• Tidak ada hasil yang ditemukan

organisasi Ekonomi

Dalam dokumen ludwig von mises menemukan kembali liberalisme (Halaman 105-109)

KEBIjAKAN EKoNoMI LIBERAL

1. organisasi Ekonomi

Pengaturan kerjasama individu dalam masyarakat berdasarkan pembagian kerja dapat dibedakan menjadi lima sistem berbeda: sistem kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, yang dalam perkembangannya kita sebut kapitalisme; sistem kepemilikan pibadi atas alat produksi dengan pengambilalihan kekayaan dan pembagian kekayaan secara berkala; sistem sindikalisme; sistem kepemilikan umum atas alat produksi, yang dikenal sebagai sosialisme atau komunisme; dan yang terakhir, sistem intervensionisme.

Sejarah kepemilikan pribadi atas alat produksi berjalan seiring dengan sejarah perkembangan umat manusia dari keadaan seperti binatang ke pencapaian tertinggi dalam peradaban modern. Para penentang kepemilikan pribadi telah bersusah payah menunjukkan bahwa pada awalnya hak milik pribadi belum menemukan bentuknya yang utuh karena sebagian lahan yang diolah akan dibagi ulang secara berkala.

dari pengamatan ini, yang menunjukkan bahwa kepemilikan pribadi hanyalah sebuah “kategori historis”, mereka mencoba untuk menarik kesimpulan bahwa kepemilikan pribadi dapat sekali lagi dengan aman disingkirkan. Kekeliruan logika di balik alasan ini terlalu menyolok untuk diperdebatkan lebih jauh. Bahwa kerjasama sosial telah ada di jaman purbakala, bahkan di tengah ketiadaan

sistem hak milik pribadi yang diwujudkan secara utuh, tidak bisa membuktikan sedikit pun bahwa seseorang dapat hidup dengan baik dalam tingkatan peradaban yang lebih tinggi tanpa hak milik pribadi.

Jika sejarah dapat memberikan bukti dalam bentuk apa pun untuk masalah ini, pembuktian itu hanya menunjukkan bahwa tanpa hak milik pribadi tidak ada masyarakat mana pun yang mampu mengangkat dirinya ke luar dari kemiskinan dan kebuasan men-cekam yang nyaris tidak bisa dibedakan dari kehidupan binatang.

Para penentang awal sistem kepemilikan pribadi atas alat pro-duksi tidak menyerang kepemilikan pribadi sebagi sebuah insti-tusi namun kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Mereka menganjurkan penghapusan kesenjangan pendapatan dan kekayaan melalui sistem pembagian keseluruhan komoditas secara berkala, atau setidaknya tanah, yang pada saat itu sebenarnya merupakan satu-satunya faktor produksi yang diperhitungkan.

di negara-negara yang secara teknologi terbelakang, di mana produksi pertanian secara primitif masih berlangsung, gagasan tentang pemerataan pembagian kepemilikan masih berlaku hingga saat ini. Orang biasa menyebutnya sebagai sosialisme agraris, meski-pun sebutan ini tidak seluruhnya tepat karena sistem ini tidak berhubungan dengan sosialisme. Revolusi kaum Bolsevik di Rusia, yang dimulai sebagai revolusi sosialis, tidak mendirikan sosialisme pertanian—yaitu kepemilikan bersama atas tanah—namun, sebalik-nya, mendirikan sosialisme agraris. di banyak tempat lain di Eropa Timur, pembagian tanah-tanah perkebunan yang luas di antara petani-petani kecil, atas nama reformasi pertanian, merupakan cita-cita yang didukung partai-partai politik yang berpengaruh.

diskusi lebih jauh mengenai sistem ini tidaklah diperlukan. Bahwa sistem itu pasti mengakibatkan penurunan produksi yang dihasilkan tenaga kerja manusia nyaris tidak terbantahkan. hanya di mana tanah masih diolah secara primitilah seseorang tidak bisa melihat penurunan produktivitas yang diakibatkan pembagian dan distribusinya. Semua orang akan mengakui bahwa tidak ada gunanya

L U D W I G v o N M I S E S 73

sama sekali untuk membagi-bagi perusahaan susu yang dilengkapi dengan peralatan teknologi modern ke dalam beberapa bagian kecil. Menerapkan prinsip pembagian dan distribusi ini ke industri atau perusahaan komersial benar-benar mustahil. Jalan kereta api, pabrik penggilingan baja, atau pabrik pembuat mesin tidak bisa dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian kecil.

