• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Penjajahan

Dalam dokumen ludwig von mises menemukan kembali liberalisme (Halaman 180-186)

KEBIjAKAN LUAR NEGERI LIBERAL

6. Politik Penjajahan

Pertimbangan dan tujuan yang menjadi pedoman politik pen-jajahan kekuatan-kekuatan Eropa sejak era berbagai penemuan besar sangat bertolak belakang dengan semua prinsip liberalisme. gagasan dasar penjajahan adalah memanfaatkan keungggulan militer ras kulit putih atas anggota ras lain. Bangsa Eropa, dilengkapi dengan senjata dan semua penemuan yang dihasilkan peradaban, berangkat untuk menundukkan bangsa-bangsa yang lebih lemah, menjarah harta benda mereka, dan memperbudak mereka. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperhalus dan menyembunyikan motif politik penjajahan yang sebenarnya dengan memberi alasan bahwa satu-satunya tujuan penjajahan adalah untuk membuat orang-orang primitif ikut menikmati hikmat dari peradaban Eropa.

Bahkan dengan menganggap itu adalah tujuan sebenarnya dari pemerintah yang mengirim para penakluk ke belahan dunia yang jauh, kaum liberal tetap tidak bisa melihat alasan apa pun untuk menerima penjajahan seperti ini sebagai sesuatu yang bermanfaat atau menguntungkan. Jika, seperti keyakinan kita, peradaban Eropa benar-benar lebih unggul dari peradaban suku-suku primitif di Afrika, atau bahkan peradaban Asia—sekali pun peradaban Asia mungkin dalam cara mereka sendiri layak dihargai—peradaban Eropa harus mampu membuktikan keunggulannya dengan cara mengilhami mereka agar menerima peradaban Eropa atas keinginan mereka sendiri. Adakah bukti kemandulan peradaban Eropa yang lebih menyedihkan dari kenyataan bahwa ia hanya bisa disebarkan melalui api dan pedang?

Tidak ada babak sejarah yang begitu berdarah selain sejarah penja-jahan. darah ditumpahkan dengan sia-sia dan tanpa alasan. Tanah subur dicabik-cabik; bangsa-bangsa dihancurkan dan dibinasakan. Tak ada yang bisa memperlunak atau membenarkan semua ini. Kekuasaan orang-orang Eropa di Afrika dan daerah-daerah penting

L U D W I G v o N M I S E S 147

di Asia bersifat mutlak. Ini sangat bertolak belakang dengan semua prinsip liberalisme dan demokrasi, dan tidak ada keraguan lagi bahwa kita harus berjuang menghapuskannya. Satu-satunya pertanyaan adalah bagaimana keadaan yang tidak bisa diterima ini dilenyapkan dengan cara yang paling tidak membahayakan.

Penyelesaian paling sederhana dan radikal adalah bagi pemerintah Eropa untuk menarik pejabat, tentara, dan polisinya dari wilayah-wilayah ini dan membebaskan penduduknya dari kontrol mereka. Tidak penting apakah hal ini dilakukan dengan segera atau melalui pemungutan suara yang diselenggarakan secara bebas oleh kaum pribumi sebelum penyerahan daerah-daerah jajahan. Ini karena hampir tidak ada keraguan tentang hasil pemilihan yang benar-benar bebas. Pemerintahan Eropa di wilayah-wilayah jajahan di seberang lautan negeri tidak bisa mengandalkan kesepakatan rakyatnya.

Akibat langsung dari penyelesaian radikal ini adalah, jika bukan anarki, setidaknya konlik berkepanjangan di wilayah yang ditinggalkan oleh orang-orang Eropa. Bisa dikatakan bahwa sampai saat ini penduduk pribumi hanya mempelajari kebiasaan buruk orang-orang Eropa, bukan kebiasaan baiknya. Ini bukan kesa-lahan penduduk pribumi, melainkan kesakesa-lahan para penakluk Eropa, yang hanya mengajarkan hal-hal buruk kepada mereka. Mereka membawa segala macam senjata dan mesin pemusnah ke daerah jajahan; mereka mengirimkan orang-orang paling jahat dan paling brutal sebagai pejabat dan petugas; dengan pedang mereka mendirikan pemerintahan kolonial yang kekejamannya menyaingi sistem despot kaum Bolshevik.

Bangsa Eropa seharusnya tidak terkejut jika contoh buruk yang mereka berikan kepada daerah jajahan kini menghasilkan buah kejahatan. Bagaimana pun juga, mereka tidak berhak mengeluh dengan penuh kemunaikan tentang rendahnya moralitas para penduduk pribumi. Mereka juga tidak punya alasan untuk menga-takan bahwa orang-orang pribumi belum cukup matang untuk kemerdekaan dan bahwa mereka masih membutuhkan setidaknya beberapa tahun pendidikan di bawah lecutan penguasa asing

sebelum mereka mampu berdiri sendiri. “Pendidikan” itu sendiri setidaknya ikut bertanggung jawab atas keadaan mengerikan yang saat ini terjadi di daerah-daerah jajahan, meskipun akibatnya tidak akan terlihat jelas sampai setelah penarikan pasukan dan pejabat Eropa.

