• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang, Tahun 2011

KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.4. Kebijakan Pengakuan

4.4.2. Kebijakan Laporan Operasional

Laporan Operasional adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode laporan.

4.4.2.1. Pengakuan Pendapatan LO

• Pendapatan LO diakui pada saat pemerintah kota Semarang memiliki hak atas pendapatan. • Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan LO pada

periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan

 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan pendapatan LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.

 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas pendapatan LO yang terjadi periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

4.4.2.2. Pengakuan Beban.

• Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset dan terjadinya penurunan masa manfaat ekonomis atau potensi jasa.

• Koreksi atas beban termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain.

4.4.2.3. Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional

Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

4.4.2.4. Surplus/Defisit dari kegiatan Non Operasional

Selisih lebih/kurang antara Surplus/Defisit dari kegiatan operasional dan Surplus/Defisit dari kegiatan non operasional merupakan Surplus/Defisit sebelum pos luar biasa.

4.4.2.5. Pos Luar Biasa

Pos luar biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.

4.4.2.6. Surplus/Defisit – LO

Surplus/Defisit – LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional dan kejadian luar biasa.

124 4.4.3. Kebijakan Pengakuan Aset

Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan / atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan / atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber – sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Aset diakui :

1. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah kota Semarang dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

2. Pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya. Aset diklasifikasikan menjadi Aset lancar dan Non lancar :

1. Aset Lancar, meliputi Kas dan setara Kas, Investasi Jangka Pendek, Piutang dan Persediaan.

a. Kas dan setara kas adalah alat pembayaran yang sah setiap saat dapat digunakan dan dinilai dalam mata uang Rupiah.

Kas dalam neraca dibagi menjadi : - Kas di bendahara penerimaan.

- Kas di bendahara pengeluaran adalah sisa kas yang masih berada di bendahara pengeluaran per 31 Desember.

- Kas di Kas Daerah adalah saldo kas Pemerintah daerah yang berada dalam penguasaan BUD secara tunai.

- Bank adalah kas di bank yang pencairannya sewaktu-waktu tidak dibatasi waktu tertentu.

- Deposito adalah kas di bank yang pencairannya dibatasi pada jangka waktu tertentu.

b. Piutang / Tagihan ke pihak ketiga

Piutang merupakan hak atau klaim entitas Pemerintah kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi.

Piutang diakui pada saat terjadi penerbitan surat ketetapan tentang piutang atau yang sejenis.

Piutang yang melebihi jatuh tempo dilakukan penyisihan piutang tidak tertagih atau penyisihan/cadangan kerugian piutang dengan besaran prosentase sesuai dengan umur piutang tertentu sesuai dengan prosentase cadangan penyisihan piutang sebagai berikut.

Umur Piutang Melebihi Jatuh Tempo Penyisihan Kerugian Piutang

1 bulan 1 hari – 3 bulan 20%

3 bulan 1 hari – 6 bulan 40%

6 bulan 1 hari – 9 bulan 60%

9 bulan 1 – 1 tahun 80%

1 tahun ke atas 100%

c. Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Kota Semarang, dan barang-barang

125

yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh Pemerintah Kota Semarang dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik (stock opname).

Pencatatan persediaan menggunakan metode fisik (MPKP), kecuali penilaian persediaan obat termasuk obat untuk tanaman, hewan atau lainnya menggunakan metode FIFO dengan mempertimbangkan batas yang sudah melebihi jangka waktu/kadaluarsa dan dengan tetap mendasarkan hasil inventarisasi (stock opname).

Persediaan disajikan sebesar :

1) biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;

2) biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

3) nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh atau menggunakan metode FIFO (First In First Out) atau persediaan yang dibeli pertama yang digunakan, sehingga persediaan yang ada tinggal persediaan hasil akhir atau sisa pembelian akhir.

Persediaan yang berasal dari belanja kegiatan diasumsikan habis dipakai pada saat pelaksanaan kegiatan sehingga persediaan yang ada hanya berasal dari kegiatan yang sifatnya rutin.

2. Aset Non Lancar, meliputi aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan Pemerintah yang digunakan masyarakat umum.

Aset Non Lancar diklasifikasikan menjadi Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan dan Aset Lainnya.

a. Investasi adalah aset yang dimiliki dengan maksud untuk memperoleh manfaat ekonomi sehingga dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Investasi dapat dibagi menjadi dibagi 2, yaitu : - Investasi jangka pendek

Investasi jangka pendek adalah bentuk investasi yang dapat dicairkan sewaktu-waktu seperti deposito, surat berharga lainnya.

Investasi jangka pendek pengeluaran kas atau aset dengan kriteria diperolehnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah kota Semarang.

Hasil Investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi dan deviden tunai dicatat sebagai pendapatan.

Deposito adalah kas yang disimpan di Bank yang pencairannya dibatasi pada jangka waktu tertentu.

- Investasi jangka panjang

Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 ( dua belas ) bulan.

126

 Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan

 Investasi non permanen yaitu adalah investasi jangka panjang yang tidak termasuk dalam investasi permanen

b. Aset Tetap adalah aset berwujud dan memenuhi kriteria : 1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan. 2. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.

3. Tidak dimaksud untuk dijual dalam operasi normal entitas. 4. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan. 5. Aset tersebut membutuhkan belanja pemeliharaan. Aset tetap terdiri dari :

- Tanah

- Peralatan dan Mesin - Gedung dan Bangunan - Jalan, Irigasi dan Jaringan - Aset Tetap Lainnya

- Konstruksi dalam pengerjaan

Aset Daerah diakui apabila terdapat bukti, telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum atau tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Aset tetap yang tidak diketahui nilai perolehannya menggunakan pengukuran dan penilaian nilai wajar saat perolehan.