Seseorang dapat melaksanakan pembagian kembali kekayaan secara berkala hanya jika ia pertama-tama sepenuhnya menghapus perekonomian yang didasarkan atas pembagian kerja dan pasar yang bebas, dan kembali kepada sistem perekonomian di mana tanah beserta rumah-rumah pertanian hidup mandiri berdampingan tanpa saling berhubungan.

gagasan mengenai sindikalisme mewakili upaya menyelaraskan cita-cita tentang pemerataan kekayaan dengan kondisi indus tri modern bersala besar. Sindikalisme mencoba untuk menginves-tasikan kepemilikan atas alat-alat produksi, tidak di individu atau masyarakat, namun di para pekerja yang dipekerjakan di setiap industri atau cabang produksi.

Karena proporsi gabungan bahan-bahan dan faktor-faktor pribadi dari produksi berbeda di cabang-cabang produksi yang berbeda, pemerataan distribusi kekayaan tidak dapat dicapai dengan cara ini. Sejak awal, para pekerja akan menerima bagian kekayaan lebih besar di beberapa cabang industri dibandingkan dengan cabang-cabang produksi lain. Seseorang hanya perlu mempertimbangkan kesulitan yang pasti timbul dari kebutuhan, yang selalu ada dalam setiap perekonomian, untuk perpindahan modal dan tenaga kerja dari satu cabang produksi ke cabang produksi lain.

Apakah mungkin untuk menarik modal dari satu cabang in-dustri untuk melengkapi cabang inin-dustri lain? Apakah mungkin untuk memindahkan para pekerja dari satu cabang produksi dan mengirim mereka ke cabang produksi lain di mana jatah modal per pekerja lebih kecil? Perpindahan semacam itu benar-benar mustahil dan membuat persemakmuran kaum sindikalis sebagai sebuah ben tuk organisasi sosial sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak

mungkin diterapkan.

Namun jika kita menganggap bahwa di atas kelompok-kelompok individu terdapat sebuah pusat kekuatan yang berhak melakukan pemindahan seperti itu, kita tidak lagi berhadapan dengan sindi-kalisme, namun dengan sosialisme. Pada kenyataannya, sindikalisme adalah cita-cita sosial yang sangat mustahil, sehingga hanya orang-orang dungu yang tidak memikirkan masalah ini matang-matang yang menganjurkannya sebagai sebuah prinsip.

Sosialisme atau komunisme adalah organisasi masyarakat yang keka yaannya—kekuasaan untuk mengerahkan semua alat-alat produksi—diberikan kepada masyarakat, yaitu, dalam sebuah ne-gara, sebagai aparat sosial untuk melakukan pemaksaan dan tekanan. Bagi sebuah masyarakat sosialis, tidak ada bedanya apakah pem-bagian keuntungan sosial dibagikan secara merata atau menurut prinsip-prinsip lain.

Juga tidak penting apakah sosialisme disebabkan oleh pemindahan secara formal kepemilikan atas alat-alat produksi kepada negara, aparat sosial yang melakukan pemaksaan dan tekanan, atau apakah pemilik alat-alat produksi mempertahankan kepemilikan mereka hanya dalam nama dan sosialisasi didasarkan atas kenyataan bahwa semua “pemilik” ini berhak untuk menggunakan alat-alat produksi di tangan mereka hanya kalau hal itu dilakukan sesuai perintah negara.

Jika pemerintah memutuskan apa yang harus diproduksi dan bagaimana memproduksinya, dan kepada siapa hasil produksi itu dijual, dan berapa harganya, maka hak milik pribadi hanya ada dalam nama saja; pada kenyataannya, semua kepemilikan telah dijadikan milik masyarakat, karena dorongan utama atas kegiatan ekonomi tidak lagi mencari keuntungan sebagai bagian dari pengusaha dan kaum kapitalis, namun kebutuhan untuk memenuhi tugas yang dibebankan dan untuk mematuhi perintah.

Akhirnya, kita masih harus berbicara tentang intervensionisme. Menurut pandangan umum, di antara sosialisme dan kapitalisme terdapat kemungkinan ketiga untuk organisasi sosial: sistem milik

L U D W I G v o N M I S E S 75

pribadi yang diatur, diawasi, dan dipandu oleh ketentuan otoriter yang berdiri sendiri (tindakan intervensi).

Sistem pembagian kembali kekayaan secara berkala dan sistem sindikalisme tidak akan didiskusikan lebih lanjut. Kedua sistem ini secara umum bukan masalah. Tidak ada seorang pun yang akan menganjurkan salah satu dari keduanya dengan serius. Yang harus menjadi perhatian kita adalah sosialisme, intervensionisme, dan kapitalisme.

Dalam dokumen ludwig von mises menemukan kembali liberalisme (Halaman 105-109)