• Tidak ada hasil yang ditemukan

GELIAT NAHDLATUL ULAMA

KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PENDIDIKAN

Rendahnya tingkat keberhasilan hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2005/2006 yang dialami oleh berbagai satuan pendidikan, patut menjadi pelajaran

berharga untuk menilai ulang penyelenggaraan pendidikan di semua jenjang

lembaga pendidikan. Model pembelajaran yang selama ini telah membudaya dan dikembangkan di lembaga pendidikan tertentu harus dilihat kembali validitasnya, karena hasil lulusan menunjukkan daya serap rendah akibat metode pembelajaran yang menjadikan angka kelulusan pun prosentasenya menjadi rendah.

Berbagai spekulasi disampaikan oleh para praktisi pendidikan dengan melempar pertanyaan, rendahnya tingkat kelulusan apakah disebabkan peserta didik memiliki IQ rendah dan kualitas belajar rendah sehingga kurang dapat menguasai mata pelajaran dengan baik, atau karena materi yang diujikan terlalu tinggi, atau sebab metode pembelajaran yang tidak mencapai standar minimal yang dibutuhkan, dan masih banyak lagi permasalahan yang menjadi kambing hitam.

Terlepas dari itu semua, ujian adalah salah satu bentuk

pertanggungjawaban penyelenggara pendidikan atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan kepada orang tua murid dan masyarakat. Dari hasil ujian dapat diketahui tinggi rendahnya standar mutu sekolah sebagai bentuk dari keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Pada sisi lain kualitas hasil ujian sekolah menjadi barometer mutu pendidikan di suatu daerah dan menjadi indikator tingkat keberhasilan pendidikan suatu negara. Dari permasalahan itu, terdorong untuk dirumuskan suatu patokan yang dapat dijadikan pedoman yang terstandar guna mengukur kualitas pendidikan secara merata di Indonesia, agar dapat dihindari kesenjangan hasil lulusan yang terlalu jauh antar satuan lembaga pendidikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut dikeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, utamanya pasal 35 (tentang standar nasional pendidikan), pasal 36 (Pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan), pasal 37 (isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah), pasal 42 (pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar), pasal 43 (promosi dan penghargaan bagi pendidik/sertifikasi pendidik), pasal 59 (evaluasi pendidikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, masyarakat atau organisasi profesi), pasal 60 (akreditasi program dan satuan pendidikan), dan pasal 61 (tentang sertifikasi berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi), maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang terdiri 17 Bab dan 97 pasal. Dalam operasionalnya dilaksanakan oleh sebuah Badan disebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

132 Ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan

Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fungsi dan tujuan standar nasional pendidikan antara lain:

1. Sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan

dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

2. Bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

3. Dilaksanakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan

tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Kajian isi standar nasional pendidikan meliputi:

1. Standar kompetensi lulusan, merupakan standar nasional pendidikan tentang

kualifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Standar kompetensi lulusan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

2. Standar isi, mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang:

a. Kompetensi tamatan

b. Kompetensi mata pelajaran

c. Kerangka dasar dan struktur kurikulum

d. Beban belajar

e. Kurikulum tingkat satuan pendidikan

f. Kalender pendidikan/akademik

3. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, memberikan kejelasan kriteria

pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

4. Standar proses, berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran menunjukkan proses interaktif, inspiratif, menyenangkan menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, dan minat.

5. Standar sarana dan prasarana, persyaratan minimal yang diperlukan,

a. Sarana: perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber

133

b. Prsarana: ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,

ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, dan tempat berekreasi.

6. Standar pembiayaan, persyaratan minimal yang diperlukan:

a. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumberdaya manusia, dam modal kerja tetap

b. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh

peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan

c. Biaya operasional meliputi:

1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

melekat pada gaji

2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

3) biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

7. Standar pengelolaan, dilakukan oleh satuan pendidikan, pemerintah daerah, dan

pemerintah:

a. DIKDASMEN: menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan

dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

b. DIKTI: menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam batas-batas yang

diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku memberikan kebebasan dan mendorong kemandirian.