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi dalam pengerjaan jika :

a. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan asset tersebut akan diperoleh.

b. Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal. c. Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

Aset tetap akan dihapuskan apabila rusak berat, usang, hilang dan sebagainya berdasarkan Berita Acara (BA) penghapusan aset yang ditanda tangani oleh Walikota. Dalam pencatatan Aset Tetap dibuat ketentuan yang membedakan antara penambahan, penghapusan dan penggantian utama :

1. Penambahan adalah peningkatan nilai aset tetap karena diperluas atau diperbesarnya gedung dan bangunan. Biaya Penambahan akan kapitalisasi dan ditambahkan pada harga gedung dan bangunan yang bersangkutan.

2. Penghapusan adalah penurunan aset tetap karena berkurangnya kuantitas. Penghapusan dicatat sebagai pengurangan harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.

3. Penggantian utama adalah memperbaharui bagian aset tetap. Biaya penggantian utama dikapitalisasi dengan cara mengurangi nilai bagian yang diganti dari harga aset tetap dimaksudkan dan menambah biaya penggantian.

Aset tetap swakelola biayanya meliputi semua biaya langsung dan semua biaya lain yang terjadi berkenaan dengan pembayaran aset tetap tersebut.

Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.

127

Dalam aset tetap dilakukan perhitungan depresiasi terhadap aset-aset pembelian sampai dengan perolehan aset tahun 2010 .

Metode depresiasi yang digunakan dalam memperhitungkan depresiasi/penyusutan aset tetap dengan menggunakan metode garis lurus. Perhitungan depresiasi disesuaikan dengan karakteristik umur ekonomis dari setiap aset, rata – rataSKPD dalam pengadaan Belanja Aset penyerahannya dilakukan pada akhir tahun periode pelaporan maka aset perolehan pada tahun berjalan tidak dilakukan penyusutan.

Pada saat umur ekonomis aset tetap habis maka dinilai nol.

Klasifikasi umur ekonomis terhadap jenis aset mengacu pada peraturan Walikota Semarang.

Kapitalisasi Belanja menjadi Aset Tetap

Kapitalisasi adalah :

Penentuan nilai buku terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut.

Belanja modal adalah : pengeluaran-pengeluaran yang harus dikapitalisasi.

Pengeluaran-pengeluaran dalam rangka perolehan asset merupakan belanja modal apabila memenuhi semua kriteria berikut.

a. Pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang yang manfaat ekonominya lebih dari satu periode akuntansi (lebih dari 12 bulan);

b. Perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan; c. Barang tersebut dibeli dengan tujuan tidak untuk dijual;

d. Barang yang dibeli tersebut pada waktu penggunaannya akan membutuhkan belanja pemeliharaan.

Pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan merupakan belanja modal apabila memenuhi semua kriteria berikut:

a. pengeluaran-pengeluaran yang akan menambah efisiensi; b. Pengeluaran-pengeluaran yang memperpanjang umur aset;

c. Pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kapasitas atau mutu produksi;

d. Jumlah pengeluaran melebihi batasan minimal jumlah biaya yang dikapitalisasi sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah kota Semarang.

Apabila dalam DPA, penganggaran kegiatan dalam rangka hanya untuk memperoleh aset berwujud maka seluruh rincian/komponen belanja pegawai/kepanitiaan dan belanja barang dan jasa diatribusikan keseluruhan pada belanja modal sehingga perolehan aset tetap meliputi belanja pegawai, barang dan jasa dan belanja modal itu sendiri.

Apabila belanja modal dalam satu kegiatan lebih dari satu belanja modal maka biaya yang dapat diatribusikan di bagi sesuai dengan jumlah belanja modal dengan cara joint cost secara proporsional.

Penambahan pemeliharaan barang modal/aset, yang dapat menambah manfaat, efisiensi, produktivitas dan telah dikapitalisasi, tidak menambah umur ekonomi aset yang dipelihara dengan pertimbangan aset tersebut secara desain, teknologi, sudah ketinggalan jaman (tidak up to date).

128

No. Uraian

Persentase Terhadap Harga Perolehan Aset

1. Tanah

2. Peralatan dan Mesin, terdiri atas : Lebih dari 15%

2.1 Alat-alat berat

2.2 Alat-alat angkutan

2.3 Alat-alat bengkel dan alat ukur

2.4 Alat-alat pertanian / peternakan

2.5 Alat-alat kantor kantor dan rumah tangga

2.6 Alat studio dan alat komunikasi

2.7 Alat-alat kedokteran

2.8 Alat-alat laboratorium

2.9 Alat keamanan

3. Gedung dan Bangunan, terdiri atas : Lebih dari 5%

3.1 Bangunan gedung

3.2 Bangunan monument

4. Jalan, Irigasi dan Jaringan, terdiri atas : Lebih dari 6%

4.1 Jalan dan Jembatan

4.2 Bangunan Air / Irigasi

4.3 Instalasi

4.4 Jaringan

5. Aset Tetap Lainnya, terdiri atas : Lebih dari 20%

5.1 Buku Perpustakaan

5.2 Barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah

raga

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Pengakuan Nilai Minimal Aset Tetap meliputi :

a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, yang sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)

b. Pengeluaran untuk selain peralatan dan mesin dan asset tetap lainnya yang sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu periode akuntansi atau satu periode anggaran. Pemerintah Kota tidak membentuk dana cadangan.

Aset lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.

Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).