Namun, mungkin akan muncul pendapat bahwa merupakan tugas bangsa Eropa, sebagai anggota ras unggul, guna menghindari anarki yang diperkirakan akan meletus setelah mereka mengo-songkan wilayah jajahan, untuk mempertahankan kekuasaan mereka demi kepentingan dan kebaikan penduduk pribumi semata. Untuk memperkuat pendapat ini, akan dilukiskan gambaran mengerikan tentang keadaan Afrika Tengah dan berbagai wilayah Asia sebelum pemerintahan Eropa didirikan. Seseorang bisa mengingat perburuan budak yang dilakukan orang-orang Arab di Afrika Tengah dan kebiadaban yang dilakukan para despot India. Tentu saja, argumen semacam ini penuh kemunaikan, dan orang tidak boleh lupa, misalnya, bahwa perdagangan budak di Afrika maju hanya karena keturunan orang-orang Eropa di wilayah-wilayah jajahan di Amerika memasuki pasar budak sebagai pembeli. Namun, kita tidak perlu terlibat dalam pro dan kontra mengenai jalan pikiran seperti ini.

Jika semua pendapat yang dikemukakan untuk mendukung peles tarian kekuasaan Eropa di wilayah jajahan berdalih untuk kepentingan pribumi, maka seseorang harus mengatakan bahwa akan lebih baik jika kekuasaan itu diakhiri selamanya. Tak seorang pun berhak ikut campur dalam urusan orang lain untuk kepen-tingannya sendiri, dan tak seorang pun boleh, demi kepen kepen-tingannya sendiri, berpura-pura bertindak tanpa pamrih semata-mata demi kepentingan orang lain.

Namun, ada pendapat lain yang mendukung pelestarian kekua-saan dan pengaruh Eropa di wilayah-wilayah jajahan. Jika orang-orang Eropa tidak pernah menaklukkan wilayah-wilayah jajahan di daerah tropis, jika sistem perekonomian mereka tidak memiliki ketergantung cukup besar pada impor bahan baku tropis dan produk

L U D W I G v o N M I S E S 149

pertanian luar negeri yang mereka bayar dengan barang-barang industri, masih tetap mungkin untuk membahas dengan kepala dingin apakah lebih baik atau tidak untuk menarik wilayah-wilayah ini ke dalam jaringan pasar dunia. Tetapi, karena penjajahan telah memaksa seluruh wilayah ini masuk ke dalam kerangka komunitas perekonomian dunia, keadaannya menjadi sangat berbeda.

Sebagian besar perekonomian Eropa saat ini tergantung pada keterlibatan Afrika dan sebagian besar wilayah Asia dalam per-ekonomian dunia sebagai pemasok segala jenis bahan baku. Bahan baku ini tidak diambil dari penduduk pribumi wilayah itu dengan kekerasan. Mereka tidak diangkut sebagai upeti, namun diserahkan secara sukarela sebagai ganti produk-produk industri Eropa. Jadi, hubungan tidak didasarkan atas keuntungan bagi satu pihak; sebaliknya, hubungan itu saling menguntungkan, dan penghuni wilayah jajahan memperoleh keuntungan sebanyak yang diperoleh penduduk Inggris atau Swiss. Menghentikan hubungan dagang ini akan menyebabkan kerugian besar bagi perekonomian Eropa dan perekonomian wilayah jajahan, dan akan menurunkan tingkat hidup orang banyak secara tajam.

Jika perluasan hubungan ekonomi yang berjalan lambat di seluruh dunia dan pembangunan perekonomian secara bertahap meru pakan salah satu sumber terpenting kekayaan yang semakin meningkat dalam 150 tahun terakhir, pembalikan kecenderungan ini akan menimbulkan bencana ekonomi dalam proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya. cakupan dan dampak bencana ini akan jauh melampaui krisis yang merupakan konsekuensi ekonomi Perang dunia. haruskah kesejahteraan Eropa, dan pada saat yang bersamaan, kesejahteraan wilayah jajahan dibiarkan merosot lebih jauh guna memberikan kesempatan kepada penduduk pribumi untuk memutuskan nasib politik mereka kalau, bagaimana pun juga, hal itu tidak akan membawa mereka pada kemerdekaan melainkan tak lebih dari pergantian penguasa?

Pertimbangan ini harus bersifat menentukan dalam menilai masalah politik penjajahan. Pejabat, tentara, dan polisi Eropa

harus tetap berada di wilayah-wilayah itu, sejauh keberadaan me-reka diperlukan untuk menjaga kondisi hukum dan politik yang dibutuhkan untuk menjamin keikutsertaan wilayah jajahan dalam perdagangan internasional. Kegiatan perdagangan, industri, dan pertanian di wilayah jajahan, pemanfaatan pertambangan, dan pengangkutan produk negara itu melalui jalur kereta api dan ang-kutan sungai, ke pesisir dan dari sana, ke Eropa dan Amerika, harus tetap berjalan. hal ini harus terus berlangsung demi kepentingan semua orang, bukan hanya penduduk Eropa, Amerika, dan Australia, namun juga penduduk pribumi Asia dan Afrika itu sendiri. Selama negara penjajah tidak memperlakukan wilayah jajahan mereka lebih dari ini, tak ada yang bisa menyatakan kebe ratan atas kegiatan mereka bahkan dari sudut pandang liberal sekali pun.

