• Tidak ada hasil yang ditemukan

GELIAT NAHDLATUL ULAMA

MEMBANGUN PARTISIPASI POLITIK WARGA

Sungguh memprihatinkan, jika ancaman sekitar 8000 warga Desa atau Kecamatan Trangkil, Pati benar-benar berkeinginan mewujudkan kemauannya untuk tidak memberikan suara dalam proses pilgub 22 Juni mendatang. Di tengah gencarnya pelaksanaan pembangunan otonomi daerah, partisipasimenjadi salah satu indikator penting untuk menilai efektivitas pembangunan. Tidak saja terbatas untuk permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan,tetapi untuk kepentingan jangka panjang dalam berbagai aspek program pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan. Oleh karenanya, kita semua khususnya pemerintah daerah dan masyarakat, dalam melihat kasus Trangkil perlu melihat dan memosisikan sebagai permasalahan yang dapat membuka pendidikan partisipasi politik yang bermanfaat untuk semua.

Dalam mencari solusi, sebenarnya tidak harus pemerintah dan KPU hanya mengedepankan pendekatan formal, seperti mengumpulkan Desk Pilkada, menyediakan TPS dan petugasnya dari PNS, serta mengadakan pengamanan

khusus di TPS-TPS(Suara Merdeka/11 Juni 2008) untuk memenuhi kebutuhan

sarana dan prasarana proses pilgub.Langkah itu belum menyentuh apa yang sebenarnya menjadi akar permasalahan, sehingga upaya membangkitkan partisipasi warga belum dapat terungkap. Ada kesan, bahwa masing-masing pihak yang penting sudah melakukan tugas sesuai kewajiban, tanpa peduli direspon atau tidak oleh warga. Akibatnya, ketegangan warga semakin menjadi seolah dipicu, karena mereka merasa diabaikan, padahal sesungguhnya mereka adalah subyek permasalahan, yang dapat diajak untuk mencari dan menemukan pemecahannya.

Keengganan warga untuk ikut pilgub cukup beralasan, menurutnya melalui sikap itu semua pihak tahu bahwa mereka memiliki “posisi tawar” dalam memperjuangkan aspirasinya. Selain itu, sikap tersebut dapat menjadi pengganti kekecewaan karena tuntutan mereka belum terpenuhi. Selama belum terealisasi, keinginan tersebut akan dijadikan alat penekan atau menolak terhadap setiap kebijakan pemerintah. Jika hal ini tidak segera mendapat pemecahan, akan berdampak pada pembangunan khususnya untuk desa yang bersangkutan, tindakan masyarakat akan sulit dikontrol serta sulit membangkitkan partisipasi masyarakat karena rendahnya loyalitas.

Pentingnya Membangun Partisipasi

Ada beberapa alasan dimana peran dan partisipasi masyarakat harus

mendapat tempat yang signifikan: pertama, kebutuhan masyarakat belum semua

dapat terpenuhi secara optimal meskipun pemerintah telah berupaya membuat kebijakan yang demokratis. Partisipasi masyarakat dapat memberikan kontribusi untuk mengisi dan mengatasi berbagai permasalahan politik. Melalui partisipasi yang aktif, warga dapat mengekspresikan kepeduliannya maupun melakukan

68

kontrol sosial. Tujuannya untuk mendapatkan pelayanan publik yang terus menerus meningkat kualitasnya.

Kedua, pemerintah memerlukan kontrol dari warga untuk mewujudkan pertanggungjawaban kerja yang optimal. Warga yang makin sadar dan dewasa dapat memahami kompleksitas dari berbagai isu pembangunan, sehingga relatif mudah untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan publik yang sehat. Partisipasi warga dapat membuat gerakan moral, karena itu ada kontribusi nyata yang diberikan warga terhadap proses pembangunan tertentu. Warga yang aktif diharapkan dapat memelihara hasil-hasil pembangunan yang telah mereka rencanakan.

