruhan, sedangkan ketiga analisis selanjutnya merupakan analisis yang mengurai kualitas pelayanan menjadi beberapa variabel agar informasi yang diperoleh menjadi lebih rinci.

(41)

24

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2010, di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, Muara Baru, Jakarta Utara.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus mengenai aspek kualitas pelayanan di PPS Nizam Zachman Jakarta dimulai dari kegiatan pemenuhan bahan perbekalan melaut, pendaratan hingga pendistribusian ikan. Data primer diperoleh dari hasil observasi, pengisian kuesioner dan wawancara dengan pengelola fasilitas serta penerima pelayanan di PPS Nizam Zachman Jakarta. Begitu banyak fasilitas yang ditawarkan (Tabel 7) oleh PPS Nizam Zachman Jakarta namun tidak semua fasilitas diukur terhadap tingkat kualitas pelayanannya. Maka dari itu penelitian kualitas pelayanan di PPS Nizam Zachman Jakarta ini dibatasi pada:

1) Pelayanan penyediaan bahan perbekalan kapal perikanan, terdiri atas: (1) Fasilitas pengadaan air tawar; dan

(2) Fasilitas pengadaan solar

2) Pelayanan pendaratan hasil tangkapan yang terdiri atas: (1) Fasilitas tambat labuh;

(2) Fasilitas pengadaan tenaga kerja (buruh angkut); dan (3) Fasilitas pengadaan alat angkut

3) Pelayanan penanganan hasil tangkapan yang terdiri atas: (1) Fasilitas pengadaan es balok; dan

(2) Fasilitas cold storage

4) Pelayanan pemasaran hasil tangkapan yang terdiri atas pelayanan: (1) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI); dan

(42)

Tabel 7 Jenis pelayanan beserta penyelenggaraannya di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007

No Jenis pelayanan Penyelenggara (Instansi terkait) 1 Kapal masuk/keluar UPT PPSNZJ

2 Tambat/labuh Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta 3 Keselamatan pelayaran Syahbandar

4 Kesehatan ABK Kantor kesehatan 5 Ekspor/impor Kantor bea dan cukai

6 ABK asing Imigrasi

7 Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Koperasi Mina Muara Makmur dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan 8 Pusat Pemasaran Ikan

(PPI)

Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta 9 Keamanan dan

ketertiban

UPT PPSNZJ, Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, POLRI dan KAMLA

10 Kebersihan pelabuhan UPT PPSNZJ 11 Pas masuk pelabuhan UPT PPSNZJ 12 Pengendalian

kebakaran

Dinas kebakaran, UPT PPSNZJ dan Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

13 Pembinaan nelayan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dan UPT PPSNZJ

14 Pengumpulan statistik perikanan

Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dan UPT PPSNZJ

15 Pembinaan mutu hasil perikanan

Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dan UPT PPSNZJ

16 Pembinaan organisasi profesi

Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dan UPT PPSNZJ

17 Penataan kawasan pelabuhan

UPT PPSNZJ dan

Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

18 Cold Storage Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

19 Bengkel Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

20 Dock/slipway Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

21 Pabrik es Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta 22 Pengadaan air tawar Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta 23 Listrik/telepon Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

dan UPT PPSNZJ

24 Sewa tanah Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta 25 Pemasangan reklame Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta 26 Pelayanan BBM Perusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB),

Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, dan UPT PPSNZJ

27 Pengawasan sumberdaya ikan

Pengawas perikanan PPSNZJ 28 Alat angkut Koperasi Mina Muara Makmur dan

Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

29 Buruh angkut Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

Sumber: PPSNZJ, 2008

Pembatasan tersebut digunakan untuk memfokuskan pembahasan penelitian. Pengadaan es balok selain sebagai pelayanan penanganan hasil tangkapan dapat

Gambar

Tabel 5  Penilaian responden terhadap variabel tingkat kepentingan  Variabel tingkat kepentingan (Y)
Gambar 1 Matriks importance and performance analysis
Tabel 7  Jenis pelayanan beserta penyelenggaraannya di PPS Nizam Zachman     Jakarta tahun 2007
Gambar 3 PPS Nizam Zachman, Jakarta Utara sebagai lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Inovasi “Satu Data” pada PPSNZJ, merupakan rangkaian proses yang panjang guna meningkatkan kinerja PPSNZJ, diawali dengan pengaturan zonasi bongkar di PPSNZJ

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Sampah Operasional Kapal Perikanan dan Strategi Penanggulangannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta”

Akad nikah merupakan lambang kerelaan dan kesiapan suami istri memikul segala konsekuensi yang diakibatkan oleh akad nikah, manakala suatu sebab sudah dilakukan

Meskipun analisa pada teori keunggulan absolut dan komparatif masih bersifat cukup sederhana, teori-teori ekonomi klasik tersebut telah dapat menunjukkan konsep

Kemudian sesudah masa tujuh tahun itu, akan datang tujuh tahun yang amat sulit akibat terjadinya paceklik diseluruh negeri yang menghabiskan apa yang kamu simpan

Dari hasil penelitian di Perairan Pantai Desa Passo dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat pada Tabel 4.7 diperoleh hasil perhitungan

Penanaman modal, baik modal dalam negeri dan utamanya modal asing sangat diharapkan oleh suatu negara agar dapat mengolah kekayaaan alamnya yang masih