Namun semua orang mengetahui betapa seriusnya pelanggaran yang telah dilakukan oleh semua kekuatan penjajah terhadap prinsip ini. Kita tidak perlu mengingat kengerian yang terjadi di wilayah jajahan Belgia di Kongo yang dilaporkan para wartawan Inggris yang bisa dipercaya. Anggap saja kekejaman ini tidak direncanakan oleh pemerintah Begia dan merupakan ekses dan sifat jahat para pejabat yang dikirim ke Kongo. Namun, kenyataan bahwa hampir semua penjajah membangun sistem perdagangan yang memberikan posisi istimewa bagi barang-barang dari tanah air mereka di negeri yang berada dalam kekuasaan mereka menunjukkan bahwa politik penjajahan masa kini didominasi oleh pertimbangan yang sama sekali berbeda dari pertimbangan yang seharusnya berlaku.

Untuk menyelaraskan kepentingan bangsa Eropa dan ras kulit putih dengan kepentingan ras berwarna di wilayah jajahan berkaitan dengan semua permasalahan kebijakan ekonomi, Liga Bangsa-Bangsa harus diberikan kekuasaan tertinggi atas pemerintahan semua wilayah kekuasaan di luar negeri yang tidak memiliki sistem pemerintahan parlementer. Liga Bangsa-Bangsa harus memastikan bahwa otonomi diberikan sesegera mungkin kepada negara yang belum memilikinya, dan bahwa kekuasaan negara asal dibatasi hanya pada perlindungan harta benda, hak-hak warga negara asing,

L U D W I G v o N M I S E S 151

dan hubungan perdagangan. Penduduk pribumi serta warga negara kekuatan-kekuatan besar lain harus diberikan hak untuk membuat pengaduan secara langsung kepada Liga Bangsa-Bangsa jika langkah yang diambil oleh negara asal melampaui kebutuhan untuk menjamin keamanan perdagangan dan perniagaan dan kegiatan ekonomi secara umum di wilayah-wilayah ini, dan Liga Bangsa-Bangsa harus diberi hak untuk membuat penyelesaian yang efektif terhadap keluhan semacam itu.

Pada hakekatnya, penerapan prinsip ini berarti bahwa semua wilayah kekuasaan Eropa di luar negeri awalnya akan berubah menjadi mandat Liga Bangsa-Bangsa. Namun, bahkan hal ini pun harus dilihat sebagai tahap peralihan. Tujuan akhirnya tetap pembebasan penuh wilayah jajahan dari pemerintahan sewenang-wenang yang mengatur hidup mereka saat ini.

Melalui penyelesaian seperti ini untuk sebuah masalah sulit-– yang menjadi lebih sulit dengan berlalunya waktu—tidak hanya bangsa Eropa dan Amerika yang tidak memiliki wilayah jajahan, namun juga negara penjajah dan penduduk pribumi harus merasa puas. Negara penjajah harus menyadari bahwa dalam jangka panjang mereka tidak akan dapat mempertahankan kekuasaan mereka atas wilayah-wilayah jajahan. Ketika kapitalisme memasuki wilayah kekuasaan ini, para penduduk pribumi telah menjadi mandiri; tidak ada lagi perbedaan budaya antara golongan atas mereka petugas dan pejabat yang bertanggung jawab dalam pengelolaan atas nama negara asal.

Secara militer dan politik, distribusi kekuasaan saat ini sangat berbeda bahkan dari satu generasi sebelumnya. Upaya negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang memperlakukan cina sebagai sebuah wilayah jajahan terbukti gagal. di Mesir, Inggris bahkan sudah mundur; di India, mereka berada dalam posisi bertahan. Sudah diketahui umum bahwa Belanda tidak mampu mempertahankan hindia Belanda dari serangan yang sangat serius. hal yang persis sama terjadi di wilayah jajahan Perancis di Afrika dan Asia. Amerika tidak puas dengan Filipina dan bersiap-siap

untuk melepaskannya begitu ada kesempatan.

Penyerahan wilayah jajahan ke tangan Liga Bangsa-Bangsa mem beri jaminan pada negara penjajah bahwa modal yang mereka tanam tidak akan berkurang dan mereka tidak harus melakukan pengorbanan untuk memadamkan pemberontakan pribumi. Pen-du Pen-duk pribumi juga akan sangat bersyukur karena usulam itu men-jamin kemerdekaan melalui evolusi damai dan men-jaminan bahwa tidak ada negara tetangga yang berniat menaklukkan mereka yang akan mengancam kemerdekaan politik mereka di masa depan.

Dalam dokumen ludwig von mises menemukan kembali liberalisme (Halaman 180-186)