Ketiga, peran dan partisipasi warga dapat memperkokoh solidaritas sosial dan memperkecil jurang pemisah antara berbagai kelompok di masyarakat, seperti kelompok kaya dan miskin, sehingga memperkecil gerakan-gerakan separatis dari kelompok yang kecewa maupun pengaruh dari luar yang dapat merusak solidaritas sosial. Warga adalah pihak yang sangat tepat untuk mengartikulasikan kebutuhannya sendiri dan menciptakan solusi yang tepat untuk mereka terkait permasalahan yang dihadapi.

Keempat, peran dan partisipasi mendorong civil society untuk menciptakan sinergi dan kemitraan dengan pemerintah. Jika ini dapat tercipta, biaya sosial, politik dan ekonomi untuk perubahan masyarakat menuju suatu harapan menjadi sangat murah. Hal tersebut dapat terlihat bahwa, partisipasi warga sebenarnya membawa serta prinsip hak asasi manusia, untuk mendapatkan kesempatan dalam melakukan ekspresi diri membangun daerah.

Tawaran Solusi

Sebenarya jika dirunut lebih jauh, momemtum pilgub kali ini dapat

menjadi pintu masuk (entry point) buat semua persoalan yang sedang melandawarga

Trangkil guna mencari penyelesaian, asalkan semua pihak yang terkait bersedia membuka diri melakukan dialog sebagai wahana untuk membangun partisipasi warga. Mulai dari Kepala Desa, anggota dan tokoh masyarakat, serta Pemerintah Kabupaten melakukan rembug bersama melalui utusan perwakilan yang menguasai persolan dengan mediator yang mumpuni dalam mengatur pembicaraan.Untuk merealisasikan ada beberapa tahapan yang perlu dilalui:

pertama, mencari akar permasalahan mengapa warga Trangkil tidak setuju diterbitkannya SK Bupati Nomor 141/1643/2005 tentang Perpanjangan Masa Jabatan Kades Trangkil. Jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi acuan untuk

melakukan deal dan pembicaraan kontrak politik dengan prinsip win-win solution.

Sebagai misal, andaikata akar persoalan menyangkut aspek manajemen kepemimpinan Kades, maka jawaban itulah yang menjadi dasar untuk mengadakan kontrak politik berikut sanksi yang diinginkan misalnya mengundurkan diri, jika dalam perjalanan tidak memenuhi kontrak tersebut. Warga tidak terlalu bernafsu untuk meminta pencabutan SK Bupati tersebut, karena untuk melakukan hal itu

69

butuh proses. Bukankah kepemimpinan itu terletak pada manajemen pelayanan dan siapapun yang menjadi pimpinan belum tentu dapat memuaskan semua pihak.

Kedua, Menjadikan hasil kontrak sebagai bahan untuk membangun partisipasi dalam proses politik termasuk pilgub yang kini tahapannya tengah berlangsung, dengan maksud memberikan kesetaraan keterlibatan kepada semua warga bahwa kepuasan politik tergantung pada pilihan warga itu sendiri.

Ketiga,sebagai media membangun partisipasi, dalam merumuskan kebijakan sudah saatnya menempatkan warga berposisi setara dengan pengambil kebijakan dalam hal memperoeh pelayanan. Anggota masyarakat ditempatkan sebagai pemilik

pemerintahan (owners of government) dan mampu bertindak secara bersama-sama

mencapai sesuatu yang lebih baik. Dalam kondisi seperti ini, kepentingan warga tidak lagi dipandang sebagai akumulasi kepentingan pribadi, melainkan sebagai hasil dialog dan keterlibatan mereka dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama. Hal tersebut menunjukkan proses partisipasi politik warga mulai terbangun.

Untuk mewujudkannya sudah tentu butuh pengorbanan, setidaknya kesediaan semua pihak untuk melihat kekurangan dan kelebihan, selanjutnya menindak lanjuti nilai kelebihan dan menekan kekurangan guna mencapai yang terbaik.

70