8. Standar penilaian pendidikan, merupakan standar nasional penilaian pendidikan

tentang mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Untuk mewujudkan tujuan standarisasi pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, pemerintah membentuk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan Nasional. Badan ini merupakan lembaga mandiri, profesional, dan independen yang mengemban misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan. Keanggotaan BSNP terdiri dari para pakar berbagai bidang keilmuan, yang antara lain, para ahli di bidang psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, manajemen pendidikan, dan bidang lainnya yang relevan yang memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. BSNP bertugas membantu Menteri Pendidikan Nasional dan memiliki kewenangan untuk:

1. Mengembangkan standar nasional pendidikan.

134

3. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam

penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

4. Merumuskan kriteria kelulusan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan

dasar dan menengah.

5. Menilai kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan buku teks pelajaran.

Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua satuan pendidikan secara nasional.

Kualifikasi Tenaga Pendidik

Dalam menunjang keberhasilan standarisasi pendidikan secara nasional, pemenuhan unsur-unsur pokok pendidikan menjadi sebuah keniscayaan. Salah satu unsur pokok adalah tenaga pendidik sebagai pendesain model pelaksanaan pendidikan perlu mendapat perhatian agar proses pembelajaran dapat segera menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan. Untuk menjawab tuntutan seperti itu, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 yang mengatur tentang Guru dan Dosen.

Seseorang yang menginginkan menjadi profesi guru, seperti yang disyaratkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 harus memenuhi kriteria:

1. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 8).

2. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau

program diploma empat, (pasal 9).

3. Kompetensi guru yang dimaksud meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi (pasal 10 ayat 1).

4. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki

program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah (pasal 11 ayat 2).

Jika telah memenuhi persyaratan, seseorang memiliki hak yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu, dengan memperoleh berbagai macam hak sebagaimana ditetapkan dalam pasal 14 ayat (1). Diantara hak tersebut adalah memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi: gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Bagi guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama (pasal 15 ayat 3). Selain itu, akan mendapatkan berbagai tunjangan dari pemerintah antara lain:

135

1. Tunjangan profesi bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik (pasal 16

ayat 1).

2. Tunjangan tersebut diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang

diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama (pasal 16 ayat 2).

3. Subsidi tunjangan fungsional, yang besarnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (pasal 17 ayat 2).

Ada beberapa kewajiban bagi penyelenggara pendidikan atau satuan

pendidikan dari masyarakat pada satuan pendidikan anak usia dini (TK/Play group),

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, yakni:

1. Memenuhi kebutuhan guru tetap, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik,

maupun kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan (pasal 24 ayat 4).

2. Mengangkat dan menempatkan guru sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang

bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama (pasal 25 ayat 3).

3. Membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru

(pasal 34 ayat 2).

4. Memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas (pasal 39

ayat 1), meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Guru diberi hak untuk membentuk organisasi profesi yang bersifat independen, yang berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk itu organisasi profesi guru diharapkan membentuk kode etik dengan maksud untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) adalah dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Rencana ini penting dimiliki untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah dalam rangka menuju perubahan atau tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan.

Tujuan utama penyusunan RPS, untuk menjamin agar tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil. Oleh karena itu, RPS disusun berdasarkan prinsip-prinsip:

136

2. Membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan dan pengembnangan);

3. Demand driven (berdasarkan kebutuhan);

4. Partisipasi dan keterwakilan;

5. realistik sesuai dengan hasil analisis SWOT;

6. Mendasarkan pada hasil review dan evaluasi;

7. Keterpaduan, holistic dan tersistem, transparan, dan keterkaitan serta

kesepadanan.

Tahap-tahap penyusunan RPS meliputi beberapa langkah antara lain:

1. Melakukan analisis lingkungan strategis sekolah;

2. Melakukan analisis situasi untuk mengetahui status situasi pendidikan sekolah

saat ini;

3. Memformulasikan pendidikan yang diharapkan di masa mendatang;

4. Mencari kesenjangan antara butir 2 & 3;

5. Menyusun rencana strategis (renstra);

6. Menyusun rencana tahunan;

7. Melaksanakan rencana tahunan;

8. Memonitir dan mengevaluasi.

Pada akhirnya, untuk mencapai keberhasilan pendidikan, selain pemahaman beberapa kebijakan yang telah terurai seperti di atas perlu kemauan yang tinggi untuk merealisasikan tahap demi tahap sehingga pada gilirannya akan dapat mencapai model lembaga atau satuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan adalah sukses masyarakat dalam mengemban misi investasi kemanusiaan yang menghasilkan kader-kader handal yang siap menggantikan para tokoh pendahulu. Selamat berjuang untuk pendidikan !

137

KONSISTENSI PENDIDIKAN PESANTREN